23. Tak Pantas

4.7K 360 9
                                        

Alexa tersentak bangun dari mimpi Indahnya. Entah karena apa, mimpi itu sangat Indah tapi terasa aneh baginya.

Di mimpi, Sang Ibu benar-benar sehat. Mereka menjalani aktivitas seperti keluarga normal. Ibunya memasak untuknya dan mereka sarapan bersama diiringi dengan candaan.

Sang Ibu terus saja tersenyum lembut padanya. Memberikan kata-kata penyemangat untuk dirinya meski Alexa tak benar-benar mengingat apa yang dikatakan Ibunya.

Namun, satu yang Alexa dengar.

"Berhentilah. Kamu hanya menyakiti dirimu, Nak."

Alexa tak tau maksudnya. Apa ini berhubungan dengan perbuatannya pada Ravin?

Gadis itu menghela pelan. Perlahan ia berbaring menyamping, memeluk Ibunya yang juga tengah terlelap. Entah kenapa, malam ini ia ingin tidur dengan sang Ibu. Alexa ingin memeluk Ibunya sepanjang malam.

Tanpa sadar, mata indah itu meneteskan air mata. Mengingat hubungannya dengan Ravin telah usai membuat Alexa juga ikut merasakan sakit.

Untuk pertama kalinya, gadis itu menangis sesenggukan. Bahkan saat Ayahnya pergi, ia tak pernah sesedih ini. Hanya memeluk sang Ibulah yang bisa sedikit menenangkannya sekarang.

Namun, Alexa tetap merasa jika perbuatannya ini adalah cara yang benar agar Ravin bisa menjauh darinya. Tuhan tak mendukung hubungan mereka, banyak alasan yang menjadi penghalang.

Selain Ravin adalah anak tunggal dari Tuan Michael dan istrinya, keluarga yang selama ini tak pernah ia sukai. Alexa juga punya alasan kuat untuk tak melanjutkan hubungannya dengan Ravin.

Lelah menangis, akhirnya Alexa memilih untuk tidur kembali. Baru saja Alexa terlelap, ia seketika terkejut saat merasakan sebuah usapan pelan di kepalanya.

Ia mendongak, menatap Mamanya yang kini membalas pelukannya. Meski kamar sang Ibu gelap, tapi Alexa bisa melihat dengan jelas wanita kesayangannya itu tengah tersenyum.

"Anakku kuat, jangan menangis," ucap sang Mama.

Lagi-lagi Alexa dibuat tak menyangka. Ibunya berbicara seolah Wanita itu mengerti dengan apa yang ia rasakan sekarang. Membuat pertahanan Alexa kembali runtuh.

"Mama," balas Alexa seraya mengeratkan pelukannya. Ia butuh sandaran.

Lelah menangis, tanpa sadar keduanya terlelap. Keheningan malam yang begitu Indah menjadi saksi rapuhnya gadis itu.

Ia harap hari esok bisa lebih baik.

***
Langkah angkuhnya berhasil menyita perhatian. Namun, ia tidak peduli dan memilih untuk duduk terpisah dari teman-temannya.

Alexa menatap dua orang yang tengah menunduk takut itu. Mereka pikir ia akan melakukan aksi bullying seperti biasa. Tapi untuk hari ini ia sedang tak ingin melakukan apapun.

"Lo! Pesenin gue makan. Bakso sama es teh!" perintah Alexa.

Salah satunya berdiri menjalankan perintah gadis itu. Sedangkan yang satu lagi masih sibuk menunduk.

"Gimana?"

Pertanyaan Alexa berhasil membuat gadis itu mendongak, menatapnya dengan penuh tanya. "Ma-maksudnya?"

Alexa melayangkan tatapan tajam. Membuat gadis nerd itu kembali menunduk. "Kerjaan yang kemarin gue rekomendasiin, gimana?"

Gadis nerd teman sekelas Alexa itu mengangkat kepalanya lagi, tapi kali ini dibarengi dengan senyum tulusnya.

"Baik-baik aja. Pertama aku ke sana, aku pikir gak akan diterima karena kantornya besar sekali. Tapi ternyata mereka semua baik, kerjaanku juga cukup bagus. Aku diterima sebagai resepsionis," jelas gadis nerd itu panjang lebar tanpa sadar.

Bad Girl (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang