"Aku mau makan mie ayam, martabak, ketoprak, siomay, sate, baso, pokoknya semua makanan disini."
"Dasar kampungan! Mau lo telen sama gerobaknya juga gue nggak peduli."
"Ingat ya kamu harus baik sama aku. Di larang marah dan komplain." Eunseo membuang wajah saat Bona berusaha menggodanya. Memilih menarik kursi dan duduk, lelah mendengar ocehan Bona.
"Yang suruh kamu duduk siapa? Aku kan belum selesai pilih makanan."
"Kaki gue pegel." Bona menghampiri Eunseo dan berjongkok.
"Mau aku pijitin?"
"Nggak usah. Tambah sakit yang ada kalau lo yang pijit."
"Aku baik, salah. Aku perhatian, kamu marah. Kamu memang hobi ya ngajak aku perang setiap saat. Apa susahnya sih kita damai? Aku capek berantem terus sama kamu."
"Damai sama kamu, nggak ada!"
"Dasar bocah! Coba aja aku nggak punya hati, udah aku ratain kamu dengan aspal."
"Ngomong sama meja." Eunseo menutup kedua telinga, tak mau mendengar apapun kata nyanyian Bona yang sedang memujinya.
"Lama-lama aku congkel mata kamu pake garpu." Gerutu Bona kesal, terpaksa mengalah karena menjadi pusat perhatian semua orang.
"Dasar perempuan kanibal!"
"Iya. Tunggu giliran daging kamu yang aku makan." Bona meletakkan piring makanan, duduk berhadapan dengan Eunseo. Ia harus menunda pertikaiannya sejenak, karena perutnya mulai lapar. Sedangkan Eunseo menekuk wajah, menonton Bona yang sedang kelaparan.
"Kamu makan ya sedikit, nanti kalau kamu masuk Rumah Sakit kan aku juga yang harus bayar." Bona mencoba merayu Eunseo hendak menyuapinya, jelas Eunseo menolak.
"Maaf ya, gue bukan kaum dhuafa yang makan sisa makanan orang."
"Aku kan bukan orang lain, Sayang."
"Makan-makan aja deh, jangan banyak tingkah." Eunseo memainkan ponsel, bosan menunggu Bona makan.
"Kamu lagi chat sama siapa? Awas ya kalau kamu berani macam-macam, aku bunuh selingkuhan kamu."
"Kepo." Eunseo menyembunyikan ponsel, takut di rampas Bona untuk yang kedua kalinya.
"Aku juga berhak tahu siapa teman-teman kamu."
"Oh, ya! Terus gue peduli?"
"Suapin!"
"Ogah!" Bona mendengus kesal, terus terang ia juga ingin Eunseo sedikit saja memperhati dirinya. Namun gadis itu tetap saja bersikap dingin dan seakan menjaga jarak. Eunseo berkali-kali menguap lebar, mulai mengantuk. Karena matanya tak tahan lagi, akhirnya ia tertidur, tak peduli dengan keramaian di sekelilingnya. Bona hanya mengelengkan kepala, ada perasaan menyesal memaksa Eunseo menemaninya makan. Mungkin saja, Eunseo memang kelelahan. Bona menanggalkan jaket blazer miliknya dan menyelimuti gadis itu, kemudian menyelesaikan makan malamnya seorang diri.
Karena sudah larut malam dan malas menyetir, Bona memutuskan menginap di hotel terdekat. Terlebih mengingat tangga menuju tempat tinggal Eunseo, ia sudah menyerah di awal. Dirinya tak mungkin sanggup membawa Eunseo pulang. Dengan bantuan petugas hotel mereka sudah tiba di kamar. Eunseo tergeletak di ranjang seperti mayat hidup.
Setelah memberi tip dan mengucapkan terima kasih, perlahan Bona menutup pintu dan menguncinya. Perempuan itu mencopot high heel kebangsaan dan melucuti semua perhiasan di tubuhnya. Kebiasaan wajib yang di lakukannya sebelum tidur, sejenak Bona memandangi wajahnya sendiri dari pantulan cermin.
Dalam hatinya memuji, dirinya cukup cantik dan layak bersanding dengan Eunseo. Namun mengapa gadis itu tidak bisa tertarik kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[18 ] AND STILL STUPID™ | Chapter II
Fanfiction"Will you love me? I swear I'll make you love me one day." | gxg |