tiga puluh delapan

112 6 0
                                    

Momen lebaran menjadi sangat penting dan berharga bagi setiap muslim di seluruh penjuru dunia dan tak segan segan untuk mengabadikan nya lewat foto yang terlalu banyak. Zahra menghabiskan waktu liburannya yang hanya seminggu dengan bersantai ke Semarang, masa kecil Abi nya.

Sejenak ia merasakan semarak lebaran berbeda. Kali ini Abi yang punya ide. Katanya bosan dengan suasana lebaran di ibu kota walau sangat sepi. Tapi Zahra bahagia, ia sedikit melupakan semua masalah dan sekelebat kebingungan nya sendiri tentang Alif

Tuh kan Alif lagi. Di kebun teh ini ia ingin melupakan Alif tapi ingat lagi. Bersama sepupunya yang sudah lama sekali tak bertemu Zahra berbincang, duduk di batu besar dan memotret banyak sekali. Dari mulai awan, rumput dan bahkan kebun teh. Mungkin nanti Alif akan marah pada nya karena membuat memori camera nya harus penuh.

"Mbak tuh enak dapat jatah libur walau seminggu, mbak tania sehari aja. Bisa pulang begitu, gak pasti yakan mbak."

Zahra mengangguk saja, malas sekali membahas Tania di jepang yang membuat pikiran nya teringat Alif lagi yang pasti sedang bersama Tania. Ia tahu dari Aldo dan Sarah. Alif sudah berada di jepang. Terasa sakit Alif tak memberitahunya atau hanya sekedar menancapkan salam perpisahan.

"Suami mbak mana? Datang kesini tuh ngenalin suaminya toh, kok malah sendiri"

"Perusahaan nya pindah ke Jepang dan kami harus LDR sedih yah"

"Sabar mbak, nanti juga ketemu. Kuncinya harus sabar."

Zahra mengangguk dan tersenyum paksa. Kemudian pamit berjalan beberapa meter untuk mengambil angle yang bagus. Bukan hanya alif dan Tania yang menjadi titik berat dalam hidupnya sekarang, namun dokter furqon juga demikian. Beberapa hari yang lalu, lamaran datang untuk nyam dari dokter Furqon. Sungguh Zahra tak bisa berkata apapun dan menjawab apapun. Wira, Alif dan kini Furqon membuat nya semakin di rundung gelisah dan kepedihan tak berkesudahan.

Meninggalkan Zahra yang masih bersama keluarga di kampung halamannya. Alif di negri orang sedang galau tak berdaya. Kontrak pembatalan kerja sama dan izin kerja nya baru selesai beberapa bulan kedepan. Proyek sudah deal sejak beberapa tahun yang lalu dan Alif harus tetap masuk berkerja sampai ada arsitek baru lagi.

Ia sudah terbang ke Paris, meninggalkan autumn di Jepang dan disambut spring di paris. Tapi hatinya sedang tak mekar. Hatinya terus menerus sepi. Di Paris, di apartemen baru bersama Raka ia melanjutkan hidupnya gak tau sampai kapan.

Rindu Abi, rindu umi dan rindu Zahra. Benar memang kata orang. Rindu bisa membunuh. Rindu pada Zahra terus menghantui. Tidurnya gak nyenyak karena terus memikirkan keadaan Zahra. Memikirkan permasalahan nya yang belum juga kelar. Memikirkan bagaimana Zahra disana

Sementara ia sedang di Paris bersama Raka dan Tania. Team dari Jepang yang hanya sedikit tapi membuat banyak orang puas. Jepang memang berbeda, tak ingin banyak mengirim pekerja untuk menghemat segala bentuk administrasi. Tapi memuaskan seluruh instansi yang memutuskan untuk bekerja sama

Keberadaan Tania sangat membuat nya tak nyaman. Setelah status berubah dan semuanya juga berubah. Tania makin gencar mendekati dan bahkan terang terangan mencari perhatian Alif. Di dalam pesawat saja dia membuat Alif kelewat jengkel. Mengobrol tanpa ujung dan membuat Alif menahan kantuk.

Entah pemikiran dari mana, Tania seperti mulai berusaha bergerak mengganti kan posisi Zahra dan terang terangan menjatuhkan Zahra di depannya. Alif agak terkejut dengan sikap Tania. Berubah sekali. Dulu dia yang meminta Alif untuk tak menyakiti Zahra dan sekarang dia yang terang benderang menjatuhkan Zahra dengan cerita cerita nya.

Alif sedang bersantai di mini house yang disediakan perusahaan. Dekat dengan tempat kontruksi yang akan di jalankan. Ia dan Raka yang menempati nya sementara Tania perusahaan tempat kan di apartemen dekat proyek.

Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang