11. Kontrak Nikah

4.9K 354 4
                                    


- My heart is confused, but i couldn't resist you. My love is terminated, yet i marry you. -
- Aji -

*****

"Maira - san, have you prepared for the third interview?" Kondo - san menanyakan pada Maira yang sedang sibuk mengetik di belakang meja kerjanya.

Maira pun segera melayangkan pandangan ke arah bosnya yang sedang berdiri di depan pintu ruangannya. "Hmmm...i guess so. It's kind of freak me out, actually."

"I know, it is. But i'm sure you'll be okay. You are the most eligible candidate! Remember, you still have a week to go. Don't forget to give in your form of application!" Setelah mengucap kalimat terakhirnya, Kondo - san segera berlalu dari hadapan Maira. Meninggalkan Maira yang segera memijat pelipisnya. Badannya dihempaskan bersandar ke kursinya.

Maira sedang dilanda kepanikan. Tahap seleksi selanjutnya akan segera dimulai, dan hingga detik ini ia masih belum mengantongi restu orangtuanya untuk bekerja di negeri asal atasannya itu. Hampir setiap malam ia mencoba membujuk Ayah Bundanya dengan berbagai rayuan, bahkan iming - iming hadiah, hanya untuk mendapatkan izin mereka. Namun, tetap saja selalu penolakan yang ia peroleh.

Ia harus memikirkan kembali tawaran yang pernah dilayangkan oleh Razi kepadanya. Benarkah jika mereka menikah, maka Maira akan mendapatkan izin dari sang suami untuk bekerja di luar negeri? Lalu bagaimana dengan Razi? Bagaimana dengan Alma? Bagaimana dengan kelanjutan hubungan mereka berdua? Sebenarnya, apa tujuan Razi akhirnya setuju untuk menikah dengannya? Pertanyaan - pertanyaan ini muncul bagai benang kusut di otaknya.

Tapi Maira sudah tidak memiliki waktu untuk berpikir, ataupun melakukan kompromi. Mungkin memang sebaiknya ia menikah dengan Razi. Jika memang itu satu - satunya cara. Jika itu artinya ia harus mengorbankan perasaan Razi dan Alma. Anggap saja ini sebagai pembalasannya atas perlakuan Razi kepadanya di masa lalu. Tapi, Alma...ia tidak bersalah. Sanggupkah Maira menjadi duri dalam hubungan mereka berdua? Tidak, kalau Maira menikah dengan Razi, itu artinya ia lebih memiliki hak atas Razi. Justru Alma yang akan menjadi duri, jika masih berani muncul dalam kehidupan Razi.

Maira meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi Whatsapp lalu mengetik pesan untuk mantan kakak kelasnya itu. Mereka harus segera bertemu.

‐-------------

Maira bergegas berjalan menuju tempat makan yang dimaksud oleh Razi dalam pesannya tadi siang. Untung saja lokasinya tidak terlalu jauh dari kantornya, sehingga bisa ditempuhnya dengan berjalan kaki. Untuk seorang Maira yang juga seorang pendaki gunung, berjalan kaki menempuh belasan kilo meter sudah merupakan hal lazim untuknya.

Sudah dua minggu ini ia tidak lagi menggunakan motor bebeknya. Maira berniat menjual kendaraan kesayangannya itu. Hasil penjualannya akan menjadi tambahan pundi - pundi yang lumayan baginya untuk menunjang kehidupannya di negeri sakura nanti, itupun jika ia berhasil mendapatkan posisi itu. Anggap saja sekarang ini ia sedang melatih dirinya untuk berpisah dengan motor kesayangannya itu.

Sepanjang perjalanannya menuju tempat makan itu, jantung Maira berdebar tidak karuan, sesekali muncul desiran halus di dadanya. Bisa dikatakan mendadak ia merasakan seperti orang yang sedang demam panggung. Bagaimana tidak? Sebentar lagi, ia akan menyampaikan keputusan yang paling penting dalam hidupnya. Entah ia akan menyesali keputusan ini atau tidak, yang jelas untuk saat ini, itulah yang terbaik menurutnya.

Maira telah tiba di tempat makan itu, sebuah warung tenda nasi soto lamongan. Tumben sekali pria itu mengajaknya bertemu di tempat seperti ini, pikirnya.

Memasuki tempat itu, Maira langsung menemukan sosok Razi yang tengah menyantap soto pesanannya. Lalu Maira melihat sebuah nasi dan soto yang sudah tersedia di meja. Sepertinya Razi sudah memesankan hidangan itu untuknya.

May & Aji || #wattys2019 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang