Takdir tidak memihakku
Mengujiku berturut-turut
Lalu apa dayaku?
Selain meminta belas kasih-Mu-Alma -
*****
Alma menangis histeris. Ia yang biasanya bersikap lembut dan tenang, kini meracau tidak karuan. Bahkan ia menarik jilbabnya hingga lepas di depan Arga. Arga berusaha menghentikan aksinya, namun malah didorong hingga terjengkang oleh Alma.
Untungnya tak lama kemudian, para perawat yang berada di pos jaga langsung masuk ke kamar rawat inap itu dan mengambil alih. Salah satunya berlari keluar untuk mengambil obat. Arga membantu seorang perawat lagi untuk memegangi tangan Alma agar tidak sampai menyakiti diri sendiri.
Tak lama kemudian, seorang perawat lagi membawa sebuah obat berupa suntikan untuk menenangkan Alma.
Efek obat itu tidak langsung bekerja, Alma masih menangis tapi sedikit mereda. Meratapi takdir yang berlaku kejam kepadanya.
Beberapa jam yang lalu, Alma tersadar jika kedua kakinya tidak bisa ia gerakkan.
Dokter menjelaskan jika sepertinya saat kecelakaan, terjadi trauma bivertikal yang menyebabkan kelumpuhan pada kakinya. Dokter masih mencari tahu seberapa parah kelumpuhannya ini. Namun, Alma sudah terlanjur bersikap pesimis. Ia sudah terlalu lelah menghadapi ketidak-berdayaannya ini. Sebelumnya dokter juga telah menyatakan bahwa ia mengidap aritmia. Alma harus menjalani serangkaian pengobatan untuk menstabilkan jantungnya.
Ia sangat merindukan menggendong Sarah, putri satu-satunya itu. Ditambah lagi, ia harus kembali menghadapi kenyataan jika laki-laki yang dicintainya telah menjadi milik wanita lain. Dan kini, ia harus dihadapkan oleh fakta bahwa kedua kakinya mengalami kelumpuhan, dan jantungnya tidak bekerja dengan normal. Bagaimana ia dapat terus mencari nafkah bagi sang putri semata wayang dengan kondisinya ini?
Tubuh dan pikirannya terlalu lelah untuk menahan semua beban itu. Dulu, ia percaya jika Sang Robb tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya melebihi kemampuannya. Tapi kini? Ia terus bertanya-tanya, kenapa Allah memberinya ujian yang tak sanggup dilewatinya ini? Alma kecewa, Alma marah. Inilah titik lemah imannya.
Kini Alma sudah lebih tenang. Ia kembali merebahkan diri di atas brankar. Senyum manis yang biasa terkembang di wajahnya, kini menghilang. Berganti dengan amarah yang menguasai.
"Kapan Razi akan datang, Ga?" Ini ketiga kalinya Alma mengajukan pertanyaan yang sama kepada Arga.
"Sabar ya, Al. Emmm, i — ini... kenakan dulu kerudungmu," Arga mengembalikan jilbab Alma yang tadi dilepas sambil memalingkan wajahnya. Alma meraih penutup kepala itu dengan wajah memerah malu lalu memakainya kembali.
"Kamu sudah telepon Razi kan, Ga?" tanyanya lagi.
"Sudah, Al. Dia dan istrinya sedang di Bandung. Sekarang mereka sedang di jalan menuju ke sini."
"Ke Bandung?" tanya Alma dengan wajah terkejut.
"Iya. Razi bilang, ingin melaksanakan bulan madu yang tertunda."
"Bulan... ma–du?" Alma mengulang dengan lirih.
"Iya. Al, kamu harus belajar ikhlas. Ikhlaskan Razi, Al. Dia sudah menjadi milik istrinya." Arga menasehatinya sambil menghela napas. Ia tahu bagaimana kuatnya cinta Alma terhadap Razi.
"Kamu, tidak perlu mengajari aku!" ujarnya dengan ketus. Otot wajahnya menegang.
Arga mengernyitkan dahinya melihat sikap Alma yang berubah 180 derajat. Kini Arga memilih untuk diam saja. Ia melirik jam tangannya. Sudah pukul dua pagi, kantuk dan lelah semakin menerpa tubuhnya. Arga duduk bersedekap sambil memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
May & Aji || #wattys2019 (Completed)
RomanceArsan Fahrurazi, gue nggak akan pernah jatuh cinta sama lo lagi. Nggak akan! (Maira) Tapi ... (suara kaset rusak) ... benarkah begitu? Dasar namanya hati, bawaannya selalu jujur. Rasa yang tertinggal itu masih di sana, berlonjakan setiap kali pria i...