Akhir akhir ini bayangan masa lalu alif di sini menyelimuti ingatannya. Terlebih ia mengingat kebadunganya saat dulu. Alasan kemacetan kota ini selalu digunakannya sebagai alasan agar orang tuanya mengizinkan naik motor. Maka berbeda ketika dijepang, kendaraan umum seperti bus kota atau Shinkansen menjadi pilihannya. Tak bisa dipungkiri, motor selalu membuatnya ingat kota ini dan diperjalanan pulang dari restoran, diatas motornya, ia merindu.
"Sampai juga disini, ahhh rasanya lelah sekali"
Alif berjalan ke kulkas, membukanya dan mengambil minuman soft drink yang selalu dia stok di apartment bersama makanan ringan pengganjal perut. Kemudian ia ke ruang tv, menyalakan tv dan duduk santai di sofa bersama selimut dan bantal kesayangannya.
Jemarinya menekan remote mengganti channel, sesekali ia mendesah panjang karena kantuk tak kunjung menghampirinya, pekerjaannya sudah selesai di restoran tadi dan tiba-tiba ia mengingat lagi kejadian disana yang memaksanya pergi lebih dulu tanpa sopan santun.
Flashback on
"Tapi tetap aja kan tetep Indomie dan telor setengah mateng kek di taman mamaku" ucap Aldo ngotot membuat Alif semakin tertawa, Sarah dan Zahra juga ikut tertawa
"Inget gk Lo Waktu kita diving, Lo beliin gue itu juga, jauh-jauh ke raja Ampat do, cuma makan Indomie kuah yg bener dong Lo"
Alif tertawa melihat wajah Aldo yang semakin menunjukan kekesalannya.
"Kan biar Lo gak masuk angin Al, Lo habis dikejar hiu kan waktu itu jdi yah gue bingung mau gimana, liat lengan Lo udah bersimpah darah buat gue merinding, liat Lo gak ngeringis sakit buat gue takut, yah gue pikir dengan beli Indomie kuah buat Lo jadi tenang." Ucap Aldo memperlihatkan wajah bersalah nya
"Lo pernah dikejar hiu?" Tanya Sarah
Alif mengangguk dan terkekeh "gue berantem sama tuh hiu"
Sarah menutup mulutnya dengan tangan, matanya terbelalak kaget "Serius," tanya nya meyakinkan dan Alif mengangguk "Kamu gak ikut berantem sama hiu kan yang?" Lanjutnya bertanya pada aldo
Aldo menggeleng, ia tak suka diving di kedalaman air yg lebih dari 7 meter. Ia masih memiliki takut, Tdk seperti Alif yang urat takutnya entah kemana.
"Aku cuma temenin Alif aja, aku diperahu tau-tau Alif udah naik kepermukaan dan sekitaran air laut udah berwarna merah. Aku panik bangett waktu itu"
Aldo menunjukkan raut wajah terpukulnya, ia mengingat kejadian itu dengan baik padahal udah lebih sepuluh tahun berlalu. Ia masih menyimpan penyesalan itu sendirian.
"Lo masih bersalah aja, gue masih hidup gini, masih sehat. Lagian kejadian itu udah lama, gue aja udah gak ingat ingat bangett"
"Tapi gue yang ngajak Lo ke sana Al, Lo juga sok jagoan mau berantem sama hiu"
Alif tertawa, "gue memang jagoan, Lo baru tau, mana aja Lo selama ini"
"Jagoan yang bernasib sial, gak bisa naklukin cewek"
Tawa Alif berganti gelak Aldo dan juga sarah. Pasutri ini kompak menertawakannya yang masih menjomblo dan ia melanjutkan kembali desainnya yang hampir selesai.
"Kamu kidal?"
Suara itu, Alif melihat tangannya dan di tukarnya pena itu sembari tersenyum kaku, kalau tadi ia membawa laptopnya mungkin tidak akan seperti ini. Ia lupa ini bukan ruang kerjanya, ia lupa jika disini masih banyak yang akan memperhatikan nya termasuk wanita yang sejak tadi diam saja dan membuat yg lain menjadi sadar akan kekurangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]
Fiction généraleSetiap porosnya, kehidupan selalu menempatkan pada dua sisi. Bahagia dan terluka. Tentang Alif seorang dokter yang menyamar menjadi arsitek dan memilih pergi ke negeri sakura untuk menyembuhkan luka. Melebur dalam romansa yang tercipta untuk menikma...