9. Cemburukah?

4.8K 328 7
                                    


- If jealousy is a crime, then love should be convicted as a crime too -
- May -


*****

Maira menatap lurus ke arah jalan di hadapannya. Tangannya fokus mengendalikan kemudi mobil mini-van yang sedang dikendarainya. Saat ini ia sedang dalam perjalanan guna memenuhi janjinya pada seseorang yang spesial di masa kecilnya.

"Waaah, gue nggak sabar mau nyobain sup kimlo-nya Tante Win! Pastiiii enak! Sayang laki gue nggak bisa ikutan. Padahal, Mas Galang tuh doyan banget sama sup kimlo. Jarang - jarang banget pula bisa makan ini sup, paling ketemunya pas lagi jadi menu prasmanan di kondangan." Cetus Ruri yang saat ini sedang duduk di kursi penumpang, samping Maira.

Dua hari yang lalu, Asha mengabarinya lewat Whatsapp jika Umminya itu mengundang mereka untuk makan siang bersama di rumah mereka. Dan tentu saja, yang menjadi menu utama adalah sup kimlo favorit Maira. Setelah menerima pesan via aplikasi percakapan itu, Maira pun segera mengabari Ruri. Satu jam yang lalu ia mampir ke rumah Ruri untuk menjemputnya.

Saat Maira menyatakan pada Ayah - Bundanya akan bertandang ke rumah ibu dari Razi itu, mereka justru menyuruh Maira untuk menggunakan mobil kesayangan mereka.

Tentu saja perintah orangtuanya itu langsung dituruti oleh Maira. Jarang - jarang orangtuanya itu memperbolehkannya membawa mobil itu.

"Gue juga nih, udah berasa laper aja ngebayangin sup kimlo-nya Tante Win. Ngiler deh gue!" Maira memasang ekspresi seolah-olah sangat mendamba makanan itu.

"Eh, tapi tapi...bakalan ketemu dong lo sama si Kak Aji. Ini 'kan hari Minggu. Dia pasti di rumah juga. Awas lo ya, entar jangan ribut sama dia! Kasihan Tante Win!" Ruri memperingatinya.

"Iiih, siapa juga yang mau ribut! Lagian gue udah terbiasa ketemu sama dia."

"Hah?? Berarti lo udah sering ketemu sama dia sejak di rumah sakit itu? Kok lo nggak pernah cerita? Jangan - jangan...," telunjuk Ruri mengarah ke sahabatnya itu.

"Jangan - jangan apa?" Maira menaikkan sebelah alisnya.

"Oh, My God! Kalian udah pacaran ya?" Ruri setengah memekik dengan menempelkan kedua telapak tangannya di kedua belah pipinya.

Tangan kiri Maira segera menyentil dahi sahabatnya itu.

"Awww! Sakit tauuu!"

"Makanyaaa, jangan sotoy! Siapa juga yang pacaran! Kayaknya nggak bakal tercatat dalam buku sejarah mana pun kalo gue dan dia bakal pacaran."

"Ya kaliii lo main rahasia-rahasiaan dari gue! Kalo nggak pacaran, ngapain lo berdua ketemuan terus?"

"Ralat, ketemuan beberapa kali! Bukan terus - terusan. Isi pertemuan, nggak penting! Makanya gue nggak cerita ke lo."

"Bener nggak penting? Kalo nggak penting, kok udah beberapa kali aja?" Ruri tetap berusaha mengorek info dari Maira.

"Iih, ngeyel! Beneran, nggak penting. Intinya gue sampein ke dia, kalo gue belum mau menikah. Lagian..." Maira memutus kalimatnya.

"Lagian kenapa?" Ruri langsung memburunya. Badannya ditegakkan dari sandaran jok.

"Dia...lagi suka sama cewek lain."

Mendengar lanjutan kalimat Maira, Ruri terdiam. Ia memperhatikan perubahan mimik wajah sahabatnya itu. Ia tahu benar ada sedikit raut kecewa terbersit di sana.

"Apaan sih lo? Kok jadi diem? Nggak penasaran lagi?" Maira menggoda sahabatnya itu.

Ruri menghempas napasnya sebelum akhirnya berkata, "May...masih banyak cowok di luaran sana. Cowok bukan cuma dia doang! Masih ada si Dida 'tuh. Gue yakin, dia pasti masih mau nerima, kalo lo bilang berubah pikiran."

May & Aji || #wattys2019 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang