Jam pelajaran berakhir, Eunseo dengan cepat membenahi buku-buku. Ia harus pulang lebih awal, sebelum Bona kembali dari ruangan Kepala Sekolah. Gadis itu menyelinap keluar kelas, berjalan cepat ingin segera pulang. Berharap Bona tak menemukan dirinya. Namun langkah Eunseo terhenti dan harus melewati pemeriksaan keamanan. Ia pun terpaksa mengantri bersama siswi yang lain.
Dari kejauhan ia dapat melihat Soobin berlari ke arahnya, seperti sedang mencari seseorang. Tidak salah lagi, Bona mungkin saja sengaja mengutusnya.
"Tenang, Seo. Tenang sedikit, duh gue berasa jadi buronan." Eunseo berusaha menutupi wajah dengan buku, berharap Soobin bisa terkecoh.Soobin sudah di depan mata, gadis itu menghampiri petugas keamanan seperti membisikkan sesuatu. Eunseo semakin khawatir, bagaimana caranya meloloskan diri dari sekolah tanpa di ketahui Bona. Jelas ia menolak jika harus berdamai dengannya.
"Selama sore. Boleh kami memeriksa tasnya." Kata petugas, meminta Eunseo menyerahkan tas.
"Iya. Silakan."
"Siapa namamu?"
"Saya, Pak?"
"Iya, kamu. Saya tanya kamu masa tanya kucing lewat."
"Nama saya Maemunah, Pak."
"Baik Munaroh, maaf maksud saya Maemunah. Apa saya bisa melihat Kartu Identitas Siswa milikmu?"
"Saya lupa membawanya, Pak."
"Lupa? Jangan becanda, lalu bagaimana caranya kamu bisa masuk ke gedung ini tanpa kartu akses?" Eunseo berkeringat dingin, bodohnya ia berbohong tanpa perkiraan dan harus terjebak dengan kebohongannya sendiri.
"Kok diam? Terus maksudnya, kamu siswi ilegal? Tolong ikut ke ruangan saya."
"Pak, saya nggak bohong. Tolong kembalikan tas saya. Saya harus segera pulang."
"Kamu boleh pulang setelah saya selesai memeriksamu. Duduklah." Eunseo tak bisa berkutik dan tertahan di ruangan keamanan. Petugas keamanan nampak serius berbicara dengan Kepala Sekolah via telepon.
"Saya sudah menghubungi Kepala Sekolah untuk memastikan data-datamu. Dan kamu di minta datang ke ruangannya untuk mengambil surat pernyataan yang sudah di tanda tangani beliau."
"Harus saya sendiri, Pak."
"Betul." Eunseo tertunduk lesu, keluar dari ruangan. Ia sangat yakin ini pasti bagian dari rencana persekongkolan Bona untuk menjebaknya. Saat Eunseo tiba di depan ruangan Irene, nampak Soobin ada disana. Gadis tersenyum saat melihatnya, seakan sudah tahu yang terjadi. Eunseo mengetuk pintu dan meminta izin masuk.
"Duduklah. Tak usah tegang seperti itu, aku tidak akan menelanmu hidup-hidup." Kata Irene menutup buku yang sedang di bacanya. Menatap Eunseo sejenak, sebelum kembali melanjutkan pembicaraan.
"Ada yang ingin kau katakan?"
"Tidak, Bu. Maksud saya, mohon segera tanda tangani surat pernyataannya."
"Oh, saya hampir melupakannya. Apa kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Tidak, Bu."
"Lalu kenapa hal ini bisa terjadi?"
"Sebenarnya saya hanya sedang terburu-buru, saya harus pulang cepat. Saya mohon maaf. Saya berjanji tidak akan mengulangnya lagi."
"Begitu rupanya." Irene memainkan pulpen di tangannya, berusaha mempercayai yang Eunseo katakan.
"Bisakah Ibu memberikan suratnya sekarang?"
"Tentu. Namun saya harus bertemu walimu terlebih dahulu." Raut wajah Eunseo nampak kecewa, bagaimana ia menjelaskannya pada Crystal nanti. Sebelumnya ia sudah berjanji tak akan membuat perempuan itu kecewa dengan menyebabkan masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfiction"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |