^ ^ ^
Eunseo berdiri di atas jembatan dengan tatapan kosong, mengamati ramainya lalu-lalang mobil. Pikirannya melayang jauh ke dunia asing yang tak berpenghuni. Hanya ada gelap di sana, Eunseo hanya menangis ketakutan. Kembali terdengar suara tawa Jisoo sedang mengolok-oloknya. Eunseo menutup telinga tak ingin mendengarkan. Namun perempuan itu terus memaki Eunseo penuh kebencian. Jisoo terus mengatakan jika ia hanya seonggok manusia sampah yang tak berguna. Dan ia hanya mampu menangis. Memohon agar Jisoo mengampuni segala kesalahannya.
Apakah ia sangat berdosa, jika menginginkan bahagia. Eunseo tak menginginkan semua ini terjadi. Pada siapa ia harus percaya. Semua terasa sangat menyesakkan dada, tak ada harapan. Hanya menorehkan rasa sakit yang tak terhingga. Kepalanya sakit memikirkan semua yang terjadi. Tubuhnya terasa limbung dan hampir saja terpeleset jatuh ke bawah sana. Beruntung sebuah tangan menyelamatkan hidupnya dan menahannya agar tak terjatuh.
"Terima kasih. Aku tidak apa-apa." Ucap Eunseo berusaha kembali berdiri normal.
"Kau yakin baik-baik saja, Nak? Jangan berdiri di sana, itu sangat berbahaya." Nasehat seorang wanita paruh baya, berlalu meninggalkan Eunseo begitu saja.Andai ada Mama, mungkin dunia ini tak akan sesuram ini. Sebenarnya orang tuaku dimana? Apakah mereka masih hidup?
Eunseo cepat-cepat mengusap airmata, ia sudah lelah menangis mengingat orang tuanya yang tak jelas. Mungkin kah ia hanya seorang anak haram yang di buang pelacur karena tak mau menanggung malu. Eunseo berusaha tegar menguatkan hati. Jika memang benar yang itu terjadi. Eunseo hanya bisa pasrah. Bagaimana pun ia harus belajar mengikhlaskan semuanya. Menelan pahitnya kenyataan hidup seorang diri.
"Anak pungut! Anak haram! Manusia sampah! Apa lagi, aku tak mau semua itu."
Gadis itu berjalan dengan langkah gontai, akhirnya Eunseo sampai di tempat tinggalnya dulu. Gadis itu berdiri limbung, menerawang jauh anak tangga yang terbentang panjang di depan mata.
Kenangan demi kenangan terus berputar dalam ingatan. Sudah terlalu lama ia meninggalkan tempat itu. Eunseo tak yakin jika Bona masih betah tinggal di sana. Ia datang ke sana tak sekedar ingin menemui Bona. Namun Eunseo juga ingin menenangkan diri dari peliknya masalah hidup.
Eunseo pun tak berharap lebih, bisa menemukan Bona di sana. Karena bukan untuk Bona ia kembali. Mungkin saja perempuan itu sudah bahagia dan melupakan dirinya. Perlahan Eunseo menaiki anak tangga, hanya rumah ini hiburannya sekarang."Kau sudah pulang? Selamat datang di rumah kita." Sambut Bona tak percaya akhirnya Eunseo ingat pulang. Perempuan itu bangkit dari tempatnya, tampak sangat bahagia saat melihat Eunseo. Bona tersenyum seperti biasa, namun Eunseo tak bereaksi apapun. Gadis itu mematung tak percaya melihat perubahan drastis Bona. Tak mungkin Bona masih setia menunggu dirinya pulang. Kini Eunseo merasa sangat bersalah, karena melibatkan perempuan itu dalam penderitanya.
Eunseo merasa sangat terpukul dan sedih, perempuan sombong yang dulu selalu memakinya. Masih bisa tersenyum tanpa beban, dengan senyuman yang sama seperti dulu saat Eunseo meninggalkannya. Yang berbeda hanyalah, tubuh Bona yang semakin kurus, hingga menonjolkan tulang-tulangnya. Apakah Bona tak pernah makan dan mengurus dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfiction"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |