"Aku dengar kau sakit. Apa yang terjadi? Kalian bertengkar lagi? Kenapa kau selalu berakhir seperti ini? Kau mencintainya tapi kau menyakitinya juga. Kadang aku tak paham dengan apa yang kau pikirkan."
"Aku tak butuh nasehatmu. Jika kau datang hanya ingin mengejekku, lebih baik kau pulang sekarang."
"Cih! Dasar kau keras kepala." Gadis itu duduk di ranjang Bona, ia merasa miris melihat keadaan Bona. "Apa semua ini gara-gara aku? Aku minta maaf jika kehadiranku diantara kalian menyulitkanmu. Aku sebenarnya tak ingin membahasnya lagi. Aku sangat menyesal dengan yang terjadi." Luda sejenak menatap Bona, kemudian membenarkan selimut.
"Aku harap kali ini tak terlibat masalah lagi denganmu."
"Apa kau perlu bantuanku untuk menyelesaikan masalahmu? Aku rasa masalahmu tak akan pernah selesai jika aku tak terlibat."
"Kau membuat hariku menjadi buruk. Keluarlah! Aku tak perlu bantuanmu. Aku tahu cara menyelesaikan masalahku."
"Berhentilah kau berpura-pura menjadi orang yang kuat. Aku tahu kau sangat sedih. Bagaimana rasanya saat orang yang kau inginkan tak bisa mempercayaimu lagi. Sakit, bukan? Aku tak bermaksud menertawakanmu. Tak ada untungnya untukku. Setelah pertemuan kita terakhir itu, aku terus berpikir banyak tentangmu."
"Aku mohon kau keluar sekarang."
"Apa kau tak pernah memikirkan tentang kita. Bagaimana jika kita mulai memperbaiki semuanya dan memulai lagi dari awal."
"Apa kau sedang mencoba mendekatiku lagi, Lee Luda? Aku sungguh terharu dengan niatmu. Sayangnya kau salah menilaiku, aku sudah banyak berubah. Aku bukan orang yang sama seperti dulu. Mungkin sekarang aku terlihat bodoh karena menangisi Eunseo. Tanpamu aku tahu caranya mengobati lukaku sendiri."
"Rupanya kau sangat mencintai gadis itu, tak ku sangka cinta sudah membuatmu menjadi bodoh seperti ini."
"Cinta atau pun tidak, ini rahasiaku. Dan kau tak berhak mencampuri masalahku. Aku tahu kepada siapa cintaku pantas di berikan."
"Jangan membohongi dirimu sendiri. Aku tahu kau masih mencintaiku, kan?" Luda mengusap wajah pucat Bona, berharap wanita itu masih memiliki rasa yang sama seperti dulu.
"Apa sebenarnya yang kau ingin dengar dariku? Apa semua ini tak cukup untuk menghancurkanku?" Bona balas menatap tajam Luda."Aku tak mau melihatmu menderita seperti ini. Sekiranya masih ada kesempatan kedua bagiku, kembalilah."
"Apakah dengan aku menerimamu kembali? Kau berpikir aku akan bahagia. Cinta diantara kita hanya masa lalu. Aku sudah tak menyimpan namamu di hatiku."
"Lalu dengan kau terus menangisi dia, apakah dia akan kembali padamu? Kau tak akan pernah mendapatkan dia kembali. Semua yang kau lakukan sekarang hanyalah sebuah kebodohan besar."
"Biarlah dia melihatku bodoh seperti ini, aku tidak peduli. Aku tak butuh penilaianmu. Semua yang ku lakukan, karena aku mencintainya."
"Kau bilang semua ini cinta? Rasanya aku mulai ikut menjadi bodoh sekarang mendengarkanmu. Mungkin sebaiknya aku pergi dulu, sebelum aku menjadi gila sepertimu." Luda meremas kepala, kehabisan kata-kata dan sangat frustasi berdebat dengan Bona.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfiction"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |