"and some memories never leave."
-unknown.
*
*
Sudah genap dua belas hari Aksa selalu datang ke taman ini. Ia sengaja mengambil jalur yang jauh sepulang sekolah. Untung, ia selalu pulang sendiri.
Duduk di sini, Aksa mengedarkan pandangannya. Seseorang yang ia cari tidak ada. Biasanya perempuan itu selalu datang ke sini. Perempuan itu yang menuntunnya nekat datang ke sini sendirian.
Lagipula, Aksa tidak betah di rumah. Ayah dan ibunya sering bertengkar. Sekolah selalu menjadi pelariannya dan sumber ketenangan dari bisingnya kondisi rumah setiap hari.
Agak miris. Di usianya yang baru menginjak 8 tahun, Aksa sudah dipaksa dewasa oleh keadaan.
Sekali lagi ia mengedarkan pandangan ke semua sisi taman. Suasananya seperti biasa. Ramai. Tapi sudut bibir Aksa menurun. Kecewa karena hari ini ia tidak bisa bertemu lagi dengan gadis itu.
Namanya Naraya. Gadis kecil penuh senyuman yang lima belas hari lalu bertemu dengannya di rumah makan milik tantenya. Pertemuan yang singkat itu cukup menyentuh hati Aksa.
Tiga hari setelahnya, Aksa tidak sengaja melihatnya lagi yang baru pulang sekolah. Bersama kedua orang tuanya, gadis itu tertawa bahagia dan berlari-lari di taman ini. Dia terlihat sangat beruntung memiliki keluarga yang hangat seperti itu.
Dari situlah Aksa mulai rajin mengunjungi taman ini. Melihat perempuan itu tertawa riang bersama orang tuanya, sedikit mengobati luka di hati Aksa. Meskipun yang Aksa lakukan hanya melihatnya dari jauh, mengamati, dan tidak berani menyapa.
Hari pertama, gadis itu datang bersama kedua orang tuanya. Esoknya, gadis kecil itu datang bersama ibunya saja sambil menaiki sepeda. Esoknya lagi, mereka datang bersama kembali.
Beberapa hari lalu Aksa harus menelan kecewa karena tidak menemukan gadis itu. Seperti hari ini.
Ia mendesah kecewa dan bersiap melangkah pulang. Satu hari lagi ia tidak melihat gadis kecil itu.
Bruk
Di tepi taman, hampir saja Aksa terlonjak kaget melihat seseorang ambruk di depannya. Ia melihat sekitar. Beberapa pengunjung taman ini melihat ke arah mereka, tetapi tidak melakukan hal yang lebih jauh.
Mau tak mau, Aksa merunduk. Mencoba membantu gadis itu.
Tanpa suara, Aksa memeriksa lutut yang berdarah di sana. Matanya beralih melihat wajah tangis perempuan kecil itu.
Aa... Ini dia.
Sosok gadis kecil berambut gelombang sebahu lengkap dengan bandana merah muda di kepalanya tengah mengusap air matanya sendiri. Bibirnya meringis menahan perih.
Sudut bibir Aksa sedikit terangkat. Senang karena bisa bertemu lagi dengan Naraya. Ia teringat sesuatu. Tempo hari, gadis ini memberikannya banyak sekali plester. Plester itu sampai sekarang selalu Aksa bawa kemanapun.
Ia melepaskan tas ranselnya dan mengambil plester dari sana. Perlahan, Aksa membukanya dan hendak menutupi luka di lutut Naraya.
"Eeeh! Kata Papa lukanya harus dibersihin dulu!" protes gadis itu dengan air mata yang masih berlinang. "Liat tuh, masih ada tanah sama kotorannya! Kalo langsung ditutup nanti aku insektif gimana?"
Sudut bibir Aksa kembali terangkat. "Infeksi." ralatnya.
Naraya mengambil botol minum dari tas Aksa, lalu membersihkan lukanya sendiri. Sementara itu, Aksa membeku di tempat.
Gadis ini tidak mengenalinya?
Aksa memang tidak pernah berinteraksi dengannya lagi. Tapi, ini baru lima belas hari. Apa Naraya tidak ingat telah mengatakan sesuatu yang sangat berharga untuk Aksa?
"Kamu kesepian ya? Jangan sedih. Aku mau kok jadi temen kamu. Jangan nangis lagi, ya."
Kata-kata itu masih terngiang di telinga Aksa.
Aksa masih terdiam saat Naraya mengambil plester dari sakunya sendiri. Kemudian menutup lukanya sendiri.
"Makasih, ya!" kata perempuan itu sambil berdiri dan menepuk pakaiannya. "Besok-besok kalo kamu jatoh, bersihin dulu lukanya. Oke?" katanya sambil tersenyum dengan sisa air mata masih menempel di pipinya.
Selanjutnya, Naraya meninggalkannya. Berjalan riang ke tengah taman.
Ya. Naraya tidak mengingatnya.
*
*
Telah lahir. TWISTED, 2021.
Padahal aku udah ngerancang cerita ini dari 2018 lalu. Tapi baru sempet kewujud sekarang huaaa:"(
Konflik yang ada di cerita ini mungkin agak sedikit berat. Tapi aku coba bawain dengan cara yang ringan, ya. Jadi, boleh banget kasih kritik dan sarannya, key?
Semoga tertarik sama ceritanya ya!
Happy reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWISTED
Teen FictionKeinginan Aksa hanya satu, yaitu bisa kembali melihat ibunya membuka mata. Selain itu, hidupnya datar dan tidak menarik. Namun, apa jadinya jika Aksa tiba-tiba harus berurusan dengan Ratu Sekolah yang paling ditakuti? ---------- Ini cerita tentang m...