Sunyi, di ruang tv ini sungguh sunyi. Setelah bertemu dengan Zahra dan Iqbal, Alif diboyong mampir kerumah Abi untuk menyelesaikan kesalah pahaman yg terjadi dan kini Alif dan Zahra sudah berada di apartemen. Tak ada yang ingin memulai pembicaraannya. Mereka sama sama bungkam. Zahra yang di kamar dan Alif yang hendak memejam tapi tidak juga terpejam.
"Kalau aja aku sendiri tau gimana perasaan aku sama kamu. Mungkin sekarang aku udah disana bersama kamu Ra. Kalau aja aku berani mencoba untuk membuat semuanya lebih baik bersama kamu. Mungkin sekarang bukan kamu yang memulai semua ini."
Itulah kejelekan Alif. Sifatnya yg tertutup membuatnya susah menceritakan semuanya. Susah menceritakan perasaanya. Malam semakin pekat dan alam mimpi menjemput Alif masuk pada dimensi lain. Meninggalkan sekelebet kebingungan yang tak kunjung terpecahkan hingga matanya harus terpejam merasakan nikmat malam.
.
.Pagi buta begini Alif sudah dari mushola apartemen. Ia sudah melaksanakan kewajiban nya sholat berjamaah. Cuaca tak bersahabat. Hembusan angin pagi ini Dingin sekali dan Tidur nyenyaknya memang sangat singkat. Tapi ia menikmatinya dengan senang.
"Assalamualaikum" ucap Alif saat cardlock apartem nya sudah teridentifikasi
"Waalaikumsalam"
Alif melihat Zahra sudah duduk di sofa dengan Qur'an berwarna biru. Qur'an Alif dari seseorang di masa lalu. Alif teringat lagi. Padahal itu sudah ia sembunyikan di laci meja rias. Alif terdiam, tak berani mendekati. Rasanya masih sama. Sakit! Teramat sangat.
"Kalau disini minimarket Deket gak? Aku mau beli beberapa bahan makanan." Tanya Zahra
"Maps ada, punya ponsel kan? Tinggal liat. Susah banget!"
Zahra terhenyak, kenapa alif jadi se judes ini pagi pagi pulang dari masjid. Zahra diam saja dan langsung masuk ke kamar, meninggalkan Alif yang sudah duduk di sofa dengan frustasi begini. Alif mengetuk pintu kamar beberapa kali, Zahra baru keluar dan melewati Alif begitu saja.
"Ra, tunggu dong. Gue temeni. apartemen kalau gk dikunci barang barang ilang semua. Ra."
Alif melihat Zahra sudah berjalan di depan nya jauh. Alif menghela nafas dan segera berlari kencang mengimbangi langkah kaki Zahra.
"Tunggu dong! Gue ikut." Ucap alif yang terus melirik Zahra disebelahnya. Mereka nunggu lift.
Tak berapa lama lift terbuka, Zahra masuk dan langsung menutupnya. Alif berusaha menahan dan ia akhirnya ikut masuk.
"Lo gimana siihhhh, gue belum masuk, kenapa udah di tutup." Omel Alif tapi Zahra hanya diam tak menanggapi
Tring!
Pintu lift terbuka, Zahra sudah keluar. Dilihatnya Zahra mengenakan flat shoes biasa ia pakai, jalan nya sangat cepat. Alif harus berlari mengimbangi langkah Zahra.
"Kesel gue ahh mana nih gamis sempit banget lgi" ucap Alif melihat gamis berwarna coklat yang dipakainya
Baru hendak melihat kemana Zahra, Alif langsung berlari menghampiri Zahra. Tangan nya di tarik Alif dan di peluknya tubuh Zahra, alif melihat mobil itu. Berwarna hitam dan sempat di ingat nya plat mobil itu. Dilihatnya Zahra, matanya menunduk, redup.
"Ra, you ok?"
Zahra mendorong alif Alif kasar. Terlihat Zahra sangat shock. Beberapa kali Alif lihat Zahra melepas kan kelegaan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]
Ficção GeralSetiap porosnya, kehidupan selalu menempatkan pada dua sisi. Bahagia dan terluka. Tentang Alif seorang dokter yang menyamar menjadi arsitek dan memilih pergi ke negeri sakura untuk menyembuhkan luka. Melebur dalam romansa yang tercipta untuk menikma...