Anugerah istimewa

109 13 0
                                    

"Dosa apa yang Ibu perbuat sampai mempunyai anak yang tidak tahu sopan santun dan tidak punya perasaan seperti kamu. Ibu tidak menyangka kamu tega mengucapkan kalimat itu"

Aditya meneteskan air mata, Aditya tidak menyangka ucapan nya membuat sang Ibu tega berbicara seperti itu.

"Ibu jahat. Ibu tega bicara seperti itu sama Aditya"

"Apa yang kamu rasakan? Sakit kan. Itu yang adik kamu rasakan selama ini. Setiap ucapan yang keluar dari mulut kamu itu selalu membuat hatinya terluka. Kamu sadar ngga!"

"Lagi dan lagi hanya Adira. Aditya capek!"

Aditya lalu pergi meninggalkan Ayah dan Ibu. Ibu tidak sanggup lagi untuk menahan air mata yang sudah tersimpan di peluk mata nya lalu Ibu menumpahkan nya dan menangis. Hanya dengan menangis kita akan merasa lebih tenang dan menganggap beban kita akan sedikit berkurang.

"Ibu tidak mengerti mengapa semua menjadi seperti ini"

"Ibu tenang"

"Bagaimana Ibu bisa tenang yah, melihat anak-anak seperti itu. Yang satu kakak nya tidak punya sopan santun dan yang satu lagi adik nya lagi sakit butuh istirahat dan ketenangan bukan pertengkaran seperti ini terus"

"Ayah tahu Bu, tapi kita harus sabar. Ini adalah ujian bagi keluarga kita. Allah mau kita lebih sabar. Karena sabar itu ilmu nya tingkat tinggi, belajar nya tiap hari, latihan nya setiap saat, ujian nya mendadak, sekolah nya seumur hidup dan hadiah dari sabar itu kebahagiaan dunia dan akhirat"

"Iya yah, Ibu minta maaf. Ibu hanya berfikir, kenapa cobaan di keluarga kita tidak ada henti-hentinya datang. Layaknya hujan yang turun ke bumi"

"Itu tanda nya Allah ingin kita lebih dekat dengan diri-Nya. Tidak masalah hidup kita seperti hujan, yang akan selalu turun ke bumi, karena hujan selalu mau kembali meski tahu rasanya jatuh berkali-kali dan tahu kalau kehadiran nya akan tergantikan dengan indah nya pelangi"

"Ayah benar, kalau begitu lebih baik kita sholat dulu agar pikiran kita menjadi lebih tenang"

"Ide bagus yuk sholat"

***

Ada yang berbeda dari rintik hujan malam ini. Seketika malam membawa kenangan, yang pernah terjadi di masa lalu.

"Aku jadi rindu masa kecilku, seharusnya aku sedang bahagia menikmati waktu bahagiaku sekarang. Bukan seperti ini, yang hanya terpaku dengan kursi roda"

Terlalu asik termenung, aku tidak terdengar Ibu mengetuk pintu dan lantas Ibu kemudian memutuskan masuk.

"Sayang, kamu lagi apa"

"Ibu, kok masuk kamar Adira tidak mengetuk pintu dulu"

"Sudah sayang, ibu sudah mengetuk bahkan memanggil nama kamu berkali-kali, tapi kamu tidak dengar, seperti nya lagi asik melamun"

"Maaf Bu Adira tidak dengar"

"Memang nya kamu sedang memikirkan apa? Sampai kamu terlarut dalam lamunan mu itu"

"Tidak memikirkan apa-apa Bu. Adira sedang melihat rintik hujan saja dari kaca jendela"

"Ibu tahu kamu pasti sedang memikirkan sesuatu. Ibu kesini hanya mau bilang, maafkan perkataan mas mu ya. Ibu tahu betul, dia pasti tidak bermaksud untuk berbicara seperti itu sama kamu"

"Iya Bu, Adira tahu. Adira ngga marah dan Adira paham kenapa mas Aditya bersikap seperti itu sama Adira. Karena mas Aditya cemburu, mas Aditya merasa Ibu dan Ayah hanya sayang sama Adira tapi tidak sama mas Aditya. Maka nya mas Aditya bersikap seperti itu"

Terimakasih ya Allah Engkau telah memberikan hamba anak berhati mulia seperti Adira di keluarga hamba. Hamba janji akan menjaga anugerah yang sangat istimewa ini sampai akhir hayat.

Bersambung

Aku Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang