Dua

329 11 0
                                    

Sore ini awan tampak berkumpul pada langit yang mulai menghitam. Cahaya temaram jingga tampak membias wajah Alif yang sedang duduk menopang dagu di salah satu meja kayu yang artistik. Pikirannya terjatuh pada wanita bercadar peach yang ditemuinya tanpa sengaja tempo hari. Iris coklat terang itu masih terbayang dalam pelupuk matanya. Tak lebih dari lima detik memandang, tapi senyum bisa terukir merah alaminya.

"Good evening Mr"

Alif menolehkan wajahnya, ia bertatapan langsung dengan sahabatnya sejak kecil. Ada yg berbeda. Raut wajahnya lebih cerah dan tubuhnya sedikit melebar kesamping. Inikah dampak setelah menikah, rasanya ia ingin tertawa sekarang.

"Kok senyum-senyum Lo, mikir apa?"

Aldo, sahabat Alif memeriksa tubuhnya sendiri, menelisik bagian tubuhnya dengan serius, setelah nya pandangannya merona bahagia

"Badan Lo melaaarrr hahaha"

Bukanya tersinggung, Aldo juga ikut tertawa, bayangan istri yang dinikahinya tiga tahun lalu membuat senyumnya tak lepas

"Inilah indahnya menikah Al, setiap kebahagiaan dalam pernikahan itu ibadah dan nilainya pahala. bantu istri mengurus pekerjaan rumah pahala, panggilan sayang yang buat istri senang pahala. Bahkan nih yah pegangan tangan ajaa pahala."

Alif berdecak, ia menggelengkan kepala tak percaya melihat tingkah sahabatnya yang belum juga berubah dan selalu membuatnya terus kalah start. Sejak dulu Aldo selalu mencuri start duluan. Bahkan urusan perempuan dan menikah pun dia duluan.

"Yeeee, jomblo juga tau kali, gak udah dibilang. Kalau yg namanya udah halal mau ngapain aja bebas."

Aldo tertawa melihat ekspresi wajah nelangsa Alif, ia suka menggoda Alif perihal perempuan. Sejak dulu Alif paling banyak dicari perempuan tpi sifat cuek dan gk pekanya membuatnya menjomblo seperti sekarang.

"Assalamualaikum"

Kalimat indah itu terucap dari bibir seorang wanita, suara khas wanita membuat Alif dan Aldo menoleh kompak, menghentikan gelak tawa mereka. Aldo menjawab salam itu dan menghampiri satu dari dua wanita itu, memeluknya hangat. Alif memicingkan mata dan menemukan seorang yg membuat moodnya drop. Wanita yg tempo hari memukulnya tanpa ampun.

"Kok Lo ada disini? Lo mau ngapai? Lo mau laporin gue, lo-"

Aldo menenangkan istrinya itu, wanita itu sama seperti Aldo tak ada beda, bawel berisik dan banyak omong. Alif sedari tadi menghela nafas lelah, ia memijit pangkal hidungnya.

"Kalian saling kenal?" Tanya aldo

"Hmmm hanya tak sengaja bertemu dijalan." Jawab Alif singkat

"Kalau begitu kenalkan ini istri ku namanya Sarah dan ini sahabat kami namanya Zahra"

"Alif"

Singkat padat dan jelas, Aldo menggelengkan kepalanya "Dia Alif, sahabat aku sejak kecil sayang, kamu kenapa kayak takut gitu." Ucap Aldo

Alif berdecak mendengar kata itu, menjijikan sekali. Disaat sedang ramai orang begini, kata itu keluar dengan lancar. Ahhh ia ingin pergi saja dari sini dari pada melihat mereka yang memilki dunia sendiri. Baru saja mereka duduk dan memesan makanan,  ia dikejutkan oleh suara lembut dan sangat menyejukkan hatinya. Jantung nya berdetak cepat untuk beberapa saat.

"Atas insiden kemarin, aku ingin meminta maaf yang terdalam. Apa kamu sudah kedokter"

"Aku bersyukur mobil mewah kamu tak sampai lecet karena menyerempet ku"

Terhenyak!

Zahra bener bener dibuat terkejut atas jawaban Alif, ia melihat tak ada kemarahan dari nada bicaranya hanya saja, Zahra merasa ada sedikit nada sindiran. entah lah mungkin ia yang merasa. Diliriknya lagi lelaki asing yang baru ditemuinya dua kali, sorot matanya tajam dengan rahang kokoh ditumbuhi bulu halus. Dalam hati ia ber istigfar, membuang pandangannya dari Alif.

"Udah selesaikan masalahnya, udah kita makan aja dulu" ucap Aldo menetralkan suasana

Ramai pengunjung kafe dan riuh suasana tak membuat mereka perduli. Tak ada yang bersuara ketika makanan sudah disantap, mereka menikmati dengan khitmad dan fokus pada makanan merek masing masing hingga ucapan hamdala keluar dari bibir mereka.

Alif mengecek ponselnya yang sedari tadi hidup, memperlihatkan notifikasi chat dan ia membaca dalam diam, mengamati dan mencerna semua kata yang berbaris. Helaan nafas membuatnya semakin lelah, nyeri di tangan dan lutut nya belum baik tapi ada lagi masalah dikerjakannya. Dikeluarkan nya iPad milik perusahaan ternama Eropa berwarna silver. Tipis layaknya ATM, ia gunakan teknologi canggih itu untuk membuat desain.

Sementara mereka hanya menatap Alif heran kemudian kembali pada aktivitas masing-masing. Zahra membaca novel, Aldo dan Sarah mengobrol ringan. Aldo juga sesekali mengajak Alif ikut dalam obrolan.

"Berapa lama Lo disini?"

"Secepatnya" jawab Alif singkat sembari fokus pada iPad milik nya

Aldo samar samar mengangguk lesu, lama mengenal Alif membuat nya tak bisa bayangkan keadaan Alif kembali kesini untuk sebuah pekerjaan dan ia tahu Alif pasti sedang tertekan sekarang, memikirkan semua yang datang kehidupannya. Masa lalu dan segala pesakitan itu.

"Lama dijepang gak buat Lo jalan kaki kan bro?"

Terdengar seperti ledekan biasa, Alif juga menanggapinya santai dan ia tersenyum sumringah tanpa Aldo sadari ia sedang membawa bom untuk membuatnya kalah.

" Yah gak lah, gue naik motor trail gue dulu waktu masih SMA"

Aldo terkejut dan hampir menyemburkan minuman yang ada di mulutnya " gileee motor butut dicari Al, kayak gak ada motor baru lagi aja. Dijepang lo di gaji mahal kan atau Lo cuma jdi tukang ngaduk semen doang lagi."

Alif santai dan tertawa, ia menepuk bahu Aldo yang berada disebelahnya "bilang aja Lo iri gak bisa trakck track an kayak dulu lagi"

Jleeeeebbb!!!

Aldo membulatkan matanya dan menyingkirkan tangan Alif, ia mendengus kesal karena tawa Alif sangat merendahkanya. Setelah menikah ia membiarkan motor kesayangannya itu ngangkrak digarasi rumah orangtuanya, Sarah tak mau panas panasan dan bermandikan debu dan tentu ia lebih menyayangi sarah.

"Lo udah lama tinggal dijepang?" Tanya Sarah yang mencoba akrab dengan alif

"Hmm Lumayan, 7 tahunan"

Mata Sarah berbinar tak menyangka akan selama itu Alif disana, ia sangat antusias mendengar Alif bercerita tentang Jepang, tapi bukan Alif kalau gak buat orang lain kesal.

" Jadi Lo arsitek perusahaan Jepang yang lagi ada proyek di Indonesia" ucap Sarah setelah mendengar cerita tentang rutinitas Alif.

Hanya deheman yang di berikan Alif, tangan kirinya terus menerus aktif membuat pola abstrak untuk beberapa desain yang mengalami perubahan.

"Kira-kira apa dari Jepang yang paling romantis"

Pertanyaan Sarah membuat Alif menghentikan sebentar kegiatannya, melihat Aldo yang juga melihatnya. Ia tampak berpikir "hmmm mungkin taman, aku juga gak tau" jawab Alif seadanya dengan senyum lebar

"Alif jomblo mana ada yang ingetin d ia buat liburan sayang"

"Gpp gue jomblo dripada lo, paling liburan ke taman rumah nyokab Lo makan Indomie kuah pakek telur setengah mateng,"

Sarah tertawa, Aldo memang selalu mengajaknya ke taman rumah mama nya dan paling jauh taman kota, ia sampai sekarang tak tau alasan apa yang buat Aldo tak mau liburan ke luar kota atau luar negeri

"Lo juga kalau ngajak gue hiking selalu makan itu, plus tambahan kopi. Apa bedanya."

"Hello bro, tempatnya beda kali, bergensi tempat gue ngajak Lo lah. Gunung, Rinjani cuyy di Lombok, Lo? Taman rumah doang"

Sarah tertawa dan  Zahra yg tadinya membaca, jadi ikut nimbrung dan  tertawa. Keduanya terus mendengar debat kecil diantara dua sahabat yang sudah lama terpisah jarak. Melihat persahabatan keduanya membuat Zahra dan Sarah senang, sembari berdoa dalam hati semoga mereka bisa bersahabat sampai ke syurga. Tempat yang paling diimpikan semua orang mukmin. Karena Ada banyak kebahagiaan tersendiri bagi mereka yang bisa membawa sahabatnya ke syurga dan berkumpul disana.

***

Bersambung.....

Next part!

Happy reading..

Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang