Keannu 2 - Semoga

4.5K 369 17
                                    

Keannu duduk di sebelah jendela besar di kamarnya. Matanya menerawang jauh sama seperti pikirannya yang melayang entah kemana. Bahkan, dia tidak menyadari keberadaan ayahnya yang sudah berada di belakangnya.

"Kean,"

Keannu sedikit bergenjit. Dia menoleh dan menemukan ayahnya tengah menatapnya dengan tatapan meminta penjelasan.

"Kenapa aku harus menjadi anakmu?"

Pertanyaan yang nyaris seperti bisikan itu terdengar oleh Nick. Dia cukup terkejut mendengar pertanyaan anaknya sendiri. Nick baru saja mau berujar jika saja, Keannu tidak mengangkat kepalanya dan menatap ayahnya dengan senyum sendunya.

"Kalau dad mau membicarakan soal apa yang grandpa katakan, lebih baik dad keluar lagi saja," ujar Keannu.

Anak itu melangkah melewati ayahnya dan membaringkan badannya di atas ranjangnya. Keannu menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Berharap ayahnya pergi meninggalkannya yang butuh waktu untuk merenung.

Helaan berat Nick keluarkan. Dia melangkah menuju ke pintu kamar Keannu.

"Harusnya aku mati saja dua tahun lalu," gumam Keannu.

"Setidaknya dia tidak akan mengatur kehidupanku. Aku tidak perlu menjadi bonekanya,"

"Maaf Alesha,"

Semua yang Keannu gumamkan terdengar oleh Nick. Nick keluar dari kamar itu dan menutup rapat pintu kamar putranya. Keannu masih sama. Menerawang jauh dan menggumamkan banyak hal. Keannu mengurung diri di kamarnya sampai pelayan memanggilnya untuk makan.

Keannu duduk dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun. Matanya juga hanya menatap dengan datar. Meski saat ini Richie, pamannya tengah mengeluarkan lelucon yang berhasil membuat semua orang tertawa, nyatanya, Keannu tetap diam tanpa reaksi. Dia memilih untuk memakan makan malamnya dengan tenang.

"Dimana sopan santunmu? Makan sebelum senua anggota keluarga datang," Sindiran itu terdengar oleh Keannu namun, anak itu diam dan tetap melanjutkan makan malamnya.

"Anak ini semakin hari semakin kelewatan saja!"

Grep!

Keannu menangkap pergelangan tangan kakeknya yang terarah ke arahnya. Sang kakek berencana memukulnya. Jika biasanya Keannu akan diam, kali ini dia menangkap tangan kakeknya dan mencengkeramnya dengan erat. Keannu bahkan tidak peduli saat kakeknya meringis kesakitan.

Puas melampiaskan kemarahannya, Keannu menghempaskan tangan kakeknya. Keannu membersihkan mulutnya dengan serbet makan di mejanya. Dia berdiri dan menatap datar pria tua yang menjadi kakeknya.

"Berhenti mengusikku saat kau tahu kau sudah tidak sanggup melawanku!" Ujar Keannu.

Suaranya begitu datar dan tenang namun, mengandung ancaman dan berhasil membuat semua orang di ruang makan itu merinding ketakutan.

"Dad," panggil Keannu.

"Ya?"

"Misi nanti malam, aku ikut," ujar Keannu sambil melangkah melewati kakeknya.

Bahkan dia sengaja menabrakan lengan atasnya ke bahu kakeknya. Keannu membiarkan kakeknya terhuyung akibat berbenturan dengan lengannya. Keannu keluar dari ruangan itu dan masuk ke kamarnya. Dia menukar pakaiannya dan memakai senjatanya. Keannu menarik jaket panjang berwarna hitam pekat berhoodie yang akan menutupi wajahnya.

"Ingat! Misi kali ini adalah membebaskan para perempuan yang akan dijual oleh mereka," ujar Daniel.

Semua orang mengangguk. Hanya Keannu yanh diam saja tanpa ekspresi. Setelah membagi tugas dan menentukan titik pertemuan, Daniel membubarkan mereka. Mereka keluar dan melaju dengan kendaraan mereka masing-masing.

[DS #4] KeaShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang