Baru lagi sampai di rumah nya setelah pertengkaran hebat dengan Alif, Zahra harus menerima kenyataan pahit. Sarah di kamarnya sedang menangis terisak akibat perselisihan dengan aldo. Ia menjadi semakin tidak mood menghadapi banyak permasalahan hari ini.
"Aldo buat aku kesel setengah mati. Dia selalu marah saat aku singgung anak. Ra, setiap suami istri pasti ingin punya anak. Tapi Aldo bilang dia.. dia"
Ucapan Sarah tersendat karena tangis yang bergetar hebat. Zahra mendekati nya dan memeluk nya erat. Menenangkan tangis yang kian kuat mengusik perasaan nya.
"Udah dong jangan nangis, kamu juga jangan maksa Aldo buat ngikuti hal gila ini. Kan kamu tau gimana cintanya Aldo sama kamu."
"Tapi apa salah Ra? salah kalau aku mau dia gak tersiksa sama perasaan ini. Aku tau dia juga ingin punya keturunan, dia ingin jadi orang tua seutuhnya dengan kehadiran seorang anak"
"Tapi dia mau anak nya dari kamu. Bukan dari wanita lain. Harusnya kamu bisa hargai keputusan Aldo. Demi kelangsungan rumah tangga kalian. Ingat kisah nabi Ibrahim yang sudah berumur, baru mendapatkan keturunan. Di masa penantian itu nabi Ibrahim tak pernah lelah berdoa dan berusaha agar Allah menitipkan keturunan untuknya. Kamu! Baru berapa tahun masa udah nyerah!"
Sarah terdiam, tangisnya dalam pelukan Sarah berhenti perlahan. Mengingat lagi perkataan Zahra
"Jangan karena ini kamu buat sakit hati aldo. Dia tulus mencintai kamu dan menerima kamu apa adanya, terus sekarang kamu pergi gitu aja ninggalin dia"
Sarah memeluk Zahra kian erat entah kenapa ia merasa aman di dalam pelukan sahabatnya ini. Ia merasa sedihnya menguap dan digantikan rasa nyaman tak berkesudahan. Zahra! Wanita yang sejak dulu menjadi tempat nya berbagi. Wanita yang sejak dulu selalu menemani dan menjadi saksi perjalanan hidupnya. Banyak sekali hal yang diraihnya bersama Zahra. Bersama sahabat yang super baik.
"Terus kamu dari mana ini, kok lama banget pulang nya?"
Zahra melepaskan pelukannya dan menggeleng pelan. Takut Sarah mampu membaca ekspresi nya. Ia takut membuat Sarah khawatir dan justru kian memperbesar masalah nya. Bukan tak suka sarah ikut campur tapi sifat nya yang cepet emosi dan perasa itu di takutkan membuat semuanya menjadi semakin berantakan.
"Tadi jalan Bentar sama kak Alif"
"Udah baikan? Cieeeeeee"
Sarah memang begitu mudah sekali merubah moodnya. Yang tadinya sedih menangis kini menjadi happy. Kadang Zahra juga bingung melihat tingkahnya ini.
"Ohya tdi aku liat medsos nya tania, dia update. Tapi agak aneh sih Ra. Coba kamu tanya ke Alif"
Zahra menautkan kedua alisnya dan menatap Sarah bingung. Sembari menggaruk pipi nya yg gak gatal.
"Maksudnya? Gak ngerti aku!"
⚪ Taniawiratmaja09
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]
Fiksi UmumSetiap porosnya, kehidupan selalu menempatkan pada dua sisi. Bahagia dan terluka. Tentang Alif seorang dokter yang menyamar menjadi arsitek dan memilih pergi ke negeri sakura untuk menyembuhkan luka. Melebur dalam romansa yang tercipta untuk menikma...