Melamar Dengan Benar💍

6.1K 353 12
                                    

"Hey, kak,"

Alesha terkekeh saat melihat sosok di depannya bergenjit akibat sapaannya.

"Jangan mengagetkanku, Alesha!" Ujar Keannu pelan.

Alesha mengangguk. Dia mengajak Keannu duduk di kursi terdekat.

"Bagaimana?" Tanya Alesha.

"Lumayan. Mungkin sebentar lagi bisa lari,"

Alesha terkekeh kecil. Tak lama kemudian, pintu kamar rawat itu terbuka dan menampakkan sosok yang sudah lumayan lama tidak Alesha lihat. Alesha langsung berdiri dan memeluk sosok itu dengan erat.

"Gimana dinasnya?" Tanya Alesha.

"Lumayan. Kamu apa kabar, dek?"

"Baik,"

"Ya sudah. Kakak mau check pacar kamu dulu,"

"Ish kak Arsen!"

Arsen terkekeh kecil. Dia memeriksa Keannu dengan cukup teliti. Arsen mengangguk kecil dan menatap Keannu.

"Jangan besar kepala! Masih ada tiga orang lagi untuk dimintai izin. Jangan harap akan semudah itu mendapatkan izin mereka!"

Keannu mengangguk saat mendengar bisikan itu.

"Aku tahu, kak. Terima kasih izinnya. Untuk om dan kakak-kakak yang lain, biar aku minta izin secara langsung nanti,"

"Kamu tahu kakak-ku membencimu,"

Keannu mengangguk lagi.

"Kak Ardan menyelidiki semua tentangku. Aku tahu itu. Aku rasa akan sulit mendapat izinnya,"

Arsen terkekeh.

"Kami berempat sebenarnya sama. Kami hanya mau Alesha tetap tersenyum, tertawa bahagia, sehat, dan aman. Itu saja,"

Keannu mengangguk lagi.

"Dia itu seperti berlian untuk kita semua,"

"Setuju!" Ujar Arsen menyetujui ucapan Keannu.

Selesai memeriksa Arsen berdiri.

"Dua hari lagi bisa pulang. Lukanya nggak ada yang serius kok,"

Alesha tersenyum senang begitu pula Keannu. Alesha mengikuti kakaknya keluar dari kamar rawat Keannu.

"Jadi bagaimana?" Tanya Arsen.

"Dia bilang mau membantu memikirkan caranya,"

"Apa lagi yang dia bilang padamu?"

"Dia minta izin untuk memperjuangkan aku,"

"Entah ini cuma perasaan kakak saja, atau bagaimana tapi, sepertinya wajah orang yang datang ke rumah. Maksud kakak calon mertuamu, dia mirip dengan pacarmu itu,"

Alesha terkejut. Dia sendiri sempat berpikir begitu namun, dia tidak menyangkan kakaknya berpikir hal yang sama.

"Aku pikir aku saja yang mengira begitu,"

"Atau jangan-jangan, orang itu adalah orangtuanya?"

"Entahlah,"

Arsen akhirnya memilih mengalihkan pembicaraan mereka. Arsen nampak bahagia saat melihat mata adiknya berbinar-binar menceritakan apa yang dia lakukan bersama Keannu beberapa hari belakangan. Bagi Arsen, cukup dengan adiknya seperti ini, dia sudah sangat senang. Karena itulah, dia dengan mudah memberikan izin bagi Keannu.

"Kakak mau memeriksa pasien lain. Kamu mau ikut atau mau kembali ke kamar pacarmu?"

"Aku ke kantin saja dulu,"

[DS #4] KeaShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang