Part 1 - For Everyone but Me

2K 117 10
                                    

Some say that 30th is an attitude. It's an age where you come to your prime time. Life also just begins at 30. In your 30th years of life, you finally know what you're doing, and you've got what it takes to get where you're going. The time when you finally going to use all of your life-practices for the last 29th years of your life. Your 30th is the time when you no longer have the energy for meaningless friendship, forced interactions, or unnecessary conversation. And today, it's the day when I'm joining the club. Because today, I'm turning 30.

Tapi, sepertinya apa yang terjadi pada orang-orang lain di usia mereka yang ketiga puluh, tidak terjadi padaku. Aku tidak merasakan apapun di hari ulang tahunku ini. Tidak senang, tidak excited, tidak mengharapkan apapun, dan tidak merasa hidup. They say life begins at 30. But why do I still feel like dying today?

Hari ulang tahunku yang sekarang tinggal empat jam lagi juga berlalu begitu saja. Hanya ucapan-ucapan selamat ulang tahun dari ­staff-staff-ku ketika aku sampai kantor, juga dari teman-temanku di WA, so-called birthday lunch with my two besties, Terry and Manda, di Potato Head, kemudian kembali lagi ke kantor untuk kerja sampai akhirnya pulang. Tidak ada yang spesial. Tapi aku memang tidak ingin ada yang spesial. Karena aku memang tidak pernah ingin apa-apa lagi sejak tujuh tahun yang lalu. Sejak...

Trrt... trrt... trrt...

Getaran iPhone-ku membuyarkan lamunan. Aku sudah bisa menebak siapa peneleponnya. Siapa lagi kalau bukan Ibu Farida, alias Mamaku yang paling cerewet sejagat raya. Baru aja dia telepon lima belas menit yang lalu untuk menanyakan keberadaanku, sekarang udah telepon lagi. Ampun, deh, Mam. Enggak pernah bisa sabar, ya? Lagian ini Jakarta gitu, dimana-mana udah pasti macet, mau secepat apapun aku meninggalkan kantor, pasti akan tetep ngaret-ngaret juga.

"Halo?" Sapaku, tetap mengangkat teleponnya.

"Halo, Yuki? Kamu tuh udah dimana, sih, Dek? Semuanya udah pada nungguin kamu, lho. Mau berapa lama lagi ini sampainya?" cerocos Mama di ujung telepon.

"Sabar, dong, Ma. Yuki juga udah sampai di depan komplek ini. Kenapa, sih, nggak sabaran banget? Cuma mau makan aja, juga."

Ya, begitulah. Sepertinya, empat jam terakhir di hari ulang tahunku ini akan berakhir di rumah kedua orang tuaku. Sudah sejak dua minggu yang lalu Mama mewanti-wanti agar aku menyempatkan untuk pulang ke rumah. Katanya dia ingin merayakan hari ulang tahunku dengan makan malam bersama anggota keluarga. Tapi awalnya aku menolak. Aku pikir, untuk apa melakukan ini semua. Toh aku cuma ulang tahun, dan aku sudah mengulang ceremony ini tiga puluh kali, jadi tidak ada yang spesial dan perlu dirayakan. Tapi namanya juga Mama. Dia tetep ngotot dan mau nggak mau, aku akhirnya mengiyakan juga.

"Tapi semuanya udah nunggu kamu disini, lho, Dek. Papa, Bang Edo, Kak Nisa, semuanya udah kelaperan. Janjinya kan jam enam, kenapa sampai jam delapan lewat begini belum sampai? Mama sampai harus manasin masakan kamu dua kali, ini."

"Iya, sori, sori. Ini udah mau belok ke rumah. Udah, ya? Dah..."

Aku mematikan ponselku dan meletakannya kembali di jok sebelah, bersamaan dengan kakiku yang menginjak pedal rem ketika mobilku sudah berhenti sampai didepan pagar kayu rumah orang tuaku. Kemudian, tak sampai lima detik, Oji, salah satu ART, membukakan pagar, dan aku memasukan mobil kedalam garasi.

Sudah ada mobil Bang Edo yang terparkir di garasi. Lihat, kan? Saking semangatnya, Mama sampai mengundang kakakku segala malam ini. Aku pikir, aku hanya akan makan malam bersama Mama dan Papa. Ck... Kenapa, sih? Ulang tahun aja heboh banget. Harusnya biasa aja, lah. Repot deh kalau udah begini. Padahal aku hanya ingin malam ini tetap seperti malam-malam biasanya. Tidak ada yang perlu dispesialkan.

Tok... tok... tok...

Mendengar ketukan di kaca mobil, aku langsung menoleh dan menemukan Oji sedang melihatku dari luar. Aku kemudian menurunkan kaca mobil dan tersenyum padanya. "Kenapa, Ji?"

RemainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang