empat belas

94 10 0
                                    

Zahra sudah sampai apartemen Alif jam 7 malam, berkali kali di ketuk tapi tak menandakan akan di buka. Helaan nafas lelah terus Zahra keluar kan. Ia lelah karena rumah sakit hati ini ramai dan harus menunggu Alif selama ini. Berkali kali Zahra sudah melihat arlojinya. Sudah jam 9 malam  dan Alif belum pulang. Ada rasa kesal karena Alif pergi tak bilang dan juga rasa kesal pada dirinya sendiri karena lupa meminta kunci cadangan apartemen ini.

Karena sudah tak tahan, ia langsung saja menggeret lagi kopernya menuju lobby apartemen. Tak lupa di pesan nya ojol untuk mengantar kan nya pergi dari apartemen Alif.

Sementara Alif yang baru bangun tidur hanya mengerjap kan matanya. Dan sesekali mendesis ngilu karena kucekan matanya mengenai luka lebam nya. Di lihatnya arloji hitam merk brend terkemuka dunia. Jam 10. Alif terperanjat dan segera bangkit dari duduknya. Ia mengambil beberapa barangnya. Kemudian ia pergi ke apartemen.

Namun Alif tak menemukan Zahra. Semua tempat di apartemen ini sudah di jelajahinya tapi tak ada. Nomor ponsel Zahra juga ia tak punya. Kebodohan nya sendiri yang tak memberi Zahra cadangan kunci apartemen ini. Alif langsung kembali ke basement. Menaiki motornya dan pergi. Satu tempat yang saat ini di pikirnya. Rumah Abi.

Sesampainya di rumah Abi, Alif sudah mendapatkan tatapan tajam dari Iqbal yang sudah di teras rumah. Tatapan nya sangat menakutkan tapi tak membuat Alif ciuuut!

"Assalamualaikum mas, Zahra ada di dalam?"

Sebuah dorongan yang Alif terima. Alif diam, sebuah umpatan terus di dapatkan nya dan ia tak perduli. Ia segera berlalu dari iqbal. Ia masuk dan teriakan iqbal membuat Abi dan umi berdiri dari kursinya.

"Assalamualaikum Abi, umi" ucap Alif sembari mengecup tangan keduanya

"Waalaikumsalam"

"Ada apa ini?" tanya Abi

"Alif mau tanya Zahra ada disini?"

"Gak bertanggung jawab lo, brengsek! Dimana adek gue aja Lo gk tau"

"Makanya gue kesini mau tanya."

"Darimana kamu Lif sampai gak tau Zahra ada dimana?" Tanya umi

Alif menghela nafas lelah, kejadian hari ini di luar dugaan Semua. Pagi tadi ia di bekuk paksa seperti seorang kriminal. Di pukul bahkan di tendang demikian keras. Pasalnya Imigrasi Wira dan keluarga nya tertahan di bandara Dubai menuju Seville. Orang orang kepercayaan Alif berhasil dengan cepat melumpuhkan semua pergerakan sindikat aktivitas menjijikan mereka. Kepergian Wira dan keluarga nya membawa bencana bukan hanya pada Zahra tpi juga pada dirinya dan keberlangsungan karier nya sebagai arsitek.

"Alif tadi ke kantor, Tpi ketiduran umi. Alif minta maaf lupa memberi kunci apartemen pada Zahra."

"Yasudah, Zahra ada di atas" ucap umi membuat Alif mengangguk ringan

Langkah kaki alif terus bergerak sampai pada pintu berwarna putih dengan hiasan berwarna pink. Dibukanya knop pintu itu pelan, lampunya menyala. Hati nya resah lagi. Diperhatikan nya ranjang. Selimut sudah tergelar dan Alif masuk kedalam kamar, di senderkan punggung tegap itu dipintu. Hembusan nafas lega dia tunjukkan.

Baru pertama kali memasuki kamar Zahra yang serba biru. Alif melihat lihat, sampai suara pintu terbuka. Zahra sudah keluar namun Alif rasa dia menutup pintu itu lagi dan tak beberapa lama, Zahra keluar dari kamar mandi itu.

Alif bingung harus mulai dari mana, Tpi ia harus sampaikan itu karena ia melihat koper Zahra.

"Maaf tadi gue ke kantor sebentar dan ketiduran." Ucap Alif dan Zahra mengangguk saja dan hendak keluar

"Seharusnya gak perlu nyamperin aku sampai sini"

"Gue cuma mau pastiin, kalau Lo berada ditempat yang aman. Karena saat ini nomor ponsel Lo pun gue gak punya. " Ucap Alif dan Ia duduk di karpet zahra, membuka laptop. Ia sempat mengambilnya tdi. Om Helmi juga membantu nya membongkar tabir kebusukan para elit dewan komisaris.

Seasyik asyiknya ia dengan pekerjaan, tpi ia menyadari Zahra belum juga masuk. Zahra keluar dari kamar setelah Alif mengatakan itu. Dan dari  Zahra menidurkan kepalanya di atas meja pantry dan didepannya ada sebuah gelas berisi susu coklat. Perempuan itu sudah tidur, matanya terpejam. Ia bergerak pelan duduk dan menghadap Zahra. Dilihatnya benar wajah perempuan yg menjadi istri nya itu. Walau hanya sebatas mata, ia tau wanita ini sungguh luar biasa.

"Aku menjalani takdir ini, kamu ditakdirkan menjadi teman hidupku. Semoga aku menjadi teman yg baik untukmu. Salam kenal dari aku, Muhammad Alif Ali."

Setelah mengatakan itu, Alif membuat kopi untuk menemani tugasnya. Malam ini ia akan lembur lagi. Sembari mengaduk gula yg berada di dalam gelas Alif mencoba membangun kan Zahra. Memanggil namanya berberapa kali dan kemudian dia terjaga.

"Susu kamu udah dingin, mau aku panaskan lgi?"

Zahra diam dan melihat susunya yg sudah dingin. Sedetik kemudian dia menggeleng dan meminum susunya sampai habis dan pergi meninggalkan Alif sendiri di dapur

"Nasib gue dahh di tinggal Mulu" ucap Alif sembari beranjak dri pantry

"Mas, lagi apa?"

Suara itu, Alif duduk kembali, tak menoleh kebelakang. Suara itu sangat dikenalnya

"Aku sedang buat kopi" jawab Alif seadanya

"Kamu selalu minum kopi. Kurangi mas, gk baik buat kesehatan. Kamu juga sering sekali bergadang. Aku gk mau kamu sakit"

"Aku harus selesaikan beberapa desain untuk proyeck ini"

Alif terus menyesap kopinya hingga membuat Tania beberapa kali menahan tangannya.

"Bukan muhrim Tan, kamu ta-"

"Aku tau mas, tpi aku gak mau ngeliat kamu sakit cuma karena kopi. Ingat kan kata dokter."

Alif diam dan menaruh kopinya di cucian piring. Pandangan nya tertuju pada gadget dekat gelas kosong yg tdi berisi susu.

Milik Zahra!

Alif melihat zahra sudah berdiri di dekat kulkas

"Maaf mengganggu, aku ingin ambil ponselku yg tertinggal"

"Mbak Zahra" nada Tania tampak terkejut

"Hmmmm gpp kok, aku tdi haus jdi ambil minum trus liat mas ehh maksudnya kak Alif minum kopi. Sebagai dokter mbak tau kan gimana kerja kafein bagi tubuh jika diminum berlebihan. Jdi kuharap mbak bisa memberi tahukan itu pada kak Alif yg sangat pecandu kopi." Lanjutnya mencoba tenang

Zahra mengangguk dan Alif memutar mas bola matanya, kemudian pergi ke dari sana meninggalkan Tania dan Zahra. Ia langsung fokus pada pekerjaan nya. Tak berapa lama Zahra masuk dan Alif melihatnya sebentar.

"Kalau kamu izinkan aku ingin bermalam disini sampai lusa. Sampai Tania pulang ke Jepang."

"Kalau gue gk izinkan"

"Aku tetap disini"

"Untuk apa meminta izin jika begitu."

"Aku masih menghormati mu"

"Menghormati? Katakan bagian mana yang menghormati."

Zahra menghela nafas, mendengar perhatian Tania  yang terlewat besar tadi dan melihat tangan Alif di pegang mesra oleh Tania semakin membuat Zahra yakin ada sesuatu diantara mereka. Sesuatu yang dulu pernah membuat mereka nyaman dan bahagia.

***

Bersambung...

Next part..

Happy reading guys.

Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang