"Bagaimana dengan tanganmu? Coba ku lihat." Eunseo melonggarkan pelukan, memeriksa sikut Bona memastikan perempuan itu tak cedera parah.
"Hanya sedikit cedera ringan. Kamu mengkhawatirkanku?"
"Ah! Tidak. Maksudku, aku hanya ingin memastikan keadaanmu."
"Lalu bagaimana dengan hatiku? Apa kamu tak ingin bertanya tentang perasaanku?" Bona meletakkan telapak tangan Eunseo di dada. Berharap gadis itu merasakan rindu yang sama.
"Hujannya sudah berhenti. Aku akan mengantarmu pulang." Eunseo terus mengalihkan pembicaraan, menghindari setiap pertanyaan Bona. Eunseo tak tahu harus mengatakan apa, dirinya tak pandai mengungkapkan perasaan."I miss you so much." Kata Bona menarik tubuh gadis itu dalam pelukan, menatapnya lembut. Menyakinkan Eunseo bahwa kalimat yang terlontar dari bibirnya, benar-benar tulus dari lubuk hati. "Kamu terlihat sangat lelah, sebaiknya kita pulang sekarang." Eunseo tersenyum tipis dan merapikan anak rambut Bona, tak ingin tertipu dengan kata-kata rindu Bona. Di balik tatapannya yang lembut. Dan wajah cantiknya yang menyesatkan mata, tersimpan monster yang sangat mengerikan. Eunseo tak ingin terjebak dengan permainan Bona.
"Seo, apa kamu tak mempercayaiku?"
"Sudahlah, aku lelah terus berdebat denganmu. Jika inti permasalahan kita soal perceraian itu, baiklah aku tak akan mengungkitnya lagi. Kamu menang dan kita takkan bercerai, dengan satu syarat."
"Syarat?"
"Iya. Dengan syarat aku tak mau kembali ke rumahmu."
"Oh, kenapa kamu berubah pikiran?"
"Aku tak mau jadi seorang pembunuh hanya karena dirimu. Rahasiakan semua ini dari keluargaku."
"Kamu masih marah karena aku membuatmu kehilangan pekerjaan? Aku akan berbicara dengan Bosmu dan kamu bisa kembali bekerja di sana."
"Aku tidak marah. Hanya kesal setiap melihat dirimu. Tidak perlu, aku bisa mencari pekerjaan yang lain." Bona terdiam mendengar penjelasan Eunseo, ingin marah tapi Bona tak bisa melakukannya di depan gadis itu. Bona tak ingin Eunseo semakin membencinya, ia harus lebih bersabar menghadapi Eunseo.
"Oke! Jika itu bisa membuat perasaanmu lebih baik. Setidaknya kamu pulang sebentar dan mengambil barang-barangmu atau aku membuangnya."
"Kau bisa membuangnya kapan pun kau mau. Aku tidak peduli. Mulai saat ini dan seterusnya, jangan muncul di hadapanku lagi."
"Untuk permintaanmu yang satu ini, aku tidak bisa berjanji."
"Sayang, kamu disini rupanya." Suzy datang dan memeluk Bona, terlihat jelas sangat mengkhawatirkan perempuan itu. Eunseo memalingkan pandangan ke tempat lain, berpura-pura tak melihat mereka. Tak penting juga ikut campur urusan mereka.
"Apa kamu baik-baik saja atau dia menyakitimu? Kamu pucat sekali. Ayo! Kita ke Rumah Sakit sekarang." Suzy melirik sinis ke arah Eunseo, entahlah dirinya mulai tak suka Eunseo kembali dekat dengan pacarnya.
"Kenapa kau melihatku seakan aku baru saja memukuli bayi manjamu itu?" Eunseo mendelik tajam, tak suka Suzy seakan ingin menyalahkan dirinya."Sekali lagi kau berbuat ulah dengan pacarku. Aku tidak peduli kalian sudah menikah atau pun tidak. Berani kau menyakiti Bona lagi, kau akan berurusan denganku." Ancam Suzy memperingatkan Eunseo agar tidak bertindak semena-mena terhadap Bona.
"Aku sama sekali tak tertarik dan muak berurusan dengan kalian. Buang-buang waktuku saja."
"Sudahlah, kalian jangan bertengkar. Aku baik-baik saja." Bona mencoba menengahi perdebatan Eunseo dan Suzy. Tiba-tiba ponsel Eunseo berdering, gadis itu menjauh untuk menjawab panggilan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfiction"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |