Happy Reading<3
Tentu saja Alexa akan memilih datang sebagai Nona Adelia. Tak mungkin ia akan menggagalkan rencana yang telah disusun hanya untuk menuruti keinginan Ravin.
Alexa tampil cantik malam ini. Dress putih yang indah melekat sempurna di tubuhnya. Rambut panjangnya ia sanggul menyisakan anak rambut yang menjuntai, menambah kesan manis di wajah gadis itu.
Tak lupa pula ia menggunakan make up agar bisa mengecoh teman-temannya yang lain. Semoga di antara mereka tidak ada yang mengenalinya.
Terutama Ravin.
Gadis itu masuk dengan anggun. Dagunya terangkat menandakan bahwa ia adalah manusia sombong dan angkuh.
Di sebelahnya ada Damian yang masih ia rangkul. Persis seperti pasangan harmonis.
Keduanya saling melempar senyum ketika sadar jika target mereka sudah terlihat. Alexa yang lebih dulu menghampiri Tuan Rumah untuk memberikan ucapan selamat.
Hanya untuk basa-basi.
"Selamat datang, Nona Adelia. Saya merasa sangat terhormat atas kedatangan Anda ke acara saya malam ini. Terimakasih kasih telah datang, silakan nikmati pestanya."
"Sama-sama, Tuan Michael."
"Dad, aku mau jemput Adel dulu, ya. Pasti dia masih tidur di rumah."
Itu suara Ravin. Cowok itu terlihat berbeda malam ini. Tak seperti biasa saat di sekolah, pakaiannya tidak akan pernah rapi meski menyandang predikat siswa berprestasi.
Tapi kali ini, Ravin terlihat lebih dewasa dan tampan dengan memakai setelan jas berwarna navy yang terlihat pas di tubuhnya. Alexa hanya bisa menelan ludah karena gagal fokus.
"Ravin, sini!" panggil Michael pada anaknya.
Ravin mendekat, menatap sekilas ke arah Alexa kemudian berfokus pada sang Ayah. "Kenapa, Dad?"
"Perkenalkan, dia Nona Adelia. Rekan bisnis Daddy. Dan Nona Adelia, ini adalah anak saya satu-satunya, Ravindra Kenzo Michael."
Alexa tersenyum kepada Ravin. "Saya Adelia, rekan bisnis Ayahmu."
Ravin tak membalas. Cowok itu sibuk meneliti Alexa.
"Untuk malam ini kamu tidak boleh kemana-mana, Ravin. Lebih baik kamu temani Nona Adelia di sini."
Alexa menyatukan alisnya geram. Ia berdehem sebelum berkata, "maaf Tuan, tapi sudah ada Damian yang akan menemani saya."
Michael terlihat menghela nafas kasar. "Baiklah. Ravin, Daddy gak mau kalau pacar kamu datang ke sini. Bisa-bisa Mommy-mu darah tinggi lagi karena dia!"
Alexa kini berusaha menahan tawanya saat mengingat bahwa setiap ia dan Ibu Ravin bertemu. Pasti ada saja adu mulut di antara mereka. Membuat Ayah Ravin muak hingga pernah mengusir Alexa.
"Sebaiknya saya permisi. Tidak baik orang asing mendengar perdebatan tentang masalah keluarga kalian," ucap Alexa.
Ia berbalik, matanya mencari Damian yang kini duduk di sofa dekat meja minuman. Saat hendak melangkah, tangannya ditahan tiba-tiba.
"Tunggu." Alexa tau betul itu Ravin.
Gadis itu terdiam kaku. Jangan bilang jika Ravin mengenalinya?!
***
Kini mereka berdua duduk di bangku taman rumah Tuan Michael. Tamannya cukup sepi sebab semua sibuk berpesta. Hanya Alexa dan Ravin yang ada di sini.Alexa pikir, Ravin mengenalinya. Tapi ternyata cowok itu hanya ingin menemaninya sekaligus bertanya tips.
"Tante, gimana sih cara meluluhkan hati cewek cuek, jutek, bar-bar dan tukang hujat kayak pacar saya?"
Alexa menganga tak percaya mendengar penuturan Ravin. Bisa-bisanya cowok itu dengan santai mendeskripsikan kejelekannya pada orang lain.
"Emang sih kita udah pacaran. Tapi namanya juga anak muda, pasti kalau lagi berduaan selalu pengen dimanja sama pacar sendiri. Pacar saya masalahnya gak gitu."
"Emang, kamu mau dimanja kayak gimana?" Tanya Alexa penasaran.
"Ya, kayak pasangan-pasangan lainnya. Kadang saya mikir kalau dia itu gak ada rasa sama sekali dengan saya. Padahal, saya udah berusaha buat terus perhatian sama dia. Saya rela lakuin apa aja yang dia mau kalau emang itu bisa bikin dia bahagia."
Mata cowok itu terlihat kosong. Tatapannya seperti tengah menerawang ke masa lalu. Bagaimana perlakuannya pada sang kekasih. Dan bagaimana Alexa padanya.
Ravin tidak marah pada Alexa. Ia tidak akan bisa marah. Rasa sayangnya pada gadis itu mengalahkan segalanya.
"Kalau dia gak ada rasa, terus untuk apa dia mau jadi pacar kamu? Mungkin dia juga punya perasaan yang sama, tapi cara penyampaiannya saja yang salah," bela Alexa. Mau bagaimanapun ia tidak tega melihat Ravin seperti ini.
Cowok itu tersenyum miris. "Dia gak benar-benar sayang. Mungkin dia terima saya karena kasihan," ucap Ravin sambil menunduk sedih. "Sebelum kita jadian, dia minta aku jadikan yang kedua. Lebih tepatnya dia mau aku pacaran sama cewek lain sebelum pacaran sama dia."
"Kok gitu?" Tanya Alexa pura-pura tidak tau apa-apa.
Ravin mengangkat bahunya tanda tidak tau. "Pasti dia mikir kalau saya pacaran sama cewek lain, saya bisa lupa sama dia. Dan dia bisa lepas dari saya dengan mudah."
Alexa menghela nafas panjang. "Kenapa cewek kamu aneh, ya?"
Alexa merasa geli saat mengatakan dirinya sendiri aneh. Ia hanya tidak mau terlalu berpihak pada Alexa dan bisa membuat Ravin malah curiga padanya.
"Dia emang gitu, Tan. Saat cewek-cewek lain malah hobi belanja dan perawatan di salon. Pacar saya gak suka sama hal-hal kayak gitu. Dia lebih suka main bola dan nongkrong dibanding harus menghamburkan uangnya. Maaf nih ya kalau misalnya Tante juga suka gitu."
Alexa tersenyum. "Saya juga gak suka menghamburkan uang seperti itu. Tapi cewek kamu keliatannya berbeda. Coba untuk berpikir positif dulu, mungkin aja dia punya alasan tersendiri."
Ravin pun ikut tersenyum. "Tante tau gak? Senyum Tante, persis kayak senyum pacar saya."
"Ohya? Lain kali, kenalin Tante ke pacarmu, ya. Mungkin aja kita bisa akrab."
"Boleh Tante. Tapi kalau dia mau, biasanya dia selalu punya alasan kalau saya ajak jalan."
Alexa terkekeh geli melihat wajah suram cowok itu saat menceritakan dirinya yang selalu bisa menolak ajakan Ravin.
"Tante, saya gak tau mau curhat sama siapa lagi. Kalau sama temen-temen pasti mereka ngeledek saya terus. Jadi saya curhat sama Tante aja, soalnya kita baru ketemu, Tante pasti juga gak kenal sama pacar saya. Tante juga keliatannya udah dewasa dan tau masalah kayak gini. Setidaknya ini bisa menghilangkan sedikit beban saya. Makasih ya, Tan."
Alexa lagi-lagi tersenyum. "Sama-sama, saya juga senang dengar cerita kamu. Tapi saya belum bisa kasih solusi karena pacar kamu itu seperti yang saya bilang sebelumnya. Dia berbeda. Saya gak tau kamu harus ngapain supaya dia bisa luluh sama kamu. Tapi pasti ada cara. Tugas kamu cari tau itu!"
"Ada, Tan. Dia kalau dikasih sekotak rokok pasti langsung luluh. Tapi saya gak mau. Itu berbahaya buat dia!" ucap Ravin membayangkan wajah berseri Alexa saat ia beri sekotak rokok.
"Pacar kamu merokok?"
"Iya, Tan. Udah sekit- "
"Putuskan dia! Dia cewek gak bener!"
Alexa pergi, meninggalkan Ravin yang memandangnya dengan mata berkaca-kaca.
20 November 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl (Selesai)
RandomHighest rank : #761 of 145k in teenfict [16/01/2021] #192 of 20,5k in bad girl [19/04/20] #178 of 36,6k in Indonesia [25/01/2021] #101 of 14,3k in couple [16/1/2021] Ini cerita tentang Alexa dan kehidupannya. Bagaimana Ravin, sang kekasih begitu men...