Pagi ini Adira tidak seperti biasanya, Adira lebih memilih untuk bangun lebih awal, karena ia ingin membuat sarapan untuk keluarga nya, sarapan yang sangat sederhana yaitu sandwich dan satu gelas susu
"Sarapan sudah siap, lebih baik Aku bangunkan mereka" ucap Adira
Belum sempat Adira membangunkan keluarganya, Ibu sudah menghampiri Adira
"Apa yang sedang kamu lakukan sayang" ucap Ibu sambil menepuk pundak Adira
"Ibu mengagetkanku saja"
Ibu kaget melihat sarapan sudah tersedia semua dimeja, lalu berkata :
"Kamu menyiapkan semua ini?"
"Iya, hehe"
"Tumben sekali, ada apa?"
"Ah Ibu ini, tidak ada apa-apa"
"Kamu sudah mandi?"
"Sudah Bu"
"Kalau begitu bangunkan Mas mu itu, sudah subuh suruh sholat"
"Iya Bu"
***
"Mas bangun!!!"
"Nanti" ucapnya
"Sekarang! Sholat subuh dulu"
"5 menit lagi"
"Ibuuu! Mas Aditya ngga mau sholat"
"Adira bohong Bu"
"Benar Bu, katanya 5 menit lagi"
"Tidak. Ini sudah bangun"
Dasar Adira tukang mengadu, mimpiku jadi terganggu
"Kenapa masih disini? Cepat keluar"
"Mengusir?"
"Iya, karena mau sholat"
"Sholat saja, Adira tidak menggangu. Adira hanya memastikan mas Adit benar-benar sholat dan tidak melanjutkan tidur"
"Keluarlah. Bisa tidak fokus sholat jika ada kamu disini"
"Alasan!"
"Cepat keluar dari kamar! Waktu ku terbuang sia-sia"
"Harusnya Adira yang bilang seperti itu! Karena membangunkan mas Adit waktu menonton film Adira terbuang"
"Mengapa mas Adit yang salah?"
"Iyalah, coba aja Adira tidak di suruh ibu membangunkan mas Adit, pasti Adira lagi menonton film sekarang"
"Itu salah kamu. Kenapa mau di suruh membangunkan mas Adit"
"Karena Ibu yang meminta"
"Kenapa mau? Kenapa ngga tolak aja?"
"Kalau tolak, yang ada nanti dapat dosa"
"Bisa saja kamu ini"
"Sudah sana cepat ambil wudhu! Nanti waktu Subuh nya habis"
"Kamu ajak bicara terus bagaimana tidak mau habis"
"Iya juga, hehehe"
***
Bosan rasa nya jika terus seperti ini, pekerjaan ku dirumah setiap hari hanya bangun, makan, minum obat, dan tidur. Seperti pribahasa zaman dahulu "hidup segan mati tak mau" Aku tidak mau seperti itu.
Aku mau sembuh"Adira" ucap Ibu
"Iya Bu"
"Kamu sedang memikirkan apa?"
"Tidak sedang memikirkan apapun Bu"
"Bohong kamu"
"Tidak Bu"
"Kamu bisa saja membohongi yang lain. Tapi kamu tidak bisa membohongi Ibu. Karena Ibu sangat mengenal sifat anak-anak Ibu. Jadi Ibu tahu betul bagaimana gerak-gerik nya saat ada masalah atau ada sesuatu yang sedang dipikirkan"
"Sebenarnya ... "
"Ada apa sayang"
"Adira bosan dirumah. Adira ingin sekolah. Adira ingin main. Adira ingin bertemu teman-teman. Adira tidak ingin dirumah terus. Adira bosan"
"Ibu tahu betul bagaimana perasaan kamu sayang. Tapi kamu harus sabar. Kamu ingat kan orang sabar itu disayang sama Allah"
"Iya Bu Adira tahu. Tapi sampai kapan Adira akan terus seperti ini"
"Hust, tidak baik bicara seperti itu. Kamu seperti ini tanda nya Allah sayang sama kamu. Kamu menjadi manusia hebat dan kuat yang terpilih untuk mendapatkan hadiah istimewa yang sangat spesial ini"
"Adira minta maaf Bu"
"Kamu tidak salah. Ini wajar, cuma kamu tidak boleh seperti ini terus. Ibu jadi sedih"
"Ibu tidak boleh sedih"
"Maka dari itu, kamu stop berbicara seperti ini terus. Kamu itu perempuan hebat sayang. Ibu bangga mempunyai anak berhati malaikat seperti dirimu"
"Adira juga bangga mempunyai Ibu hebat dan kuat seperti Ibu"
"Jangan menangis dong"
"Ibu juga jangan menangis"
"Kalau begitu dalam hitungan ke tiga kita hapus air mata kita bersama-sama. Satu dua tiga"
"Sudah"
"Ini baru anak Ibu yang cantik"
"Memang anak Ibu yang cantik siapa lagi?"
Mereka tertawa
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Luka
Non-Fiction#grasindostoryinc #nonfiksi Melihat anak-anak kecil bermain ditaman Aku menjadi teringat kejadian kelam 10 tahun yang lalu. Dimana setelah kejadian itu terjadi kehidupanku berubah 180°.