Gombal

5.7K 423 26
                                    

Sudah seminggu sejak Alesha mengetahui kenyataan tentang Keannu. Untuk beberapa alasan, selama satu minggu juga, Alesha tidak bisa datang menjenguk Keannu. Dia hanya mendengar kabar bahwa Keannu sudah bangun dan sudah mulai melakukan terapi. Karena itulah, Alesha bermaksud menjenguknya sekaligus menyemangati anak itu.

"Hm?" Alis Alesha berkerut saat tidak mendapati Keannu di dalam kamar rawat.

Alesha berjalan keluar. Dia berjalan menuju ke ruang terapi. Setelah bertanya pada perawat di rumah sakit itu, akhirnya, dia menemukan dimana ruang terapi. Alesha melihat Keannu cukup berusaha keras untuk memulihkan kakinya yang agak tidak bisa bergerak. Alesha masuk ke dalam dia mendekati Keannu dengan perlahan.

Alesha tidak memanggil Keannu dan bahkan meminta para perawat untuk diam. Dia memperhatikan Keannu dalam diam. Setelah mencoba berkali-kali, Keannu memilih menyerah dan membiarkan tubuhnya terduduk di lantai. Dia mengepalkan tangannya erat.

"Apa dia selalu seperti itu?" Tanya Alesha pada perawat disana.

"Bisa dibilang begitu. Sejak kemarin, dia berusaha terus menerus. Saat dia putus asa dia akan berhenti,"

Alesha mengangguk kecil. Dia berjalan mendekati Keannu. Tangannya mengeluarkan saputangannya dari tas. Alesha melihat Keannu bergenjit saat dia menyeka keringat di dahi pria itu.

"Hai kak," sapa Alesha ketika kepala Keannu terangkat.

"Mau apa kesini?" Tanya Keannu dengan ketus.

Alesha tahu, Keannu pasti sedang kesal. Alesha memiringkan kepalanya.

"Aku mau menemui kakak. Kakak bilang mau menjelaskan sesuatu padaku," ujar Alesha.

"Sepertinya, kakak tidak jadi menjelaskan dan sepertinya juga aku mengganggu kakak lagi. Baiklah, aku pulang saja,"

Alesha berdiri dari posisinya dia berbalik dan berjalan menjauh dari Keannu. Saat itulah, Keannu berusaha bangkit dan menggerakkan kakinya agar dia bisa menggapai Alesha. Alesha tahu Keannu sudah berdiri tak jauh darinya. Pantulan sosok Keannu terlihat dari jendela ruangan itu. Alesha memutuskan untuk memperlambat langkahnya.

Grep!

"Jangan pergi!" Pinta Keannu dengan napas yang masih sedikit terengah.

Alesha membiarkan Keannu memeluk pinggangnya untuk beberapa saat. Sebelum dia melepaskan lengan itu dari pinggangnya.

"Alesha..." Keannu memanggil dengan lirih.

"Hm?"

Alesha nyatanya melepaskan pelukan Keannu agar dia bisa berbalik. Buktinya, kedua pergelangan tangan Keannu masih dia genggam. Alesha melihat pria di depannya tengah tertunduk.

"Kakak kenapa?" Tanya Alesha sambil kembali mengarahkan tangan Keannu ke pinggangnya.

Keannu nampak terkejut. Dia menatap Alesha dengan tatapan herannya. Alesha justru terkekeh melihat raut wajah Keannu yang baginya sangat menggemaskan.

"Kenapa?" Tanya Alesha lagi. Bahkan kali ini lengannya sudah melingkar di badan tegap Keannu.

"Aku pikir kamu-"

"Pergi?"

Keannu mengangguk. Alesha terkekeh.

"Kakak hutang penjelasan padaku. Mungkin setelah kakak membayar "hutang" kakak, aku akan pergi,"

Keannu menatap Alesha dengan tatapan memelas.

"Tapi sekarang, aku temani kakak terapi dulu," ujar Alesha.

"Bagaimana aku mau terapi kalau posisi kita begini?"

"Jalan saja. Aku akan berjalan mundur,"

"Nanti kamu jatuh, Alesha,"

[DS #4] KeaShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang