Takut ke Toko Buku?

28 3 0
                                    

"Tidak. Aku tidak takut dengan Gladis. Tapi aku sadar apa yang Gladis ucapkan memang benar adanya. Aku hanya seorang perempuan cacat yang tidak pantas memiliki teman" ucap Adira menunduk sambil menyembunyikan air matanya yang telah menetes

Adam pun menaikan dagu Adira dan kini wajah Adira tepat di depan wajahnya. Adam menatap manik-manik mata Adira, sangat indah.

"Hey, jangan nangis. Kamu itu perempuan yang paling istimewa di bumi ini. Karena Allah hanya memilih kamu di antara ciptaanNya yang lain. Dan hanya kamu yang berhak menjalankan tugas dariNya. Kamu istimewa Adira. Sungguh istimewa"

Mendengar ucapan Adam, Adira tersenyum. Adira bersyukur ada laki-laki yang begitu baik kepada dirinya. Dan tak pernah menganggap bahwa kesempurnaan fisik adalah hal utama dalam pertemanan.

"Terima kasih Adam. Kamu baik" ucap Adira sambil tersenyum

"Sama-sama. Nah senyum seperti itu kan cantik daripada nangis"

Pipi Adira seketika merah saat Adam berkata 'cantik' lalu Adam berkata,

"Pipi nya merah seperti kepiting rebus haha" ledek Adam sambil tertawa

"Adam menyebalkan"

"Tapi kamu suka kan"

"Tidak"

"Tidak usah berbohong. Aku memang layak untuk disukai banyak wanita"

"Dasar playboy"

"Hahaha"

🦄

Setelah kejadian hari itu, Adam dan Adira dekat. Bahkan bisa dikatakan seperti tali dan sepatu. Selalu bersama tapi? Allahu a'lam hehehe

Dimana ada Adira pasti disitu ada Adam. Dan jika Adira di bully, Adam adalah orang pertama yang mensupport Adira. Bahkan Adam pun tidak segan-segan menghajar orang yang menghina Adira di depan mukanya.

Seperti waktu itu..

Flashback on

"Ra, temani aku ke toko buku yuk" ajak Adam

"Aku tidak bisa, Dam" ucap Adira

"Kenapa?"

"Ya tidak bisa saja"

"Nanti aku minta izin ke Ayah dan Ibu kamu untuk mengajak kamu pergi ke toko buku. Pasti mereka mengizinkan kamu tenang saja" jelas Adam

"Ini bukan masalah izin dari Ayah dan Ibu. Tapi aku yang tidak mau"

"Kenapa kamu tidak mau?"

"Tidak apa-apa"

"Aku butuh penjelasan, bukan ucapan 'tidak apa-apa' mu itu. Aku mencoba memahami jika kamu tidak mau pergi ke toko buku bersama ku. Tapi kasih penjelasan dulu" tutur Adam

Dengan mendudukkan kepalanya, Adira berkata,

"Aku takut pergi ke tempat umum. Aku takut keramaian. Aku takut bertemu banyak orang. Bagaimana jika mereka melihatku dengan tatapan kalau 'aku berbeda' dari mereka? Aku belum siap akan hal itu" ucap Adira sambil menangis

Adam yang melihat Adira meneteskan air mata langsung menghapuskan dengan tangannya dan berkata,

"Ra, lihat aku. Aku tahu kamu takut. Tapi jangan sampai rasa takut kamu menutupi duniamu. Duniamu itu sangat indah. Coba lihat sekelilingmu. Dan yang kamu harus tahu, masih banyak yang lebih 'parah' daripada kamu. Tapi mereka mencoba menerimanya. Kamu juga harus mencoba hal itu, bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan. Allah berikan penyakit ini kepada kamu, karena Allah sayang sama kamu. Allah yakin kamu bisa melaluinya. Dan yang harus kamu tahu, Allah selalu menitipkan orang-orang baik untuk selalu berada di dekat kamu"

Mendengar semua ucapan Adam, Adira menangis. Ia merasa jika ia adalah manusia yang paling tidak beruntung di dunia ini karena tidak bersyukur dengan apa yang sudah menjadi takdir hidupnya.

Adam pun langsung memeluk Adira dan membenamkan wajahnya di dadanya lalu berkata,

"Ada aku disini"

Bersambung

Aku Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang