3. Dahulu ...

5.8K 456 8
                                    


- Aku ingat sore di bulan Juli itu

Saat kita berkejaran di antara kembang cempaka

Di bawah naungan petala jingga

Ku titipkan hati untukmu -

- Aji -

*****


Lantunan ayat suci Al-Qur'an nan syahdu mengusik pendengaran Winda. Ia terbangun dari lelapnya. Wanita paruh baya itu sedang terbaring lemah di atas brankar.

Di samping brankar, Razi tengah duduk menilawahkan ayat-ayat Ar-Rahman. Winda menghayati ayat demi ayat yang mengalun lembut dari lisan putranya itu.

Maka, nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?

Bagi Winda yang seorang ibu,  memiliki putra yang bertanggung - jawab, rupawan, dan taat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya merupakan nikmat yang luar biasa. Sayangnya, sampai sekarang jodohnya masih jadi tanda tanya.

Seulas senyum terbentang di wajah Winda. Tangan kirinya menghapus titik-titik air yang tergenang di pelupuk mata.

"Alhamdulillah, Ummi sudah sadar. Ada yang sakit, Ummi? Biar Razi panggilkan perawat," Razi hendak bangkit, tapi Winda mencegat.

"Nggak usah, Zi. Tolong ambilkan air putih saja. Leher Ummi rasanya kering." Winda mengusap lehernya.

Razi mengambil sebotol air mineral yang tadi telah dibelinya di kantin rumah sakit. Lalu menolong umminya untuk dapat menenggak minuman itu.

"Tadi Ummi pingsan ya?" Winda kembali merebahkan kepala di atas bantal. Dilihatnya sekeliling ruangan itu.

"Ummi nggak ingat? Tadi Ummi pingsan di restoran. Sebelumnya Ummi bilang kepala rasanya muter-muter." Razi menggenggam lembut tangannya.

Winda berusaha mengingat kembali kejadian tadi siang. Memang kepalanya mulai dirasa sakit saat Razi dan Maira ribut. Tak lama Maira pergi, perutnya mual tak karuan hingga kepalanya berputar-putar. Dan akhirnya Winda hilang kesadaran.

"Vertigo-nya Ummi kumat lagi ya?"

"Iya, sepertinya. Ini juga Ummi masih merasa pusing dan mual," jelas Winda  sambil memijat-mijat dahinya sendiri.

Seorang perawat masuk ke ruangan VIP itu membawa alat pengukur tensi. Tangannya sibuk memompa dan memperhatikan pergerakan jarum.

"110 per 60. Minum yang banyak ya, Bu."

Sang perawat menginfokan dokter akan visit tengah malam nanti, lalu ia memberikan beberapa obat untuk segera diminum oleh Winda sebelum pamit keluar.

Razi membantu umminya untuk menelan satu-persatu obat yang diberikan oleh sang Perawat tadi.

Tak lama berselang, seorang wanita muda berusia 25 tahun berhijab syar'i hijau pupus memasuki kamar.

"Assalamu'alaikum, Ummi, Kak Razi. Ya Allah, Ummi gimana kondisinya sekarang? Asha baru dikabari Kak Razi tadi sore." Wanita bernama Asha itu menghambur pelukan.

Wajahnya pucat penuh kecemasan. Sepanjang perjalanannya ke rumah sakit, pikiran Asha tak sedetik pun lepas memikirkan Winda.

Asha adalah adik Razi, yang terlahir kembar dengan adik laki-laki bernama Arsi.

"Wa'alaikumussalam, anak sholehah. Alhamdulillah, sudah mendingan. Cuma masih sedikit mual dan pusing."  Winda mengusap punggung putrinya agar lebih tenang.

May & Aji || #wattys2019 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang