Maaf

1K 111 7
                                    

"Tidak banyak, kau tahu mauku. Tapi untuk sekarang, aku tawarkan kerjasama padamu,"

"Kerjasama?" Tanya Ardan dengan suara mengejek.

Keannu masih menatap datar pada Ardan. Well, hal itu cukup mengejutkan keluarga Dimitra yang lain. Mengingat Keannu selalu sangat sopan pada mereka. Tapi, saat ini Keannu bahkan berani menatap Ardan dengan sengit.

"Apa tidak salah?" Tanya Ardan lagi.

Keannu masih diam.

"Orang yang hampir mati di tangan Carrel menawarkan kerjasama denganku seolah-olah kau lebih hebat dariku..." Ucap Ardan.

Ardan membuat semua orang terkejut. Keannu sendiri sudah menduga kalau Ardan tahu akan hal itu. Sedalam apapun yang Ardan mau saat mencari informasi tentangnya. Saat itu juga lah, kisah kelam tentang Carrel yang hampir menewaskannya akan ada disana.

"Butuh satu tahun untukmu memulihkan diri. Ayahmu menyembunyikanmu di Jakarta agar Carrel tidak menghabisimu. Kau yang nyaris mati itu menawarkan kerja sama denganku?"

Keannu masih diam.

"Well, sepertinya anda lupa beberapa point penting, tuan Ardan," Ucap Keannu.

"Kata nyaris mati itu... Aku tidak akan mengelaknya. Memang begitu kenyataannya. Tapi, Carrel kehilangan satu jarinya karna aku yang kau lupakan," Sambung Keannu dengan senyum di bibirnya.

Beruntungnya, Alesha sudah sering melihat wajah dengan ekspresi seperti itu. Jadi Alesha sama sekali tidak terkejut atau pun takut saat melihat ekspresi wajah Keannu.

"Plus... Kalau-kalau anda lupa, alasan anda selalu tidak memberikan restu juga karena hal yang sudah sangat jelas,"

Ardan mendecih dan Keannu tersenyum. Keannu paham kalau Ardan memang mengetahui semua tentang dirinya tanpa dia tutupi. Mungkin Ardan belum memberitahu hal itu pada Alvaro dan kedua kakak Alesha yang lain, juga pada Alesha sendiri. Untuk hal itu, Keannu cukup berterima kasih. Tapi, saat ini Carrel datang kembali dan mengancam keselamatan Alesha.

Keannu sudah memikirkan semuanya sejak dia mengemudikan mobilnya untuk kembali ke apartemen dan datang lagi ke gedung kantor Ardan ini. Keannu sudah menarik kesimpulan terburuk. Carrel membenci Ardan dan pernah bermasalah dengan Keannu. Satu-satunya orang yang paling penting baik untun Ardan dan Keannu adalah Alesha. Melukai Alesha sama dengan melempar satu pisau untuk membunuh dua orang.

"Orang yang pernah nyaris mati di tangan Carrel ini, besar dalam didikan seorang pembunuh. Anda sendiri tahu itu dengan jelas. Dididik dan dilatih untuk menjadi seorang pembunuh, itulah hal yang aku alami sejak kakiku bisa menapak di bumi," Aku Keannu.

Alesha terkejut bukan main saat mendengar ucapan Keannu. Keannu benar-benar membongkar jati dirinya di depan Alesha. Tidak berusaha menutupi sama sekali tentang sisi kelam keluarganya. Keannu baru mau berujar kembali jika saja tidak ada tangan besar yang mendarat di puncak kepalanya. Keannu hafal dengan wangi yang menguar dari orang yang baru saja datang di belakangnya.

"Keluarga Russeldy dan Katsuoka akan membantu kalian mengurus Carrel kalau kalian menginginkannya," Suara berat penuh wibawa itu membuat Alvaro sedikit tersenyum.

Keannu menundukkan kepalanya. Tangan yang masih ada di puncak kepalanya berhasil membuat Keannu menundukkan kepalanya. Hanya ada satu orang yang selalu meletakan tangan di puncak kepalanya untuk mengingatkannya kapan dia harus berhenti. Orang itu adalah ayahnya. Keannu memang mendengar kalau sang ayah sedang dalam perjalanan bisnis ke Singapura. Dia tidak menyangka ayahnya akan langsung terbang ke Jakarta untuk berdiri di sampingnya.

"Kean... Pulanglah dulu. Daddy yang akan menjelaskan pada mereka," Suara berat itu tidak pernah bisa Keannu bantah.

Padahal, suara itu tidak pernah membentak. Suara itu selalu sangat lembut dan hangat saat berujar padanya dan kedua adiknya. Keannu mengangkat kepalanya untuk menatap sang ayah.

[DS #4] KeaShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang