Terima Kasih

6.2K 425 16
                                    

Setelah memastikan Alesha baik-baik saja, Keannu berdiri dan mengulurkan tangan pada Alesha. Alesha dia biarkan keluar bersama dengan keluarganya. Akan tetapi, saat mata Keannu menatap arah jalan keluarga Dimitra itu, Keannu langsung menahan mereka.

"Ada apa?" Tanya Alvaro.

Keannu berdeham kecil.

"Sebaiknya, kalian lewat pintu belakang saja," saran Keannu.

Mereka baru mau protes namun, Arman ingat bagaimana kondisi Max tadi. Dia langsung mengangguk dan mengajak keluarganya melewati pintu belakang. Dia tidak yakin, bentuk Max akan sanggup mereka lihat.

Keannu masih tersenyum pada keluarga itu. Saat mereka menghilang di balik pintu, saat itu juga Keannu mengambil katana-nya dan berlari keluar dari pintu depan dan menarik badan dari pria yang melawannya tadi. Keannu menggeretnya jauh-jauh. Dia menyembunyikan pria itu di pohon. Tangannya dia bersihkan dengan memeperkannya di batang pohon.

"Sudah sekarat saja kau masih menyusahkan!" Umpat Keannu.

Keannu melemparkan katananya ke sembarang arah lalu, dia berdiri di depan pintu dan tersenyum saat keluarga itu sampai di depannya.

"Itu darah apa, kak Kean?" Tanya Alesha pada darah yang berjejak sampai di belakang sebuah pohon besar.

"Darah? Dimana?" Tanya Keannu.

"Di bawah kaki kakak,"

Keannu menunduk sekilas dan kembali memandang wajah Alesha dengan raut heran.

"Entahlah. Sejak tadi sudah ada disini,"

'Penipu ulung,' batin Ardan.

'Astaga apa yang dia lakukan pada pria itu?' Batin Arsen.

'Gila! Dia benar-benar gila!' Batin Arman.

"Mungkin penculikmu tadi memotong hewan buruan," ujar Keannu.

Alesha menatapnya dengan tatapan menyelidik.

"Sudahlah, bukankah lebih baik kamu pulang? Kamu pasti sangat kaget tadi,"

Alesha mengangguk kecil. Dia pulang dalam tuntunan kakak tertua dan ayahnya. Arman dan Arsen memasuki mobil Arsen lebih dulu dari Alesha dan ayah mereka.

"Astaga!" Pekik Arman dari dalam mobil.

"Apa?" Tanya Arsen.

Arman menunjuk ke arah sebuah pohon besar hingga Arsen ikut menatap ke sana.

"What the hell is that?"

"Apapun itu, sebaiknya kita halangi sebelum Alesha melihatnya,"

Arsen mengangguk dan memajukan mobilnya untuk sedikit menghalangi pandangan dari mobil ayahnya ke pohon besar disana.

"Itu pria yang tadi?" Tanya Arsen pada kakaknya.

"Iya,"

"Apa dia masih hidup?"

"Entahlah,"

Arsen melihat mobil ayah dan kakak mereka sudah beranjak. Saat Arsen hendak beranjak, Arman menyuruh Arsen menunggu sebentar. Saat mobil milik Alvaro dan Ardan sudah menjauh, Arman dan Arsen melihat Keannu menyeret katana miliknya menghampiri Max.

"Kau menyebalkan Max. Sangat!" Ujar Keannu.

"Katakan, apa karena kau grandpa berubah jadi menyebalkan begitu?"

Keannu memang kesal pada kakeknya. Namun seingatnya, sang kakek tidak seperti itu sebelumnya. Sebelum Max datang dan besar di rumah mereka, sang kakek terkesan bebas padanya. Apapun keputusan dan keinginannya akan dituruti kakeknya.

[DS #4] KeaShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang