12. Hati telah memilih

254 13 0
                                    

Ingin rasanya seperti dulu lagi, dimana hidupnya hanya memiliki tujuan bermain. Ya, kebersamaan pada masa kecil merupakan pengalaman yang paling terkesan bagi Bio,  karena tidak ada rumitnya pilihan hidup seperti orang dewasa.

Saat ini Bio benar-benar setres. Otaknya kewalahan untuk melawan niat baiknya dengan sang sahabat. Hanya demi balas dendam, ia harus rela meninggalkan kenangan terindah bersama Sarah? Sementara, jika Bio tidak segera balas dendam, maka ia akan mengecewakan ayahnya.

Arrghh!!

Bio berteriak sebagai pelampiasan emosionalnya.

Kemudian, ia tersadar setelah melihat sebuah foto di mejanya. Bio segera beranjak dari kasur, kemudian tangan Bio berhasil meraih salah satu foto masa kecil persahabatannya bersama Sarah.

"Aku sangat rindu, rindu masa kecil tanpa masalah"

Sepintas, tanpa sengaja perhatian dari kedua bola mata Bio teralih menuju pisau buah yang ada di meja kamarnya. Walaupun terlihat menancap di buah, pisau itu tetap menunjukkan ketajamannya. Pisau itu telah melekatkan pandangan Bio.

---

Bicara soal wedding, seketika kesabaran Umay meluap. Padahal itu hanyalah ide konyol dari Tissa yang terlintas cepat. Ia sedang iseng aja untuk menjahili Umay.

Hatimu mempertaruhkan hidupku

Kamu sudah menjadi nafas di dalam tubuhku

Iyuuuhhhh...buciiinn..

Dampaknya, pria polos ini kebaperan terus. Munculah kata-kata alay darinya yang menggeliatkan hati Tissa.

"Bagaimana? Kamu yakin kan kita bakalan nikah?"

"Tapi Boong"

"Yaelah"

Perjalanan yang tertanam pembicaraan, menyebabkan Umay lupa dengan tujuannya harus berhenti dimana. Rumah Tissa saja sudah kelewatan. Mereka baru ingat dan menyadarinya sesudah puas berbicara.

"Dasar Ume"

"Maaf Tis, cuma lewat 2 m doang kok"

"Adeeh, lama-lama aku semakin bertahan sama kamu may. Berjalannya hari, kamu semakin terpengaruh sama sifat lola aku kan awokakakaka"

"Iya nih. Dasar ngunu"

Sampai. Ternyata rumahnya masih kosong, yang ada penghuninya setan. Eh maksud Sarah setan angin. Memang benar. Satu pun wujud keluarganya tidak ada disini. Tanpa kabar, mereka melupakan Sarah begitu saja. Sarah kesusahan membendung tetesan embunnya. Rasa sakit menerpa seluruh hatinya.

Sekilas, Sarah melihat bingkai foto keluarganya, tanpa dirinya.

Pahitnya takdir harus melahirkan Sarah di keluarga yang tanpa kasih sayang ini, bahkan kenangannya terbawa hingga kini. Dulu, Sarah paling sering terkena bentakan dibandingkan Angga, padahal mereka sama-sama melakukan kesalahan. Ditambah lagi oleh Ibunya yang tidak pernah sedikit pun mengakui kelebihan Sarah. Ia memang pernah meraih peringkat pertama di kelasnya, namun ibunya justru membandingkan Sarah dengan siswa yang lebih hebat diripada dirinya. Sedangkan Angga kakaknya pernah berada di dalam posisi unggul. Sang ibu sangat membanggakan kakaknya, bahkan sempat menceritakan kehebatan kakaknya ke semua teman dan tetangganya. Sungguh miris.

"Sarah?"

Suara lembut itu membuat Sarah cepat-cepat beralih kepada perhatiannya. Hingga timbul sosok seorang pria dewasa yang Sarah sayangi dari dulu. Walaupun tidak seberapa, setidaknya ayahnya masih peduli terhadapnya.

Dengarkan Hatiku [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang