36. Finale

9.6K 355 12
                                    


Razi hanya terdiam di posisinya. Memandang keluar jendela kamar hotelnya dengan tatapan kosong. Hatinya tengah terombang-ambing. Bukan hanya hatinya, namun nasibnya pun terombang-ambing. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Mungkin itu pribahasa yang paling tepat untuk menggambarkan kondisinya saat ini.

Maira benar-benar menolaknya tadi malam. Saat Razi berusaha meyakinkan mantan istrinya itu bahwa rumah tangga mereka akan baik-baik saja kedepannya, bahwa ia berjanji akan selalu ada baginya, bahwa mereka akan melewati segala kesulitan bersama, bahwa Maira akan menjadi satu-satunya wanita kedua dalam hidupnya setelah umminya, bahwa ia akan selalu membahagiakannya, Maira justru menamparnya. Itu adalah tamparan kelima yang Razi terima dalam hidupnya.

Maira tidak memberi alasan kenapa ia melayangkan tamparan itu. Namun wajah itu terlihat sedih saat menorehkan pukulan fisik di pipinya. Dan Razi tidak mengelak ataupun marah pada Maira. Mengingat segala kisah sedih yang telah dilalui Maira, ia lebih dari pantas untuk mendapatkan hukuman itu.  Setelah itu Maira berjalan cepat dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Saat Razi hendak mengejarnya, Maira melarangnya untuk mendekat. Wanita itu berkata ia butuh waktu untuk menyendiri. Bahkan Maira mengucapkan, "Sayonara".

Memori menyesakkan dan memusingkan tadi malam itu terus berputar ulang di kepala Razi. Wanita itu telah mengucapkan salam perpisahan. Razi benar-benar tidak mengerti arti perubahan sikap Maira. Apa mungkin ia yang salah menangkap sinyal? Saat awal bertemu tadi malam, Maira terlihat biasa saja, tidak ada kemarahan sama sekali terlukis di wajahnya. Justru wanita itu terkesan tenang, santai dan sesekali menertawakan sikap Razi yang berkali-kali salah tingkah.
Lalu kenapa setelahnya Maira bersikap sebaliknya setelah Razi memberanikan diri melamarnya?

Berkali-kali Razi mengacak-acak rambutnya frustasi. Sungguh, benar-benar tidak ada yang mengerti wanita itu bagaimana kecuali Sang Pencipta-nya.

Razi melirik jam tangannya, pukul 12.59. Seharusnya tepat jam 2 siang nanti, ia mengucap ijab kabul untuk yang ketiga kalinya. Seharusnya, hari ini juga ia menikahi Maira untuk yang kedua kalinya. Ia juga sudah sengaja mengundang penghulu yang menikahkan Ryu dan Ria beberapa tahun silam.

Namun kalau begini caranya, bagaimana mungkin ia akan melangsungkan pernikahan? Menikah tanpa mempelai wanita? Mana mungkin. Sedangkan salah satu syaratnya harus ada kesediaan calon mempelai wanita untuk dinikahi kembali.

Sejak pagi tadi Razi terus-menerus mengurung diri di kamar hotel. Belum sekalipun ia melangkahkan kaki keluar dari kamarnya. Waktu sarapan pun ia lewatkan. Dan sekarang, jam makan siang. Masa harus ia lewatkan juga? Kini Razi turut dipusingkan dengan masalah bagaimana caranya ia menghadapi kedua keluarga mereka? Razi sudah berjanji pada kedua orangtua Maira bahwa pagi ini juga ia akan membawa Maira datang ke hotel bersamanya.

Sudah beberapa kali Asha dan Winda menekan bel pintu kamarnya. Namun Razi enggan membukakan. Otaknya sedang kram, pikirannya buntu. Ia hanya beralasan jika sedang pusing dan butuh istirahat sebentar. Dan Asha tak henti-hentinya mengirimkan pesan lewat WA.
.
.

Asha : Kak keluar kmr dong!

Asha : Kak udah siang nih!

Asha : Kaaaak!!!!

Asha : Kak May mana?

Asha : Kaaak jgn diread doang dong 🙄🙄🙄

Asha : Kaaaak, ayah bundanya kak may nanyain terus nih! Katanya tlp kak may jg ga diangkat

Asha : Kaaak! Jgn blg kak may nolak diajak nikah lg ya trus kk nekat mo bnh diri

Asha : Kaaak jgn gila dong! Inget Kak, bnh diri itu dosa besar!!! 😣
.
.

May & Aji || #wattys2019 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang