16. I Still Love You 2

4.4K 379 0
                                    


- Aku bertanya pada gemerisik angin, salahkah perasaan ini? Salahkah perasaannya? Ataukah cinta memang tak pernah salah? -

- May -

*****

13 Tahun Yang Lalu

"Kak Aji! Ada yang mau gue omongin!" Sasti bersama Edo, pacarnya menghampiri Aji di depan pintu kelas. Edo adalah teman seangkatan Aji namun beda kelas. Tapi keduanya sama - sama mengikuti ekstrakurikuler taekwondo.

"Ada apa?" tanya Aji dengan muka bingung. Pasalnya, adek kelasnya ini belum pernah mengajaknya bicara sama sekali.

"Ji, cewek gue mau ngasitau info penting, nih! Lo dengerin dulu ya. Tapi inget, abis itu lo kudu sabar. Jangan kepancing emosi. Soalnya gue pas denger ceritanya Sasti juga jadi emosi." Edo menimpali.

"Info apaan?" tanya Razi semakin penasaran.

"Kak, lo tau 'kan Maira? Anak basket dari kelas 1F?" tanya Sasti dengan wajah terlihat cemas.

"Iya. Kenapa?"

"Jadi...gue sebenernya nggak enak nih ngomongnya. Tapi gue merasa harus kasitau lo, Kak! Gue nggak suka temennya pacar gue dijadiin bahan taruhan!" jelas Sasti dengan wajah iba.

"Taruhan apaan sih?" tanya Razi semakin penasaran.

"Besok, Maira mau nembak lo, Kak!"

"Tapi lo jangan seneng dulu, Ji. Gue tau lo suka sama dia. Tapi ada hal lain yang perlu lo tau." lagi - lagi Edo menyela.

"Sok tau lo! Kapan gue bilang suka sama dia?" sangkal Razi sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Yaelah, keliatan Ji. Di jidat lo aja bisa kebaca tuh tulisan 'gue suka Maira'." jawab Edo sambil menunjuk dahi Razi.

"Jadi, Kak...lo cuma jadi bahan taruhan dia. Seminggu yang lalu dia nantangin gue. Katanya kalo lo terima cinta dia, jabatan Kapten Basket tetap dipegang sama dia. Kalo lo tolak, gue yang jadi Kapten Basket. Soalnya dia lagi merasa posisinya terancam sama gue."

"Apa maksudnya gue yang dijadiin bahan taruhan? 'Kan kalian yang rebutan jadi Kapten." Razi terlihat tidak percaya.

"Yaelah, Kak 'kan yayang gue udah bilang, keliatan banget lo sukanya sama dia. Makanya dia pede berat lo bakal terima cintanya dia. Jadi, dia cuma mau manfaatin lo aja buat menangin taruhan."

"Masa dia orangnya begitu?" tanya Razi masih tidak percaya.

"Kak, dia udah biasa mainin perasaan cowok. Bukan cuma lo doang. Dari SMP tuh, banyak cowok yang suka sama dia. Gaya preman gitu tapi 'kan modal muka, cowok pada gampang klepek - klepek deh. Akhirnya dimanfaatin deh 'tuh cowok - cowok. Kalo Kak Aji nggak percaya, tanya aja 'tuh sama si Firman kelas 1A. Dia pernah nembak Maira, berhubung ke sekolah cuma modal jalan kaki, ya ditolaklah. Nah kalo Kak Aji 'kan punya motor, lumayanlah buat jadi supir ojek dia."

"Sabar ya, Ji! Ini ujian! Besok kalo dia nembak lo, langsung tolak aja. Nggak usah pake mikir." hasut Edo sembari menepuk pundaknya.

Dengan mudahnya cerita Sasti merasuk di pikiran Razi. Adik kelas yang sudah beberapa bulan ini mencuri perhatiannya, ternyata sosok yang berbeda dari perkiraannya.

"Oh ya, Kak satu lagi. Besok dia bakalan ngasih lo hadiah, semacam gantungan kunci gitu. Trus dia bakal ngaku - ngaku kalo itu dia bikin sendiri, biar lo melting. Jangan percaya! Yang jual model begitu banyak." tambah Sasti lagi.

Emosi Razi kian memuncak, rasa kecewanya amat dalam. Sepertinya ia harus segera mengubur perasaan yang sudah setengah semester ini dipendamnya.

‐------------------

May & Aji || #wattys2019 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang