Pelajaran terakhir masih berlangsung. Alexa memilih duduk di sebelah gadis nerd itu lagi. Sejak saat ia meninggalkan Ravin, Kelvin sudah tak ingin mendekatinya. Jelas saja, ia telah menyakiti Ravin, yang memang sahabat Kelvin.
Ponselnya tiba-tiba bergetar, tanpa sepengetahuan sang Guru, Alexa mengangkatnya. Ia mendengar dengan seksama.
Beberapa menit kemudian, panggilan itu akhirnya terputus. Dan disaat itu juga Alexa merasa pasokan udara tiba-tiba habis, sejenak ia membeku sebelum tangannya dengan cepat bergerak merapikan alat tulis serta bukunya, memasukkan benda itu ke dalam tas secara acak.
Gadis nerd yang duduk di sebelahnya menoleh, menatap bingung pada Alexa. "Kamu kenapa?"
Gadis yang dikenal bar-bar itu sudah tak peduli apapun lagi, ia menggendong tasnya kemudian beranjak. Berjalan dengan cepat meninggalkan kelas, tanpa menghiraukan pandangan geram sang Guru serta tatapan bingung murid-murid.
"Dia menangis," seru gadis nerd itu.
***
Tes tes tesBulir demi bulir menetes. Matanya masih enggan berpaling dari nisan yang ia peluk dengan erat.
Sekuat apapun gadis itu menahannya, jika sudah menyangkut dengan orang yang ia cintai pasti dirinya akan lemah.
Baru tadi malam mereka menghabiskan waktu bersama. Meski singkat, itu adalah momen terbahagia baginya setelah sekian lama.
Dan sekarang, ia menyesal. Kebahagiaan yang ia rasakan semalam adalah pertanda akan kehilangan.
Kini alasannya untuk tetap hidup telah pergi. Semangatnya menjalani aktivitas seperti biasa pun telah tiada. Lalu siapa lagi yang akan menjadi pendorong untuk membuat dirinya bisa melancarkan balas dendam?
Hari sudah mulai gelap. Namun, gadis itu sama sekali tak bergerak. Mata sendunya masih tertuju ke satu arah yang sama. Tetesan gerimis pun tak menghalangi dirinya.
Semakin malam, hujan pun semakin deras. Seakan mengerti bagaimana berkabut nya hati gadis itu saat ini.
Bahkan gadis yang selama ini dikenal begitu kuat dan berani, tak segan lagi untuk mengeluarkan tangisan yang begitu pilu di tengah kesunyian pemakaman.
Alexa, benar-benar membenci takdirnya. Ia merasa dipermainkan, saat semua rencananya telah berhasil hingga membuatnya merasa bahagia. Tapi kenapa Tuhan malah merampas kebahagiaan yang baru sebentar itu dengan merenggut Ibunya.
Apa ini adil?
Ia hanya ingin membalas orang-orang yang telah mengganggu keluarganya. Alexa hanya ingin mereka merasakan apa yang dirasakannya dulu. Apa ia salah?
"INI GAK ADIL!" teriaknya dalam deras hujan.
Alexa ingin marah, ia ingin mengamuk melampiaskan segala emosinya. Namun, pada siapa?
Dulu, itu semua bisa ia lakukan pada Ravin. Alexa bisa melampiaskan segala emosinya pada cowok itu. Tapi sekarang, bertemu dengannya saja Ravin bahkan enggan. Ia sudah telanjur menjijikkan di mata lelaki itu.
"Michael brengsek!"
***
Sudah hari ketiga Alexa tak menampakkan wajahnya di sekolah setelah pergi meninggalkan kelas dengan terburu-buru.Ia ingin menenangkan diri. Selain menenangkan diri dari segala kedukaannya atas kepergian sang Ibu. Alexa juga ingin menenangkan diri agar hasratnya untuk membunuh pria brengsek itu tak terwujudkan.
"Lupakan semua dendam mu itu, Alexa," ucap Damian.
Pria itu merasa kasihan. Gadis yang selama ini ia kenal kuat dan tak kenal takut kini menjadi gadis yang terlihat tak bernyawa. Tatapannya kosong dan dalam.
Bahkan Alexa sudah tiga hari tak menyentuh makanannya sama sekali. Damian yang terus berusaha membujuknya bahkan telah pasrah. Gadis itu benar-benar keras kepala.
"Gak akan!" gumamnya. Meski suaranya terdengar seperti bisikan, tapi Damian tau jika ucapan tersebut diiringi nada menusuk.
"Dia sudah cukup sengsara dengan membuatnya jatuh miskin. Apa masih kurang?" bujuk Damian lagi. Ia hanya ingin Alexa tak berpatok pada dendamnya saja. Gadis itu juga harus memikirkan dirinya sendiri.
"GUE YANG LEBIH SENGSARA SIALAN!! Mama pergi tanpa peduli kalau gue masih butuh dia! Dan ini semua karena pria bajingan itu! Kalau saja dia gak selingkuh, mungkin Mama gak akan sakit jiwa sampai harus meninggal! Mama depresi karena dia, Damian," bentak Alexa tanpa peduli lagi jika pria di hadapannya ini adalah orang yang harusnya ia hormati.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Teriakan demi teriakan ia lontarkan untuk mengurangi kesedihannya. "Gue harus apa?! Ini gak adil, dia juga harus mati!"
Melihat itu, Damian hanya bisa memeluknya, mengusap punggung Alexa guna memberi ketenangan.
Jujur, ia pun ikut merasakan kesedihan Alexa. Damian tau semua perjalanan gadis itu sejak awal.
Mulai dari bagaimana bahagianya Alexa bisa memiliki hubungan dengan Ravin. Bagaimana ia menceritakan kekasihnya itu dengan mata berbinar bahagia. Hingga saat gadis itu tau kebenaranya, membuat cinta itu disalahgunakan untuk sebuah pembalasan dendam.
Tiga hari yang lalu, ia memantau kamar Ibu Alexa yang dulu adalah sahabat dekatnya, seperti biasa. Ia begitu terkejut saat melihat Mama Alexa bangun dan mengambil sesuatu dari bawah tempat tidur.
Sebelum hal yang tak diinginkan terjadi. Ia segera pergi ke rumah Alexa. Namun, keberuntungan tak berpihak padanya. Sahabatnya itu sudah tak sadarkan diri dengan beberapa tusukan di perut.
Dengan mata berkaca, Damian menghubungi Alexa setelah sebelumnya menghubungi ambulan. Pelan-pelan ia menjelaskan pada gadis itu agar ia tak begitu terkejut, sebab ia tau Alexa sangat mencintai Ibunya.
Hari itu, untuk pertama kalinya ia melihat seorang Alexa begitu terpukul. Dalam keheningan, tangisannya terdengar begitu pilu. Ia memeluk tubuh berlumur darah itu dengan erat. Meminta sang Ibu untuk membuka matanya, tak ingin ditinggalkan sendiri. Alexa masih belum berhenti mengecup wajah sang Ibu. Berharap Ibunya bisa kembali ke dunia.
"Alexa?" panggil Damian.
Tubuh gadis itu melemah seketika hingga membuatnya hampir terjatuh kalau saja ia tak berada di pelukan Damian.
Ternyata Alexa tak sadarkan diri.
Dengan khawatir Damian membawanya ke rumah sakit. Sebab, kali ini gadis itu pingsan ...
Dibarengi dengan cairan merah yang keluar dari mulutnya.
Jangan lupa votmen 🌟
Thanks😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl (Selesai)
RandomHighest rank : #761 of 145k in teenfict [16/01/2021] #192 of 20,5k in bad girl [19/04/20] #178 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #101 of 14,3k in couple [16/1/2021] Ini cerita tentang Alexa dan kehidupannya. Bagaimana Ravin, sang kekasih begitu men...