"Anak manja kayak kamu, banyak tingkah sok kabur dari rumah. Ingat ya Seo, kamu nggak punya siapapun selain aku! Aku jamin kamu bakal nangis kejer dan minta balik lagi ke rumah ini." Gumam Bona begitu yakin, perlahan menghampiri tempat sampah berniat memungut bunga tulip yang telah Eunseo buang. Dengan hati-hati Bona mulai membongkar tumpukan sampah mencari wujud bunga itu, berharap utuh dan baik-baik saja. Suzy pasti marah jika tahu Bona tak bisa menjaga bunga-bunga yang di pesan spesial untuknya.
"Permisi, Mbak!"
"Iya." Bona menghentikan sejenak kegiatannya dan menoleh sumber suara di belakang. Mengerutkan kening heran sekaligus penasaran dengan seorang gadis seumuran Eunseo sedang menatapnya iba.
"Kenapa? Kamu panggil saya?!"
"Anu, Mbak?" Bona semakin bingung, meneliti penampilan gadis itu dari ujung kaki hingga kepala. Menor, itulah kata yang terlintas di pikiran Bona. "Ini ada sedikit makanan buat Mbak, semoga bermanfaat." Ujar Soobin menyerahkan kotak nasi pada Bona.
"Yang sabar ya, Mbak. Terkadang hidup ini memang kejam." Gadis itu menepuk bahu Bona seakan ikut prihatin dengan nasib malang Bona lalu pamit.
"Ini maksudnya apa? Saya bukan gembel."
"Makan aja, Mbak. Gratis kok, jangan malu-malu. Saya tau, Mbak pasti kelaparan sekarang." Sahut Soobin mengeser pintu gerbang, sangat ikhlas membantu Bona.
Gratis pantatmu! Sembarangan aja.
Bona ingin membuang nasi kotak itu tapi mengurungkan niatnya. Daripada mubazir di buang, lumayan untuk sarapan. Senyuman Bona mengembang dan hampir berteriak, begitu senang saat menemukan benda yang dicarinya menampakkan diri. Di peluknya erat bunga tulip itu, sejenak Bona larut dalam perasaan rindu akan Suzy. Bunga itu seakan menjadi obat yang manjur untuk mengurangi semua rindunya pada sang model.
Bona bersenandung riang memasuki halaman rumah, berdansa sendiri layaknya sedang menari di acara pesta. Namun kebahagiannya lenyap seketika saat melihat sandal milik Eunseo tergeletak di lantai. Bona terdiam berjongkok memandangi sepasang sandal itu cukup lama. Dan perasaan bersalah pun muncul menghantui. Tak seharusnya Bona bertindak ceroboh, mengusir Eunseo hanya demi sebuket bunga tulip.
Perempuan itu berjalan lunglai meletakkan bunga di atas meja begitu saja. Semua terasa sia-sia dan hampa, tak ada lagi Eunseo yang menyebalkan di hadapannya. Rumahnya menjadi sunyi, hanya dirinya lah manusia terakhir yang tertinggal disana. Bona menyandarkan kepala di sofa, memejamkan mata erat.
Kini yang tersisa hanya perasaan gelisah dan bingung harus bagaimana, tak tahu harus seperti apa. Mulai ketakutan bagaimana jika Eunseo benar-benar tak kembali ke rumahnya. Bona memijat pelipisnya, dirinya sangat menyesalkan semuanya.
***
Eunseo memeluk erat boneka beruang itu, kakinya terus melangkah mengikuti jalan meski tak tahu tujuannya kemana. Dan langkahnya terhenti saat menyadari kini dirinya sudah tiba di depan gedung sekolah. Gadis itu mematung di sebrang jalan, memandangi gedung kokoh itu pilu. Mungkin untuk sementara dirinya harus rela berpisah dengan semua kenangan indah disana.
Eunseo mengusap butiran bening di sudut mata, berusaha tegar. Ia berjanji pada dirinya sendiri, jika dirinya tak akan selamanya meninggalkan sekolah itu. Ia berjanji pasti akan kembali untuk melanjutkan pendidikan dan mimpinya yang tertunda. Namun untuk saat ini, Eunseo tak mungkin kembali kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfiction"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |