Rahasia itu terbongkar

114 14 0
                                    

"Bagaimana dengan mas Aditya?"

Aditya hanya terdiam.

"Kamu tidak perlu memikirkan perkataan mas mu itu. Anggap saja angin lalu"

"Memang benar, selama ini kehadiran Aditya di keluarga ini pun juga tidak dianggap ada"

"Sudah cukup hentikan! Ibu tidak ingin kehilangan kalian berdua. Karena kalian berdua itu harta yang paling berharga bagi Ibu"

"Kalau memang Aditya berharga bagi Ibu, kenapa selama ini Aditya tidak mendapat perhatian dari Ibu? Kenapa selama ini Ibu hanya memperhatikan Adira? Kenapa Bu? Kenapa!"

"Jaga bicaramu Aditya! Itu Ibu kamu! Jangan jadi anak durhaka!!!"

"Ayah bilang apa? Aditya durhaka? Lalu apa bedanya dengan Ayah?"

Ibu dan Adira bingung apa maksud dari ucapan Aditya.

"Diam kamu! Tahu apa kamu!"

"Aditya tahu betul soal kematian nenek. Itu semua Ayah yang rencanain kan. Agar Ayah dapat menikahi Ibu. Karena nenek tidak merestui hubungan Ayah dengan Ibu waktu itu"

Ayah pun terdiam, memikirkan darimana Aditya tahu tentang rahasia besar itu.

"Ayah kenapa diam? Apa yang Aditya bilang benar kan. Pasti Ayah kaget karena rahasia yang selama ini Ayah simpan rapat-rapat dan Ayah berharap selamanya tidak akan terbongkar tapi sekarang terbongkar semua"

"Ayah, apa yang dibilang Aditya benar? Kalau Ayah berbohong atas kematian Ibu. Ayah pasti tahu kan, kalau Ibu itu berharga untuk Ibu tapi kenapa Ayah tega sekejam ini sama Ibu"

"Tidak seperti itu Bu. Jangan percaya kata-kata anak ini"

"Kenapa? Ayah takut, kalau Ayah akan kehilangan keluarga? Ayah tahu tidak,  bagaimana perasaan Aditya selama ini? Dekat dengan keluarga tapi tidak pernah dianggap ada kehadiran nya.
Ayah bisa merasakan tidak seperti apa rasanya? Sakit yah. Aditya sakit"

"Itu semua hanya perasaan mu saja, kenyataan nya Ayah dan Ibu selalu ada untuk mu"

"Apa Ayah bilang? Selalu ada untuk Aditya? Aditya tidak salah mendengar? Tapi kenyataan nya Ayah dan Ibu selalu menomorsatukan Adira daripada Aditya"

"Tidak seperti itu sayang. Kamu seharusnya mengerti, kenapa Ibu dan Ayah lebih mendahulukan Adira daripada kamu, kerena Adira sakit.
Adik kamu butuh Ibu dan Ayah"

"Terus, Ibu fikir. Aditya tidak membutuhkan Ibu dan Ayah?"

"Bukan seperti itu sayang"

"Terus maksud Ibu apa? Sudah jelas Ibu bicara seperti itu tadi.
Ibu lupa? Apa harus Aditya ulang?"

"Aditya, cukup. Kamu sudah besar. Seharusnya jalan fikiran kamu juga lebih luas, kamu ini seorang kakak. Sudah seharusnya kamu mengalah untuk adikmu. Dan sudah seharusnya juga untuk kamu mengerti, jika apa yang Ayah dan Ibu lakukan ini demi kebaikan"

"Kebaikan siapa Ayah? Kebaikan Adira? Iya. Apa pernah Ayah dan Ibu memikirkan kebaikan Aditya? Kebaikan saja tidak pernah apalagi kebahagiaan ya. Hahaha"

Bersambung

Aku Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang