Tugas Kita adalah Saling Memaafkan

62 7 0
                                    

"Suka-suka gue dong mau naruh kaki gue dimana. Ini kan sekolah gue"

"Sekolah ini milik Pak Wijaya"

"Pak Wijaya itu Ayah gue. Jadi ini sekolah milik gue juga"

"Terserah. Ayo Dir, bangun"

Anjani mengulurkan tangannya untuk membantu Adira berdiri.

"Makasih"

"Sama-sama. Maafkan perkataan mereka ya Dir dan jangan masukan ke dalam hati ya perkataan mereka tadi"

"Aku sudah memaafkan mereka. Dan kamu tenang saja Aku tidak memasukkan perkataan mereka ke dalam hati. Karena Aku tahu mereka hanya bercanda. Dan Aku mengerti"

"Kamu baik sekali. Hati kamu terbuat dari apa? Aku mau seperti kamu.
Bisa memaafkan orang lain dengan mudahnya. Walaupun mereka sudah melukai perasaan kamu"

"Bukankah tugas kita untuk memaafkan orang lain?
Karena Allah SWT saja mau memaafkan dosa kita yang kelewat batas ini. Karena sudah terlalu banyak Kekhilafan yang kita buat, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Allah saja Maha Pemaaf. Masa kita sebagai hamba-Nya tidak mau memaafkan saudara kita sendiri. Saudara sesama Muslim"

"MasyaAllah. Aku benar-benar kagum. Hatimu sungguh mulia. Semoga Allah selalu menguatkan hatimu. Aamiin"

"Aamiin Allahuma Aamiin"

Selama jam pelajaran dimulai.
Adira tidak mengalami kesulitan. Karena pelajaran ini sudah ia pelajari dirumah bersama mas Aditya.

Hingga Bu Maya pun heran, Adira bisa mengikuti pelajaran dengan baik padahal Adira sudah lama tidak sekolah. Hingga Bu Maya berkata,

"Kalian harus contoh Adira.
Ditengah keterbatasannya, dia masih semangat untuk belajar dan belajar. Seharusnya kalian itu malu, pelajaran ini sudah Ibu jelaskan Satu Minggu yang lalu tapi sampai sekarang kalian masih belum paham juga. Adira yang baru kembali bersekolah paham dengan materi yang kita pelajari. Memalukan"

Aldo pun berkata,

"Ibu tidak bisa membedakan kita dengan anak baru itu. Jelas kita Dia berbeda dengan Kita. Kita sempurna sedangkan dia cacat"

"Jaga ucapan kamu Aldo! Tidak sepantasnya kamu berbicara seperti itu!!! Ucapan yang kamu katakan itu seperti anak berandalan yang tidak pernah diajarkan oleh orang tuanya dan tidak disekolahkan"

"Apa?! Ibu berani sama saya? Saya akan adukan Ibu Maya ke Ayah"

"Laporkan saja. Ibu tidak takut. Karena semakin hari kamu semakin kelewatan, terlebih semakin tidak bisa dikendalikan. Ayah kamu harus tahu hal ini. Dan saya yakin, Ayah kamu akan mendukung saya daripada kamu. Ibu kenal baik dengan Ayah kamu. Kita berteman sejak kuliah. Dan Ayah kamu itu orangnya sangat baik dan tegas. Terlebih, Ayah kamu sangat peduli dengan orang lain apalagi orang yang istimewa di mata Allah. Kalau Ayah kamu tahu, kamu berbuat kasar sama Adira, mungkin Ayah kamu akan marah bahkan tidak segan-segan untuk menghukum kamu. Walaupun kamu adalah anaknya sendiri"

Mendengar perkataan Bu Maya.
Aldo terdiam. Seakan kata-katanya sudah habis dan tidak ada lagi.

Aldo terdiam. Karena Aldo takut. Bagaimana kalau apa yang dibilang Bu Maya menjadi kenyataan?
Aldo berkata dalam hati,

"Bagaimana kalau anak baru ini sampai mengadukan masalah pembullyan sama Ayah?
Pasti Aku akan dihukum.
Dan semua kartu kredit termasuk mobil akan disita.
Aku tidak mau itu terjadi.
Bagaimana ini?"

Bersambung

Aku Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang