"Selamat kakek tua! Keinginanmu terkabul!" Ujar Keannu.
Dia tertawa namun, airmatanya keluar begitu saja. Membuat Yuki yang berdiri di sebelahnya terkejut. Baru kali ini dia melihat Keannu menangis. Biasanya pria itu tidak pernah menangis. Bahkan ketika pria itu jatuh dari pohon besar di rumah mereka, pria itu tidak menangis.
Keannu langsung masuk ke dalam kamarnya saat dia dan Yuki sampai di dalam apartment. Keannu menyalakan keran air di wastafel kamar mandinya. Keannu memastikan air itu menggenangi wastafel. Setelahnya, dia menenggelamkan kepalanya ke dalam air itu.
Keannu menahan kepalanya tetap di dalam air. Membiarkan kepalanya tetap disana meski dia mulai merasakan sesak dan kehabisan napasnya. Keannu benar-benar ingin menghilangkan rasa sakit di dadanya.
"Astaga! Niichan!" Pekikkan Yuki mengiringi badan Keannu yang tertarik menjauhi wastafel itu.
"Apa niichan lakukan? Niichan jangan melakukan hal bodoh seperti itu!" Marah Yuki.
Keannu hanya terbatuk kecil. Dia mendudukkan dirinya di lantai kamar mandi. Keannu diam saja saat Yuki memarahinya habis-habisan. Dia bahkan tidak mendengarkan ucapan Yuki. Kecuali satu kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Yuki.
"Apa tadi katamu?" Tanya Keannu.
"Mereka semua ada disini,"
"Jadi, yang tadi siang benar-benar dia?"
Yuki mengangguk.
"Mereka meminta kita menemui mereka?"
"Iya. Mereka menyewa sebuah rumah disini,"
Salah satu sudut bibir Keannu terangkat. Keannu segera bangkit. Dia berjalan ke kamarnya. Mengambil katana yang dikirimkan untuknya dari Jepang bersama beberapa senjata lain. Guna senjata itu awalnya hanya untuk sekedar menjaga diri.
"Niichan mau kemana?"
Keannu diam tidak menjawab. Kakinya melangkah keluar. Dia langsung naik ke dalam mobilnya. Keannu melajukan mobil itu ke alamat yang tadi sempat diucapkan oleh Yuki. Butuh waktu setengah jam untuknya sampai disana.
Brak!
Keannu menerobos masuk ke dalam rumah besar yang katanya disewa oleh kakeknya. Keannu membuka pintu terdekat dari pintu utama dengan kasar.
"Keannu, sudah datang nak?"
Sapaan itu tidak terjawab. Yang ada, adalah ujung katana Keannu terarah ke depan wajah kakeknya. Keannu menurunkan katana itu ke leher kakeknya. Jarak antara Katana dengan jakun kakeknya sangat dekat. Jika kakeknya menelan ludah, dipastikan katana Keannu akan menggores leher kakeknya.
"Keannu, ada apa?" Tanya Cornelia dengan heran.
Semua yang ada di ruangan itu bisa melihat bagaimana Keannu menahan emosinya dengan rahang yang mengatup dan terbentuk sempurna.
Srrett..
Darah mulai mengalir dari leher Daniel.
"Keannu!"
Nathan dan Richie langsung berdiri dan mencoba menarik tangan Keannu agar katana itu menjauh dari leher Daniel. Usaha mereka tidak membuahkan hasil. Entah bagaimana, Keannu kuat menahan tangannya untuk tetap di posisi itu.
"Ada ap- Kean?" Nick yang baru datang terkejut juga melihat putranya tengah ditarik-tarik oleh paman dan sepupunya.
"Nick! Jangan bengong saja! Ini Kean mau menghabisi uncle Daniel!" Ujar Richie.
Nick langsung menghampiri Keannu dan menggenggam tangan Keannu yang memegang katana itu. Dari jarak sedekat itu, Nick bisa melihat mata putranya memerah dan ada setitik airmata di sudut dalam matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS #4] KeaSha
RomanceSequel ke 4 dari From Me To You Mengejar cinta sampai mendapatkannya. Gila? Ya. Bagi kalian hal itu pasti gila. Siapa sangka? Gadis yang selalu menjadi tuan putri di rumahnya harus rela menahan cibiran dan hinaan sebagai akibat dari usahanya mengeja...