Furqon mengejar Zahra dengan tergesa gesa. Zahra melesat lebih cepat darinya. Berlari kencang menjauh dari gedung selatan menuju gedung Utara tempat biasa Aldo di tugaskan. Saat ini hanya Aldo yang bisa membuatnya lepas dari Furqon.
Di tengah jalan, Sarah dan Zahra berpapasan. Zahra menarik tangan Sarah dan ikut berlari bersama sama. Mereka bersembunyi di ruangan Aldo yang kosong.
"Haduhhh Ra, kamu kok ngajak aku lari lari sih, aku gak kuat"
Zahra hanya diam dan tak sanggup menjawab ucapan Sarah. Dia memperhatikan sekitar ruangan Aldo yang berbeda dari biasanya. Ada sofa empuk dan sajadah. Juga lemari box kecil 4 tingkat
"Kok Aldo ada sofa nya yah ruangan nya. Mewah banget pantes gak di bolehin aku masuk"
Zahra menatap Sarah, ini pertama kalinya Sarah dan Zahra masuk ruangan Aldo membuat mereka menganga dengan segala kemewahan.
"Ngapai disini, udah dibilang kan buat jangan masuk ruangan aku"
Zahra dan Sarah tersentak kaget kemudian menunduk. Mereka tau salah dan raut wajah Aldo tak seperti biasany. Jujur membuat Zahra tak nyaman karena ini semuanya salahnya yang menarik Sarah ikut berlarian menghindari Furqon
"Keluar dari sini. Aku tunggu kamu di rumah."
"Kak aldo aku minta maaf, tadi aku yang ngajak Sarah lari dan kami terperangkap takut dokter Furqon buat yang aneh aneh jdi kami masu-"
"Ada apa sih disini sampai aku gak boleh masuk kesini. Ada yang kamu sembunyikan dan aku gak tau" potong Sarah membuat Aldo yang tadinya sudah mulai diam kini terbakar
"Kan udah kesepakatan nya begini dari awal. Kamu setuju dan sekarang kenapa kamu jadi gak setuju"
"Lama lama tuh aku jadi yang selalu ngertiinn kamu mas, kamu gak pernah ngetiin aku. Capek aku tau di giniin terus"
"Kenapa? Kamu mau kayak Zahra juga, ngambek marah sama aku trus kamu nyuruh aku pergi"
"Kok Bawa Bawa Zahra sih mas, gak ada hubungannya sama Zahra. Kamu kenapa jadi julit gini haaa. Temen kamu aja tuh yang gak bisa ngeluluhin hati Zahra makanya mereka gak bisa akur. Bukan sepenuhnya salah Zahra. Tapi Alif juga salah"
Aldo memukul meja kuat dan membuat Sarah kaget, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya
"Zahra yang gak memberikan kesempatan buat Alif ja-" ucapan do terpotong
"Kenapa jadi ke urusan ku sih kak. Aku udah minta maaf dan permasalahan di rumah tanggaku jangan dimasukkan dalam permasalahan kecil gini. Kalau kamu mau berbesar hati sedikit dan memafkan semua ini sudah selesai sekarang"
"Sama kayak masalah Lo Ra, kalau Lo mau sedikit aja dengerrr alasan Alif mungkin Alif gak akan ada di paris sekarang yakan"
Gak ada gunanya mengikuti amarah Aldo yang tak berarah ini. Yang ada Zahra makin tertekan dengan semua perkataan Aldo yang kadang kalau marah semakin menyakiti nya.
"Aku minta maaf udah buat kamu marah dan lancang masuk ke dalam ruangan kamu. Ini bukan salah Sarah aku yang salah, sekali lagi aku minta maaf dan aku mohon jangan di perbesar masalah kecil ini"
Gak ada jawaban dari Aldo membuat Sarah sangat kesal. Ditambah ada sebuah permasalahan lain antara mereka berdua, yang sampai sekarang belum juga terpecahkan menjadi kian buruk.
"Assalamualaikum" pamit Zahra meninggalkan Sarah dan Aldo berdua
"Puas kamu!" Ucap Sarah dengan derai air mata
"Kalau kamu jadi ketus begini karena masalah kita, jangan bawa orang lain mas. Zahra juga sahabat aku seperti Alif. Aku gak suka mas begini"
"Kamu kan yang memulai ini. Aku kan tadi sudah memaafkan Zahra. Kamu ngomong merambah kemana mana. Kan aku bilang kita bahas dirumah kamu gak mau dan makin menyudutkan aku"
Sarah masih menangis dan tak habis pikir dengan Aldo sekarang. Se emosi nya dia, tak pernah begini. Tak pernah menyalahkan dirinya dan tak pernah bernada tinggi.
"Kalau aku menyudutkan kamu begini terus kamu dengan mudah buat semuanya jadi kacau kayak sekarang. Aldo yang aku kenal gak begini"
Aldo melihat Sarah kesal, sudah di sepakati sejak awal tak ada yang boleh memasuki ruang kerjanya sekalipun dalam keadaan terdesak. Di ruangan ini banyak sekali berkas penting. Ia tak ingin rencana nya gagal.
"Terserah kamu, aku capek ngadepin kamu yang semena mena begini." Ucap aldo duduk di kursi ruangan nya dan tak memperdulikan Sarah yang masih menangis.
Dengan kekecewaan yang mendalam Sarah pergi dari ruangan aldo dan kembali keruangan nya dan menemukan Zahra yang duduk di kursi. Isak tangis tak dapat di sembunyikan lagi, Zahra memeluk Sarah dengan derai air mata juga. Laki laki memang banyak sekali egois nya dan harus penuh kesabaran untuk menghadapinya.
"Sabar Sar, kamu harus tenang. Mungkin Aldo baru dari ruangan prof Reza. Kita Taukan prof Reza gimana kerasnya"
Sarah mengangguk saja, ia tak ingin menambahkan beban Zahra jika ia ceritakan mengenai rumah tangganya pada Zahra. Ada satu masalah yang menghampiri rumah tangga nya dan Aldo dan ia takut menceritakan semua nya pada Zahra.
"Kamu dan Aldo lagi gak ada masalah apapun kan Sar? Aku liat kalian akhir akhir ini sedang berjarak. Kamu yang sering pulang bareng aku atau kendaraan online. Ada apa sebenarnya?"
Sarah menggeleng dan tersenyum kecil. Senyuman yang membuat Zahra makin erat memeluknya. Menyalurkan rasa sayang nya untuk menguatkan Sarah.
"Semua ini karena Furqon kalau aja dia gak gangguin kamu dan buat kamu jadi gak nyaman. Gak akan kita masuk ke ruang Aldo" ucap Sarah
Zahra teringat lagi akan Furqon. Laki laki itu memang luar biasa mengerikan dan menyebalkan.
"Aku tadi nolak lamaran dia."
Sarah terkejut dan melihat Zahra seolah mengisyaratkan meminta mengulangi kembali apa yang telah di bilangnya
"Aku tadi nolak lamaran dia makanya dia ngejer aku"
"Astaghfirullah Ra kok bisa"
"Dia kayaknya gak tau kalau aku tetep menikah sekalipun Wira waktu itu pergi. Kan dia dan prof Reza sedang menunggu ibu jihan yang sedang drop jadi aku rasa mereka pikir pernikahan ku batal"
Sarah mengangguk "Bener juga kamu Ra, tapi dia terlalu Berani sekali melamar mu begitu. Belom tau jurus Alif ngamuk yah dia. Apa lagi dia buat tangan kamu sampai lecet. Apa reaksi Alif yah kalau tau semua itu?"
Zahra menggeleng lemas, Alif memang buat dia selalu gak mood dan kekesalan nya kian nambah setelah ini.
"Untuk apa bicara dengan nya Sar. Aku sekarang ini juga berharap dan berdoa agar Allah tak mempertemukan aku dengan nya lagi."
"Astaghfirullah kenapa?"
"Sudah banyak sekali yang dia rusak. Aku sudah tidak ingin bersinggungan dengan air mata dan luka. Cukup selama ini aku menahan semuanya sendiri. Cukup buat aku trauma"
Sarah mengusap bahu zahra, menenangkan nya dengan perasaan nya yang juga masih semeraut. Ia berharap semua masalah yang ada di hidupnya dan sahabat nya Zahra segera selesai dan semuanya kembali normal
.
.
.To be continue....
Next part.
Happy reading guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]
Genel KurguSetiap porosnya, kehidupan selalu menempatkan pada dua sisi. Bahagia dan terluka. Tentang Alif seorang dokter yang menyamar menjadi arsitek dan memilih pergi ke negeri sakura untuk menyembuhkan luka. Melebur dalam romansa yang tercipta untuk menikma...