lima

187 9 0
                                    

cahaya dari proyector menyipitkan mata alif membentuk sebuah garis, hari ini ia akan  mempresentasikan hasil desainnya pada para petinggi perusahaan di indonsesia, tak lupa ia juga menempelkan karton di papan tulis untuk memperlihatkan desain yang dia buat. dengan percaya diri, ia memaparkan semuanya dengan jelas dan padat. banyak dari audiens rapat terkesima dengan penjelasannya. kesepakatan pun telah di buat, hidup alif akan lebih mudah kedepannya. ia hanya mengontrol proyeck ini saja, jika tidak sesuai dengan desain, maka ia yang akan mengingatkan langsung pada orang-orang kepercayaanya di tiap bagian.

"selamat pak, akhirnya goal juga" 

alif tertawa melihat wira menyalaminya dan kemudian berjalan beriringan. hari ini rasanya sangat menyenangkan, ia berencana mampir untuk minum kopi, menyesap sedikit demi sedikit air hangat berwarna hitam itu dengan mata terpejam, menikmati rasa hangat yang menjalar melewati tenggorokannya dan memberikan rasa rilex yang dirindukanya. kopi sekarang jadi candu, ia tak memperdulikan apapun selain kopi yang membuatnya tenang. 

alif mengintip dari kaca helm nya, ia mengenali mobil silver yang jaraknya cukup jauh didepannya yang berhenti. ia memelankan laju motornya, melihat sekeliling jalanan yang memang sunyi. semakin mendekat motornya, ia melihat dua wanita berdiri di pinggir jalan. di tepikannya motornya tak jauh dari mobil didepan ini, ia berjalan mengendap-endap menghampiri kedua wanita itu yang seperti ketakutan.

"napa lo bedua, kayak habis dirampok aja"

sarah dan zahra terperanjat, sarah melihat alif sudah di belakang mereka dengan jarak tak aman. ia menarik zahra menjauh dan melihat alif sinis

"lo gak usah deket-deket deh ahhh, husss huss jauh jauh sana. datang-datang bukanya assalamualaikum malah doain orang yang jelek-jelek."

alif menautkan alisnya melihat keduanya yang menjaga jarak, ia kemudian tersenyum sumringah mengucapkan salam sembari  mencium ketiak dan juga bagian badannya yang lain.

 "emang gue bau apa kok sampek di usir gini"

sarah tersenyum miring melihat alif sok polos ini, alif mendekat lagi dan sarah memukulnya dengan tas. sarah benar benar kesal dibuat alif, belum lagi kejadian tadi malam membuatnya menjadi ilfil setengah mati. 

"dibilang gak usah deket-deket juga. lo ngerti gak sih haaa." sarah menatap tajam alif yang tetap memasang ekspresi santai "gak diajari apa gak boleh deket-deket sama perempuan bukan mahrom. ngerti mahrom lo, kalo gak ngerti belajar sono" 

alif masih cengengesan gak jelas karena sarah marah dan kesal. kekehan alif seketika terhenti karena segerombolan orang yang berbincang dengan nada tinggi, terlihat empat orang berbadan besar dan bertato keluar dari mobil silver ini. sarah yang tadi memasang ekspresi galak kini ciut, gelisah ditempatnya. sementara zahra diam tapi pancaran matanya sedang ketakutan dan juga bingung. alif memicingkan matanya dan berjalan beberapa langkah, dan balik melihat zahra dan sarah. ia tau maksud dari ini semua.

"woyy"

zahra dan sarah sibuk menahan alif, mereka tak ingin alif bertengkar dengan pereman pereman itu, terlebih alif hanya seorang diri. mereka mencoba menarik jaket coklat yang dikenakan alif

"apa lo, minggir, mobil ini udah milik kita"

"kalau gue gak mau" tantang alif membuat seorang dari pereman itu mendorongnya dan menyeringai sembari mengatakan

"lo bukan lawan gue"

Tak berapa lama keluar dri dalam mobil Zahra dua pereman berbadan besar. Ternyata komplotan.

alig terkekeh dan bahkan tertawa keras "lo berani nya sama perempuan. cemen lo, badan gede tapi nyali lo semua cuma sekecil upil. lawan gue yang kurusnya kayak toge aja gak berani."

Menghapus Jejak Luka [EDISI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang