3. Licik

6.8K 513 23
                                    

Alexa berjalan di koridor kelas sebelas. Gadis yang menggunakan plester di kening itu terlihat santai menyeret tas mahalnya di lantai. Tangan kanannya memegang permen tangkai yang sedang ia emut, permen kesukaannya.

Siapa yang tak kenal dengan Adelia Alexandra Geonardo, gadis yang dicap buruk oleh satu sekolah namun juga berprestasi. Ia beberapa kali menjuarai lomba basket putri tingkat nasional.

Barang-barang yang digunakan pun sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, sudah dapat dipastikan harganya tidak main-main.

Beberapa memandang ngilu tas yang terseret-seret mengikuti langkah gadis itu. Tak bisa mereka bayangkan berapa harga tas yang kini lecet menggesek lantai.

Langkahnya terhenti, mata indah itu menjelajah sekeliling lalu membalikkan badan, menatap siswa siswi yang juga menatap ke arahnya.

Alexa menarik permen dari mulutnya. "Pada kenapa, sih? Gak pernah ngerasain matanya dicolok ya?!" Ia mengarahkan permen tangkai pada setiap mata yang menatapnya.

Lalu Alexa melirik ke bawah, di mana tasnya berada. Sekarang ia tau apa yang membuat mereka semua menatap dirinya. Alexa lalu memakai tas itu di bahunya dan berbalik melanjutkan perjalanan dengan cuek.

"Hai, everybody! Alexa datang," teriaknya saat sampai di pintu kelas.

Permennya ia lempar kearah tong sampah terdekat. Entah permen itu masuk pada tempatnya atau tidak, ia tidak peduli.

Semua memandang kaget kedatangannya. Sejak kapan seorang Alexa datang sepagi ini. Biasanya gadis itu akan datang jika guru telah mengajar, atau lebih parahnya lagi ia datang saat jam pelajaran pertama telah usai.

Alexa memutar matanya malas. Ia berjalan memilih bangku mana yang akan ia duduki hari ini.

Hampir semua bangku sudah pernah Alexa rasakan, entah ia duduk di sudut belakang, bangku tepat di depan papan tulis, sampai duduk dinsebelah guru yang mengajar pun pernah ia rasakan.

Jangan tanya kenapa ia bisa duduk di sebelah guru, itu karena ia ketahuan menyontek saat ulangan harian dilaksanakan.

Kali ini pilihannya jatuh pada bangku barisan ketiga dekat jendela. Ia berjalan ke sana dan duduk dengan santai, tak peduli dengan murid yang mulai gugup di sebelahnya.

Alexa menelisik murid berkacamata itu. Murid yang sering Alexa ancam jika tak ingin memberinya jawaban.

"Biasa aja kali, gak usah tegang banget, gua gak gigit kok!" Alexa mengeluarkan buku dan pulpennya lalu menggeser benda itu ke depan si gadis berkacamata.

"Kerjain! Gue mau nemuin Kelvin."

Murid berkacamata itu sudah biasa mengerjakan tugas Alexa tanpa mendapat imbalan apapun. Lagipula ia tidak punya cukup keberanian untuk menentang seorang Alexa.

Alexa berjalan ke arah bangku paling belakang, menemui seorang cowok yang asik bermain game di ponselnya. Tanpa permisi ia langsung memeluk leher Kelvin dari belakang. Cowok itu tak menolak, ia tau bagaimana kelakuan kekasih sahabatnya ini.

Alexa menumpukan dagunya di atas kepala Kelvin. Matanya menelusuri kelas, semua terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing, beberapa siswi yang bergosip sering kali menatap dirinya lalu berbisik ke teman di sebelahnya.

"Ketahuan banget lagi ngomongin gue." Alexa jengah, merasa heran dengan gadis-gadis bodoh yang berbisik-bisik sambil menatapnya.

Setidaknya jika mereka ingin membicarakan dirinya jangan menatap ke arahnya, itu mudah sekali diketahui oleh Alexa.

"Bego emang! Bedak aja yang ditebelin, tapi otak gak punya!"

Alexa tersenyum miring, gadis-gadis tukang rumpi itu harus diberi sedikit pelajaran. Alexa segera menarik dagu Kelvin hingga pria itu mendongak.

Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang