Setelah membayar taksi, Eunseo bersenandung riang menaiki anak tangga menuju kontrakan. Hatinya sedang bahagia karena sudah pensiun jadi pengangguran. Dengan gaji fantastik yang di tawarkan Crystal, Eunseo dalam sebulan mungkin saja bisa membeli mobil atau pindah ke apartemen mewah. Intinya ia sangat beruntung, kehidupan ekonominya juga mungkin akan semakin membaik di masa depan.
"Dari mana kamu? Jam berapa ini baru ingat pulang? Udah bosen hidup, hah?!" Sambut Bona berkacak pinggang di depan pintu penuh kekesalan. Dengan balutan daster batik selutut, lengkap dengan gulungan roll rambut di jidat, persis emak-emak kontrakan sedang menagih uang sewa bulanan. Matanya memicing tajam seperti ingin memakan Eunseo secara utuh, merasa sedang di permainkan anak kecil.
"Cari kerja lah, memangnya duit hujan dari langit." Balas Eunseo cuek tak peduli dengan ekspresi emosional wajah Bona. Mau perempuan itu mengamuk sekalipun. Jelas bukan urusannya dan ia tak ingin terlibat skandal drama Bona.
"Terus fungsinya aku kaya buat apa, kalau kamu masih banting tulang cari kerjaan?"
"Maaf ya, gue bukan pengemis. Gue masih bisa makan kok tanpa kamu."
"Ya, maksud aku kita kan sudah menikah. Wajar dong kalau harta aku jadi milik kamu juga."
"Bukan berarti karena kamu kaya, kamu bisa seenaknya merendahkan gue. Gue memang masih muda, tapi gue bukan anak manja seperti yang kamu pikirkan."
"Kamu kan bisa kerja di perusahaan aku. Kenapa kamu harus bersusah-susah mengemis pekerjaan di tempat lain. Aku bisa memberi kamu kedudukan apapun yang kamu inginkan dengan mudah."
"Gue sama sekali tidak berminat bekerja di bawah kekuasaan kamu. Sekarang gue udah kerja, jadi buang jauh-jauh pikiran kamu untuk merekrut gue jadi budak kamu." Eunseo melewati Bona begitu saja, rasanya tak berguna terus melayani Bona.
"Kerja apa kamu? Melayani tua bangka seperti tadi pagi maksudnya? Apa jadinya jika Mama Jisoo tahu pekerjaan terkutuk kamu?"
Eunseo tertawa, "Aki-aki peyot yang jemput gue maksudnya? Masih mendingan tuh Aki-aki daripada kamu yang bisanya marah-marah dan bikin emosi."
"Pokoknya aku mau kamu berhenti dari kerjaan kamu. Kamu mau jadi apa sih, Seo? Masa depan kamu ambruradul jika kamu terus seperti ini."
"Nggak. Gue yang memutuskan bekerja atau tidak. Kamu nggak berhak melarang gue. Ini urusan gue, jadi masing-masing aja."
"Nih anak batu banget. Kamu belum pernah ya merasakan tampolan aku."
"Nggak minat dan bodo amat!"
"Ingat kalau kamu masih nekat kerja, jangan salahkan aku kalau aku akan membunuh mucikari sialan yang memperkerjakan kamu."
"Mucikari itu lebih baik di banding kamu."
"Kamu bener-bener udah nggak waras, Seo." Bona membanting pintu kalah telak, rasanya ingin menangis saja karena Eunseo tak mau memahami keinginannya.
"Udah marah-marahnya? Nggak sekalian pintunya di rusak kan orang kaya."
"Diam kamu! Aku benci ngomong sama kamu." Bentak Bona sedikit kesal dan mulai tak bisa mengendalikan emosi.
"Ih! Siapa juga yang ngomong sama situ. Gue ngomong sama pintu."
"SEO!! CUKUP!" Teriak Bona membangunkan seluruh penghuni gang, marah. Eunseo lekas membungkam mulut Bona dengan bulatan tisu agar diam. Pak RT dan warga bisa mendatangi kontrakan mereka karena kegaduhan yang Bona buat.
"Berisik, tau! Di pikir teriakan kamu itu semerdu suara Raisa lagi nyanyi gitu. Mikir sedikit Neng, ini jam satu malam. Gelo sugan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfic"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |