"Karena hanya kamu yang mampu menerimaku, di luar keluargaku. Kamu mengajakku berpetualang, melihat dunia luar yang selalu aku rindukan sejak lama"
"Aku akan mengajakmu berpetualang, kita ciptakan dunia baru. Disana hanya ada aku, dan kamu"
"Kamu tidak sedang salah bicara?"
"Tentu tidak"
"Kamu akan membawaku berpetualang di dunia baru?"
"Iya. Kita ciptakan kebahagiaan disana."
Adira menangis kala mendengar ucapan Adam. Adam bak malaikat yang diturunkan ke bumi hanya untuk Adira. Begitu sempurna, hingga kini Adira dibuat takut jika suatu hari Adam akan pergi meninggalkannya.
"Bukankah baru saja aku bilang kita ciptakan kebahagiaan. Tapi mengapa sekarang yang hadir adalah tangisan?"
"Air mata ini bukanlah air mata kesedihan, lihatlah.." ucap Adira yang kini mengangkat dagu Adam agar melihat wajahnya. "Aku bahagia hingga tak terasa air mataku jatuh tanpa aku pinta. Aku bersyukur karena hadirnya kamu dihidupku."
"Sekarang senyumnya mana?"
"Maksudnya?"
"Aku mau kamu tersenyum, sudahi tangisnya," ucap Adam seraya menghapus air mata Adira. "Nah, kalau tersenyum seperti ini kan cantik."
"Terima kasih ya,"
"Untuk apa?"
"Karena sudah begitu baik padaku."
"Itu adalah tugasku. Ayo kita pulang, kak Aditya pasti sudah menunggu kita."
Sesampainya dirumah Adira, Adam diminta untuk istirahat sejenak sambil berbincang hanya dengan Aditya. Jauh dibenak Adam sebenarnya ia mengetahui maksud dari Aditya mengajaknya bicara, tak lain adalah tentang Adira.
"Saya sangat senang melihat Adira yang sekarang, karena jauh lebih bahagia dan berwarna dunianya sejak kamu hadir. Jujur sebagai Kakak saya merasa malu karena gagal membahagiakan adik saya sendiri." ucap Aditya tertunduk.
"Kak Aditya tidak pernah gagal. Adira tahu kakaknya begitu menyayanginya."
"Terima kasih karena telah hadir di hidup Adira, dan menjadi teman berbagi ceritanya."
"Saya kak, seharusnya saya yang berterima kasih. Adira bisa bertahan sampai detik ini sehingga saya bisa bertemu dan menjadi tokoh baru dalam kehidupannya. Adira menyimpan luka dihatinya sendiri. Dia memang tidak pernah sendiri karena saya percaya ada keluarga yang menemani, tapi tentang kehidupan sebenarnya, hanya Dia yang mengetahui."
"Saya tahu betul kalau adik saya lelah. Meskipun Dia tidak pernah mengatakannya, tapi dari isyarat mata seakan Dia hidup hanya karena mengikuti skenario semesta. Dia percaya jika masih diberikan nafas artinya perjalanan hidup di dunia belum berakhir masih banyak rintangan yang harus dihadapi."
Tanpa mereka sadari, ada yang telah menumpahkan air matanya sambil menutupi mulut, agar tidak menciptakan suara.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Luka
Non-Fiction#grasindostoryinc #nonfiksi Melihat anak-anak kecil bermain ditaman Aku menjadi teringat kejadian kelam 10 tahun yang lalu. Dimana setelah kejadian itu terjadi kehidupanku berubah 180°.