[18] And Still Stupid |34

651 50 3
                                    

***

"Bukan ini yang ku mau,

Lalu tuk apa kau datang,

Rindu tak bisa diatur,

Kita tak pernah mengerti,

Kau dan aku menyakitkan."

***

"Dasar perempuan sialan! Berikan aku satu botol lagi! Cepat!" Teriak Bona pada bantender setengah mabuk, menengggak habis sisa minuman di botol. Perempuan itu seperti sedang kesetanan, ia telah menghabiskan dua botol minuman. Dan masih ingin menambahnya.

"Anda sudah terlalu mabuk, Nona."

"Aku tak peduli. Bukan urusanmu. Berikan padaku!" Bona merebut botol, kemudian melanjutkan pesta alkohol sendirian. Sekian lama ia telah meninggalkan kebiasaan terkutuk itu. Kini ia kembali mendatanginya. Hanya sekedar ingin melampiaskan segala kekecewaan dirinya, patah hati karena Eunseo memilih Crystal.

"Aku sudah cantik dan kaya. Aku juga mampu mencukupi hidupmu. Apa yang salah? Apa yang kurang? Aku harus bagaimana agar kamu paham. Aku tak punya pilihan, selain mencintaimu. Apakah aku terlalu buruk untukmu? Mengapa kamu tak bisa mencintaiku sekali saja?"

Bona menangis lirih menyesali yang terjadi. Mengapa ia harus memiliki perasaan yang seperti ini. Sedih, kecewa dan hancur menjadi satu. Harus dengan cara apa, Bona sangat putus asa. Wanita itu tampak sangat menyedihkan. Tak seharusnya ia berada di tempat terkutuk itu. Sejauh apapun ia melarikan diri, pada akhirnya ia akan pulang. Kembali mencintai Eunseo seperti biasanya, seakan gadis itu telah menjadi rumah terakhir.

"Hanya kau yang bisa mengerti aku." ujar Bona memeluk botol, mulai meracau tak jelas terlanjur mabuk. Kepalanya mulai pusing, hanya bayangan Eunseo terus berkutat dalam ingatan.

"Dasar payah! Apa dia sedang berpesta untuk merayakan kematiannya sendiri. Menyedihkan!" Ucap seorang gadis muda, menggelengkan kepala. Sedari tadi ia hanya menonton tingkah konyol Bona.

"Bodoh! Cepat datang ke tempatku! Sebentar lagi pacarmu akan mati." Gadis itu mengakhiri panggilan telepon, menatap bosan ke arah Bona yang teler. Wanita itu sudah hilang kesadaran terkapar mabuk di meja bar. Gadis itu turun dari tempatnya, berjalan menghampiri Bona.

"Tagihannya atas namaku."

"Baik, Nona."

"Aku tak bisa menunggu lama. Aku serahkan wanita malang ini padamu. Temanku akan segera datang menjemputnya." Kata gadis itu membayar minuman Bona dan meninggalkan club. Kemudian menitipkan Bona pada bantender yang bertugas untuk menjaganya. Beberapa saat kemudian seseorang datang membawa Bona keluar dari tempat itu.

"Bukankah aku pernah bilang, minum-minuman itu tak baik untuk tubuhmu. Kamu melakukannya lagi, bagaimana bisa kamu akan menjaga dan mencintaiku. Menjaga diriku sendiri saja tak bisa." Gadis itu dengan susah payah, memasukkan Bona ke mobil.

"Bawa aku pergi bersamamu. Kamu jahat!" Ucap Bona setengah tak sadar, memukul pelan dada gadis itu kemudian tertidur dalam pelukan.

"Jalan, Pak!"

Mobil melaju membelah jalanan yang gelap, raut wajah gadis itu tampak gelisah. Sepanjang perjalanan menuju hotel, tangannya terus mengusap puncak kepala Bona penuh sayang. Bagaimana pun jauh di lubuk hatinya, ia sangat mencintai Bona. Perasaannya ikut hancur melihat Bona menjadi seperti itu. Tanpa sadar ia menangis dalam diam. Ia selalu mendoakan Bona, agar wanita itu bisa menemukan kebahagiaannya. Meski pada akhirnya ia sadar, mereka tak mungkin bersama.

[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang