Perjodohan?

4.6K 313 7
                                    

"Sha..."

Alesha menoleh dan tersenyum. Entah senyum itu benar-benar senyum atau hanya sekedar menarik kedua sudut bibirnya saja. Yang jelas, dia sudah berusaha tersenyum.

"Kenapa Nai?"

"Temenin gue ke kelas aja yuk,"

Alesha mengangguk. Lebih baik dia ke kelas daripada dia harus melihat apa yang dilihatnya di kantin. Baru kakinya mau melangkah, dia mendengar namanya dipanggil seseorang. Alesha menoleh. Gadis itu disana. Dia tersenyum padanya dengan senyum lebarnya.

"Mau kemana?" Tanya gadis itu dalam bahasa Indonesia yang tidak terlalu lancar.

"Ke kelas,"

"Can go with you?"

Alesha melirik Naira. Mau tidak mau Naira mengangguk. Ketiga anak itu akhirnya, berjalan menuju ke kelas mereka.

"Ya. Jadi, dia itu sangat baik. Tampan, menyenangkan, pandai, pokoknya semua yang baik ada padanya," ujar Yuki dalam bahasa inggris yang sangat bagus.

'Aku tahu,' batin Alesha menyahuti ucapan gadis di depannya.

Gadis yang bermata biru dan berwajah western itu sudah menjadi teman Alesha selama satu minggu. Dari yang Alesha tahu, gadis itu berasal dari Jepang. Dia cukup dekat dengan Keannu. Namanya adalah Yuki. Katsuoka Yuki. R. Alesha sempat berpikir, mungkin kah gadis ini adik dari Keannu? Tapi, nama mereka berbeda. Meski memiliki kesamaan kata jika disingkat. Tetap saja marga mereka berbeda.

"Yuki," suara yang dulu selalu Alesha harapkan untuk memanggilnya terdengar.

Yuki berdiri dan menghampiri sosok itu. Keannu. Mereka berbincang di dekat pintu dan tertawa kecil.

"Houkago kafe ni ikimasu, (kita ke kafe sepulang sekolah),"

"Hai'"

"Aitsu wa nan to itta no?(apa dia mengatakan sesuatu?)

"Iie. Shikasi, (tidak. Tapi)," Yuki melanjutkan sisanya dengan berbisik di telinga Keannu.

"Urusai na, (diamlah),"

"Ck! Watashi wa shinkendesu! (Aku serius!),"

"Hai' hai', wakatta,(baiklah-baiklah, aku mengerti),"

Keannu menepuk puncak kepala Yuki dan dia terkekeh kecil. Keannu mencium puncak kepala Yuki dan pamit pada gadis itu.

Alesha melihat semuanya. Sakit. Alesha tidak tahu kalau melihat hal seperti itu bisa menyebabkan dirinya merasakan sakit. Alesha meremas rok seragamnya. Mencoba tersenyum saat Yuki kembali. Ingin dia meneriakan agar Yuki menjauh dari pria itu. Pria yang dia sukai. Bolehkah Alesha berbicara seperti itu?

"Alesha?" Yuki mengguncangkan tangannya.

"Ya?"

"We wanna go to cafe after school. Wanna joint us?"

Alesha menggeleng. Dia tidak mau menjadi obat nyamuk bagi pasangan itu.

"Aku mau ke rumah Naira nanti siang,"

..............

Ke rumah Naira. Itu yang dia katakan dan dia lakukan. Dia pergi ke rumah Naira dan menangis kuat disana. Sedih dan kecewa bercampur menjadi satu.

"Jahat tahu nggak! Sudah memberikan harapan ujung-ujungnya membawa gadis lain di hadapanku!"

"Sabar, Sha,"

Alesha menggeleng kecil. Dia ingin sekali pergi sejauh-jauhnya dari pria itu. Tapi kemana?

"Mending kita siap-siap buat berangkat ke puncak,"

[DS #4] KeaShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang