Dalam lamunan ku, aku berkata,
"Aku kesepian dalam keramaian."
Aku tidak mau berlarut-larut dalam lamunan ku, aku beranjak dari samping kasur dan meninggalkan kamarku. Aku beralih ke teras depan rumah, karena teras itu spot yang paling favorit di keluarga kami.
Benar saja, dari kejauhan nampak Ayah, Ibu dan mas Aditya sedang berbincang, tapi terlihat dari raut wajah nya, ada sesuatu yang serius yang sedang dibicarakan.
Di keluarga kami, berbincang serius bukan menjadi hal yang aneh, tetapi menjadi aneh bagiku,
Kenapa aku tidak diajak?
Lantas terlintas di fikiran ku,
"Apa mereka sedang membicarakan ku?"
Tanpa berfikir panjang, aku langsung mendekati mereka dan mencari tahu, sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?
"Ibu tidak setuju, jika Adira bersekolah kembali dengan kondisi seperti itu, ibu takut Adira menjadi bahan permainan teman-teman nya"
"Sebenarnya Ayah juga tidak setuju Bu, kalau Adira bersekolah kembali. Tetapi melihat kesungguhan Adira untuk melanjutkan sekolah, sudah seharusnya kita sebagai orangtua itu mendukung apa yang anak kita pilih.
Ayah juga takut, jika kita menolak keinginan nya untuk bersekolah, Adira akan menjadi anak yang tertutup dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan.
Karena suatu saat nanti, mau tidak mau Adira harus siap menghadapi itu semua. Menghadapi sikap teman-teman, masyarakat dan orang lain yang menilai diri nya berbeda.
Dan kalau tidak dilatih dari sekarang, Ayah takut mental Adira tidak akan kuat menerima nya.Karena semakin bertambah nya hari, semakin berat juga tantangan yang harus dihadapi Adira"
"Ayah benar Bu, jika kita tidak mendukung Adira, lalu siapa yang akan mendukung? Kalau bukan dari kita, keluarga nya"
Ibu terdiam.
"Ibu tenang saja, Ayah yakin Adira pasti bisa melewati ini semua"
"Iya Bu, Adira kan hebat"
"Kalau Ayah sudah setuju dan mengizinkan, Ibu mengikuti saja.
Ibu percaya, kalau itu memang yang terbaik""Alhamdulillah"
"Yaudah Dit. Kamu panggil Adira, Sekarang!"
"Baik, Yah"
Mendengar namaku dipanggil, aku langsung datang menghampiri mereka.
"Adira disini"
Mereka tentu saja kaget, dengan kedatangan ku secara tiba-tiba seperti ini, mereka saling menatap satu sama lain seolah bertanya dalam hati,
"Apakah aku mendengar semua pembicaraan mereka tadi?"
Aku pun membuka percakapan,
"Kok pada diam?"
"Sejak kapan kamu berada disana sayang?"
"Memang nya kenapa Bu?"
"Tidak apa-apa"
"Kamu mendengar semua nya?"
"Iya"
"Sampai akhir?"
"Iya, ada apa sih? Kelihatan nya kalian ketakutan sekali?"
"Tidak apa-apa, Alhamdulillah jika kamu mendengar dari awal sampai akhir. Jadi, kamu tidak salah faham bukan?"
"Iya, aku juga mengetahui kalau kalian sudah mengizinkan aku untuk bersekolah kembali. Terimakasih"
"Sama-sama sayang"
"Adira minta maaf ya kalau permintaan Adira kali ini membuat kalian khawatir, tetapi percayalah Adira pasti akan baik-baik saja"
"Iya sayang, tidak apa-apa. Maafkan Ibu, Ayah dan mas Aditya jika sudah membuat mu sakit hati dengan tidak mengizinkan mu untuk bersekolah kembali, itu semua karena kita tidak mau kamu sakit hati, percayalah"
"Iya Bu, Adira tahu. Kalian melakukan itu karena kalian sayang sama Adira. Dan kalian tidak mau Adira terluka"
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Luka
Non-Fiction#grasindostoryinc #nonfiksi Melihat anak-anak kecil bermain ditaman Aku menjadi teringat kejadian kelam 10 tahun yang lalu. Dimana setelah kejadian itu terjadi kehidupanku berubah 180°.