Kembali kepada Semesta

66 14 0
                                    

"Maaf sayang, untuk kali ini, Ayah tidak bisa menuruti keinginan kamu"

"Ayah jahat"

Tak terasa, ada butiran kecil yang menetes dari mata ku. Aku gagal menjaga butiran itu agar tidak menetes di pipi. Tapi, kalau kalian tahu, aku sudah berusaha untuk menjaga nya, tapi kelopak mata ku tidak cukup untuk menampung air yang sudah terlalu menggenang.
Ini menyakitkan. Keinginan ku yang sederhana tidak terwujud karena kondisi ku ini, Semesta tolong aku.

"Maafkan Ayah sayang, suatu saat nanti kamu akan mengerti"

Aku pun bergegas ke kamar meninggalkan meja makan. Namun, Ayah menahan ku.

"Kamu mau kemana sayang?"

"Kamar" jawab ku singkat.

"Mau ke kamar? Makanan kamu saja belum di makan?" ucap mas Aditya.

"Adira ngga lapar"

"Makan dulu, sedikit saja. Kalau kamu ngga makan nanti sakit" ucap Ibu membujuk ku.

"Tidak Bu, nanti saja kalau lapar Adira ambil sendiri"

Aku pun memutuskan pergi meninggalkan mereka, menjauh lebih tepat nya. Karena perasaan ku sangat kacau saat ini. Dan yang aku butuhkan sekarang hanya ketenangan dalam kesendirian.

Ibu berniat menyusul ku, tapi Ayah langsung memegang tangan ibu seolah memberikan tanda jika biarkan aku sendiri dulu. Ibu pun menuruti nya.

*****

Tiba di kamar, aku bergegas mengambil wudhu untuk sholat, karena perasaan ku saat ini sedang tidak karuan, ya, perasaan ku kacau.
Di saat perasaan ku kacau tempat ternyaman ku adalah sajadah.

Karena aku bisa bercerita tentang apapun kepada semesta tentang apa yang sedang aku rasakan dan apa yang terjadi kepada ku. Karena aku bisa memohon dan meminta kepada semesta, apapun itu. Karena semesta maha baik dan maha mengetahui.

Saat perasaan kacau,
Sholat adalah jawaban atas semua pertanyaan. Kembali kepada Semesta saat perasaan gelisah adalah hal yang paling tepat.

"Karena kembali kepada Semesta adalah Obat untuk untuk hati patah."

Seketika persaaan ku yang awal nya marah, emosi, dan kesal hilang begitu saja, dan kini yang kurasa adalah perasaan yang damai dan penuh dengan ketenangan.

Setelah selesai sholat aku duduk di samping ranjang tempat tidur, menghadap kaca yang memperlihatkan sudut kota, dan yang aku lihat adalah keramaian.
Tetapi yang aku rasakan selama ini adalah Kesepian. Sangat bertentangan bukan? Ya, seperti itulah.

Dalam lamunan ku, aku berkata,

"Aku kesepian dalam keramaian."

Bersambung

Aku Dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang