Keterlaluan

65 8 0
                                    

"Apa?! Ibu berani sama saya? Saya akan adukan Ibu Maya ke Ayah"

"Laporkan saja. Ibu tidak takut. Karena semakin hari kamu semakin kelewatan, terlebih semakin tidak bisa dikendalikan. Ayah kamu harus tahu hal ini. Dan saya yakin, Ayah kamu akan mendukung saya daripada kamu. Ibu kenal baik dengan Ayah kamu. Kita berteman sejak kuliah. Dan Ayah kamu itu orangnya sangat baik dan tegas. Terlebih, Ayah kamu sangat peduli dengan orang lain apalagi orang yang istimewa di mata Allah. Kalau Ayah kamu tahu, kamu berbuat kasar sama Adira, mungkin Ayah kamu akan marah bahkan tidak segan-segan untuk menghukum kamu. Walaupun kamu adalah anaknya sendiri"

Mendengar perkataan Bu Maya.
Aldo terdiam. Seakan kata-katanya sudah habis dan tidak ada lagi.

Aldo terdiam. Karena Aldo takut. Bagaimana kalau apa yang dibilang Bu Maya menjadi kenyataan?
Aldo berkata dalam hati,

"Bagaimana kalau anak baru ini sampai mengadukan masalah pembullyan sama Ayah?
Pasti Aku akan dihukum.
Dan semua kartu kredit termasuk mobil akan disita.
Aku tidak mau itu terjadi.
Bagaimana ini?"

Anjani berkata,

"Kenapa lo diam? Lo pasti takut kan. Kalau Adira sampai melaporkan ke Ayah lo sendiri"

"Nggak. Buat apa gue takut sama dia. Lagipula Ayah gue nggak gampang percaya sama orang. Apalagi sama orang baru yang dia nggak kenal"

"Memang benar. Ayah lo nggak kenal Adira. Tapi bagaimana kalau Bu Maya? Ayah lo kenal bukan?"

Aldo berkata dalam hati,

"Sial banget si Jani. Mau cari masalah dia sama gue! Awas saja!!!"

Tiba-tiba Gladis berkata,

"Mau jadi pahlawan kesiangan lo!" Pakai membela anak baru yang cacat ini. Apa sih kelebihan dia? Serba kekurangan begitu saja lo belain"

Dia, Gladis. Cewek paling sombong disekolah. Semua siswa/i di lingkungan sekolah mengenali dia. Karena, Gladis adalah sepupu Aldo, bisa dibilang Ibunya Gladis adik Ayahnya Aldo.
Termasuk Pak satpam dan tukang bersih-bersih sekolah. Pak Umam, namanya. Setiap hari ada saja kesalahan yang di perbuat Pak Umam dimata Gladis. Padahal yang dilakukan Pak Umam itu benar. Namun Pak Umam tak pernah memasukkan ucapan Gladis ke dalam hati. Karena Pak Umam tahu, Gladis masih belia, semua yang diucapkan adalah main-main saja. Jadi tidak dipermasalahkan. Gladis itu sangat cantik sampai semua cowok disekolah mengenali dirinya. Namun sayang, hatinya tidak secantik parasnya.  Gladis tidak mempunyai teman disekolah, karena teman-temannya tidak menyukai sifatnya yang sombong, pilih-pilih teman dan selalu berkata kasar.

Mawar, teman satu kelasnya akhirnya angkat bicara dan berkata,

"Nggak usah ikut-ikutan deh lo. Suasana sudah panas, lo malah bikin lebih panas"

Bersambung

Aku Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang