- Kau adalah kisah yang tak pernah usai. Dahulu, sekarang, dan yang akan datang, kau tetap kisahku. -
-Aji-*****
Dua minggu telah berlalu sejak acara makan siang bersama di rumah Razi, namun hingga sekarang Maira tidak pernah lagi bertemu dengan pria itu. Bahkan Razi tidak pernah berusaha menghubungi ataupun menemuinya. Harus Maira akui, perlahan ia kembali merindukan sosok pria dingin itu. Maira semakin tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.Sesungguhnya, ia sangat membenci pria itu. Apalagi atas luka yang ditorehnya di masa lalu. Namun ia tidak bisa memungkiri perasaannya saat ini. Benci tapi rindu? Mungkin itu yang dirasanya saat ini. Maira merasa pertemuannya dengan Razi semacam permainan takdir. Apakah memang takdirnya untuk berjodoh dengan Razi? Ataukah...takdir kembali mempertemukan mereka hanya agar dirinya kembali merasakan sakit itu? Ia teringat akan sosok Alma...Razi, menginginkan sosok Alma, bukan dirinya.
"May, ngelamun lo?" Ruri melambai - lambaikan tangannya didepan penglihatan Maira.
"Enggak, kok. Eh, udah dipanggil belum? Lama amat sih?" Maira mengalihkan pembicaraan.
"Dua paisen lagi, abis itu gue." Jawab Ruri dengan sumringah.
Ya, saat ini mereka sedang berada di Poliklinik Ibu dan Anak. Tadi siang, Ruri meminta kepadanya untuk ditemani memeriksakan kandungannya. Tepatnya tiga hari yang lalu, Ruri baru saja mengetahui kalau dirinya sedang mengandung calon anak pertamanya, lewat alat tes kehamilan. Untuk memastikan kondisi kandungannya itu, Ruri pun berniat memeriksakan diri ke dokter kandungan. Ia ingin memberi kejutan pada suaminya yang saat ini sedang berada di Malaysia, saat ia pulang besok.
"Gue nggak sabar nih buat ngabarin Mas Galang. Pas banget momennya, minggu depan anniversary kita yang ke-dua." Ruri terlihat penuh dengan kegembiraan.
"Gue ikut senang buat lo sama Mas Galang. Dijaga baik - baik nih, calon dedeknya." Maira mengusap perut sahabatnya itu.
"Insyaa Allah. Do'ain yang baik - baik ya buat calon ponakan lo ini."
"Gue bakal do'ain...semoga anak lo nggak petakilan dan manja kayak emaknya." Maira terkekeh pelan.
"Iihhh, do'anya kok gitu sih? 'Kan gue bilang do'ain yang baik - baik!"
"Lho, 'kan itu termasuk do'a yang baik."
"Maira?"
Maira segera menoleh ke samping kursinya. Di sana telah berdiri sosok yang sedang dirindukannya itu. Maira pun segera bangkit dari duduknya, menyamai posisi pria itu. Ruri juga turut berdiri di sampingnya.
"Kamu? Lho...ngapain di sini? Tante Win, sakit lagi?" Maira terlihat cemas.
"Sssttt...ini klinik ibu dan anak, May." Ruri mengingatkan dengan berbisik di samping telinganya. Maira segera menyadari kekeliruan pertanyaannya.
"Bukan, Ummi alhamdulillah baik - baik aja. Aku lagi ngantar..."
"Lho, May? Kamu lagi di sini juga? Eh, ada Ruri juga. Apa kabar kalian? " dan Alma pun tiba - tiba muncul dari belakang Razi. Ia yang sedang menggendong Sarah, langsung menghampiri Maira dan Ruri untuk salam pipi.
"Alhamdulillah, baik. Ini, Maira lagi nganterin aku mau cek kandungan. Soalnya suamiku lagi ke negri tetangga." Ruri yang segera menjawab pertanyaannya.
"Ooh, kamu sedang hamil, Rur? Alhamdulillah, barokallah. Semoga sehat - sehat terus ya. Sudah berapa minggu?"
"Ini baru mau dicek. Baru tau dari test-pack tiga hari yang lalu. Kamu sendiri, ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
May & Aji || #wattys2019 (Completed)
RomanceArsan Fahrurazi, gue nggak akan pernah jatuh cinta sama lo lagi. Nggak akan! (Maira) Tapi ... (suara kaset rusak) ... benarkah begitu? Dasar namanya hati, bawaannya selalu jujur. Rasa yang tertinggal itu masih di sana, berlonjakan setiap kali pria i...