- Ku sempat mengira bahagia itu milikku. Aku salah. Bahagia itu tetap miliknya. -
- May -*****
"Saya terima nikah dan kawinnya Maira Faizhura binti Farhan Adhikara dengan mas kawinnya tersebut, tunai!"
"Sah!"
Razi menarik napas lega karena dengan lantangnya berhasil mengucap kalimat ijab kabul dalam satu tarikan napas. Penghulu dan setiap pasang mata yang menyaksikan prosesi sakral itu pun mengucap syukur dan membacakan do'a bagi sepasang pengantin baru itu.
Sang bidan pengantin segera menuntun Maira keluar dari kamarnya untuk duduk bersanding dengan Razi yang kini telah sah menjadi suaminya. Ia memandu Maira untuk segera mencium tangan suaminya itu. Maira terlihat menyembunyikan rasa enggannya. Ia harus menjaga sikap di depan kedua orangtua, saudara, kerabat dan teman dekat mereka.
Maira terkesiap saat Razi membalas dengan mengecup keningnya. Jantungnya berdetak tidak karuan. Ini pertama kalinya ia dicium oleh seorang pria, meskipun hanya di bagian atas wajahnya. Razi sendiri menampilkan senyum sumringahnya. Maira bertanya - tanya apakah itu senyum tulus atau senyum palsu yang di buat - buat oleh suaminya itu.
"Cantik!" Razi berujar.
Dengan sedikit angkuh, Maira membalas, "udah tau!"
Terlihat Malik, adik laki - laki Maira yang masih berusia 20 tahun melempar senyum mengejek padanya. Sedangkan Asha, dan Arsi yang sengaja terbang dari Makassar ke Jakarta, terlihat tersenyum bahagia melihat kakaknya kini telah menikah
Prosesi sungkeman dan salam - salaman pun berlangsung singkat. Setidaknya hanya sekitar 40 orang saja yang menghadiri acara ini, termasuk Ruri dengan suaminya. Sedangkan Alma, meskipun telah diundang, sosoknya sama sekali tidak terlihat dalam aula masjid itu.
Acara sakral ijab kabul ini diadakan di aula masjid yang terletak tidak jauh dari kediaman Razi. Rumah yang ia beli tunai dari tetangga Umminya, sekitar setahun yang lalu. Lokasinya pun sangat dekat dengan rumah Umminya, hanya berjarak empat rumah saja.
Saat Maira menyatakan persetujuannya untuk menikah dua minggu yang lalu, Razi pun langsung mempersiapkan rumah ini agar dapat segera mereka tempati bersama.Awalnya Razi sempat menemui kesulitan dalam meyakinkan Fita, Bunda dari Maira, untuk mengizinkan ia dan Maira tinggal bersama di rumah barunya ini.
Sejak awal, Fita selalu menginginkan anak - anaknya untuk kumpul bersama dalam satu atap dengannya, meskipun telah berkeluarga. Maklum saja, Fita sendiri dibesarkan dalam sebuah keluarga yang beranggotakan banyak orang, tinggal seatap dalam satu rumah.
Namun akhirnya, Razi berhasil membujuknya dengan menyampaikan dalil - dalil dalam agama, meskipun dengan syarat setiap akhir pekan mereka harus berkunjung sekaligus menginap di sana. Maira sendiri tidak berkeberatan, ia malahan mendukung aksi Razi itu. Menurut Maira, pisah rumah dari orangtuanya merupakan awalan yang bagus untuk mendukung langkahnya selanjutnya.
Acara syukuran sederhana itu telah selesai. Maira dan Razi pun telah kembali ke rumah. Kini hanya mereka berdua saja yang berada dalam rumah berukuran 200 meter persegi itu. Rumah itu memiliki empat kamar tidur. Sesuai kesepakatan awal, Maira dan Razi akan tidur di kamar yang berbeda. Dan posisi kamar yang mereka tempati bersebelahan. Alasan Razi, agar lebih mudah memindahkan barang - barang saat orangtua mereka datang berkunjung.
Setelah selesai berganti baju dan menghapus riasan di kamarnya, Maira segera beranjak ke ruang keluarga untuk menyalakan televisi. Tidak butuh waktu lama bagi Maira untuk membiasakan diri dengan tempat tinggal barunya itu. Mungkin karena seringnya ia bepergian dan menginap di berbagai tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
May & Aji || #wattys2019 (Completed)
RomanceArsan Fahrurazi, gue nggak akan pernah jatuh cinta sama lo lagi. Nggak akan! (Maira) Tapi ... (suara kaset rusak) ... benarkah begitu? Dasar namanya hati, bawaannya selalu jujur. Rasa yang tertinggal itu masih di sana, berlonjakan setiap kali pria i...