"Come on, Eunseo! Anggap kemarin hanya bertemu hantu. Lupakan, kamu akan baik-baik saja tanpa dia." Ucap Eunseo menasehati dirinya sendiri, untuk mengabaikan apapun yang mengganggu pikirannya tentang Bona. Mungkin langkah terbaik adalah tak perlu lagi berhubungan atau bertemu dengan perempuan itu. Selama ini dirinya pun masih sanggup merawat dirinya sendiri dan baik-baik saja tanpa Bona.
"Hei! Rupanya kamu disini. Aku pikir kamu bolos kerja hari ini?" Kata Nancy mendorong pintu toilet, menghampiri Eunseo yang sedang merapikan riasan. "Tadinya aku berniat bolos, tapi aku berubah pikiran. Bagaimana kencanmu semalam?" Tanya Eunseo sangat penasaran, Nancy menggelengkan kepala. Jika ia mau hal mudah baginya menemukan pacar dalam semalam.
Namun yang tersulit sebenarnya, perempuan yang sangat ia inginkan jadikan pacar adalah Eunseo sendiri. Dan ia harus menyembunyikan semua perasaannya itu di atas nama persahabatan mereka. Selama ia mampu menyimpannya sendiri. Dan Nancy tak ingin kehilangan Eunseo, jika gadis itu tahu dirinya menyimpan rasa lebih dari sekedar kata teman.
"Gagal lagi? Apa mereka semua buta? Bagaimana mungkin mereka menolakmu?"
"Entahlah, mungkin aku bukan tipe mereka."
"Apa kau perlu bantuanku untuk mendapatkan mereka? Atas dasar apa mereka berani menolakmu?"
"Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri." Nancy tersenyum tipis, menepuk bahu Eunseo lalu keluar lebih dulu. Rasanya tak sanggup terus berpura-pura baik-baik saja di depan Eunseo.
***
"Selamat datang, silakan!" Ucap waitress ramah menyambut kedatangan tamu seorang perempuan cantik dan membukakan pintu, mempersilakan tamu masuk. Dan mengantar perempuan itu ke meja yang di inginkannya. Kemudian menyodorkan buku menu, namun perempuan itu menolaknya dengan halus dan menulis catatan kecil.
"Baik, Nyonya." Waitress itu membungkuk sopan, meninggalkan meja. "Seo, tolong antar pesanan ini." Yoojung menyerahkan nampan di tangan Eunseo. "Okay!" Eunseo menerima nampan dengan senang hati dan mengantarkan pesanan ke meja tamu yang di maksud.
"Selamat menikmati, Nyonya." Ucap Eunseo sopan, meletakkan gelas dan piring di atas meja. Mempersilakan perempuan yang sedang membaca majalah itu menikmati hidangan favorit di kafe mereka.
"Terima kasih, Sayang." Bona menutup majalah, tersenyum menatap Eunseo yang sedikit kaget bertemu dirinya. "Jika begitu, saya permisi." Eunseo berusaha bersikap profesional dan berpura-pura tak mengenal perempuan di depannya.
"Kamu nggak bisa lari kemana-mana lagi. Sampai ke ujung dunia sekali pun, aku pasti menemukan kamu. Ayo, kita pulang!"
"Pulang? Disini rumahku. Jangan bersikap seolah-olah peduli dengan hidupku. Dan jangan membuat keributan, nikmati makananmu dan keluarlah jika kau sudah selesai."
"Aku datang untuk menjemputmu pulang.
Jangan membantahku.""Aku tak mengenalmu. Berhentilah menggangguku." Eunseo menepis tangan Bona, tak ingin lagi berurusan dengan perempuan itu. Hidupnya sudah cukup tenang selama ini tanpa Bona.
"Kamu bisa saja mengatakan pada semua orang berpura-pura tak mengenalku. Apa aku harus menunjukkan pada semua orang bahwa status kita masih menikah?"
"Apa hubungan kita selama ini layak di sebut pernikahan? Tidak, aku berhak memutuskan hidupku denganmu atau selesai."
"Berhentilah bersikap kekanak-kanakkan. Pertengkaran kita tak akan menyelesaikan masalah. Ayo, kita pulang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfiction"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |