tiga puluh

116 7 0
                                    

Alif masuk kedalam apartemen sembari memegang lengan nya yang terkoyak. Darah menetes banyak sekali. Dengan susah paya ia mengambil lockcard nya dan menempelkan pada kotak sensor. Alif menekan beberapa kali delapan digit angka. Ia berhasil masuk. Dicucinya tangan dan kemudian luka itu dibersihkan dengan alkohol dan di ikat atau ditekan dengan kasa bersih agar darah bisa berhenti.

Sudah malam begini, rasanya lengan nya semakin ngilu dan nyeri. Alif beberapa kali gemetaran saat mengambil gelas untuk minum. Kepalanya berat dan pandangan nya berkunang-kunang. Tak lama berselang Alif mendengar suara ketukan pintu dan kemudian Alif membukanya. Padangan nya sudah mengabur, ia seperti melihat Zahra ada didepan nya.

"Assalamualaikum"

Satu kalimat itu Alif jawab dengan ia hampir tumbang. Zahra terkejut dan langsung menopang tubuh tegap Alif. Ia panik! Namun dapat membawa Alif ke sofa. Zahra membenarkan posisi bantal dan tubuh Alif. Beberapa kali Alif mendesis sakit.

Zahra yang baru sampai disini bingung harus apa. Ia Mondar mandir di depan sofa sembari melihat Alif yang sudah mengigau entah apa. Suhu badan Alif tinggi, tapi ia tak tau karena apa. Diperiksanya sekitar tubuh Alif. Ditemukan nya sebuah perban di lengan kanan. Zahra histeris. Lengan kanan Alif masih mengeluarkan darah.

Zahra memiringkan tubuh Alif agar ia bisa menjangkau bagian yang sakit. Di naikan nya sedikit lengan kaos putih yang Alif kenakan. Di bukanya kasa itu dan terlihat luka Alif. Luka sayatan yang sudah memerah dan bengkak. Zahra beristigfar. Di lihatnya kotak p3k tidak ada obat yang di carinya. Jika ia yang pergi keluar ia takut akan terjadi sesuatu pada Alif.

Segera zahra menghubungi Aldo lewat ponsel Alif. Alhamdulillah ponsel Alif tak memiliki pola apapun. Dilihatnya walpaper foto Alif yang tersenyum bersama Naufal. Zahra terhenyak beberapa saat dan kemudian menghubungi Aldo. Baru bunyi direng kedua, sudah diangkat. Aldo sudah nyerocos lebih dulu disana dengan guyonan tak berfaedah nya.

"Ha halo kak, ini Zahra"

"......"

"Iyaa, aku pakai ponsel kak alif. Soalnya kak Alif lagi sakit. Aku b-"

"......"

"Iya kak aku mau minta tolong belikan anti biotik dan Paracetamol untuk kak Alif, soalnya gak mungkin aku yang beli ninggalin kak Alif. Aku takut terjadi apa apa."

"......"

"Kalau bisa jangan lama lama yah kak, aku khawatir"

"...."

"Iya kak, makasih!"

"......"

Setelah itu zahra mengambil es dan handuk untuk mengompres bagian lengan Alif yang terdapat memar. Beberapa kali ia terus mengigau. Zahra semakin bingung tubuhnya berkeringat dingin dan kaosnya basah. Zahra takut mengganti baju Alif. Ia tak pernah melakukan nya pada siapapun.

"Kak, kak Alif ini Zahra"

Alif tetap mengigau dan ia tak tau harus apa. Sesekali ia juga mengkompres dahi Alif untuk mengurangi demam nya. Namun iris coklat nya tertuju pada sebuah bagian yang menarik.

 Namun iris coklat nya tertuju pada sebuah bagian yang menarik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang