14. Kecelakaan

228 13 0
                                    

Seminggu kemudian

Kejadian itu masih saja melekat di otaknya, menyebabkan Sarah gagal fokus dalam melaksanakan karirnya. Pemikirannya yang sumpal membuat perusahaan lain sudah tidak mau lagi untuk menjalin kerja sama dengan perusahaannya yang mengalami penurunan drastis. Ditambah lagi oleh datangnya tagihan bank. Bila dipikirkan terus, Sarah bisa depresi.

Ia selalu memijat keningnya untuk bertahan dari rasa pening.

"Kenapa semua ini terjadi?" Sambil membanting dokumen

Gelisah tanpa henti menghantui perasaannya. Apa lagi akibatnya kalau bukan zat adiktif itu? Bubuk itu berhasil menyebabkan Sarah hilang kendali. Oleh karena itu Sarah ingin secepat mungkin meraih bubuk itu. Entah ada dimana? Daritadi sebenarnya ia tidak melihatnya, padahal ia sudah menyembunyikan obat tersebut dengan sempurna di meja.

"Angel!" Teriak Sarah berulang kali

Alasan tertentu dari perasaan curiganya, karena Angel berperan sebagai petugas kebersihan di kantor ini.

"I...iya ada apa?" Angel menghampirinya

Kali ini Sarah bukanlah tipe orang yang lemah lembut. Kepribadiannya berubah drastis seperti dikendalikan sesuatu.

"Siapa yang punya tanggung jawab bersihin ruangan ini?"

"Sa..saya, emangnya ada apa ya?"

PLAAAAKKKK!!!

Satu pukulan meluncur kencang mengenai meja kacanya. Sarah melakukan itu sebagai pelampiasan emosinya yang tidak bisa Angel prediksi lagi, seberapa besar.

"Lo buang obat gue?"

"Habis saya curiga non, daritadi non Sarah tanpa henti makan tu obat. Ya, daripada non kenapa-napa, saya taruh aja tu di tempat sampah"

Lagi-lagi Sarah bertindak. Emosi padanya memicu dirinya untuk menarik kerah baju kotak-kotak yang dikenakan Angel.

"Itu suplemen tubuh gue! Lo ga usah sok khawatir sama ngatur hidup gue!"

Sekali tidak ada obat itu, hidup Sarah terasa seperti lepas dari ketenangan. Kali ini, obat itu juga seolah yang paling mengerti Sarah. Sisa hidupnya akan ia habiskan dengan obat itu daripada bersama dengan orang-orang yang selalu membuatnya sakit hati.

Kemudian Angga muncul secara tiba-tiba, hendak menengahi persoalan.

"Ya udah, kalau habis, tinggal beli lagi dong. Di apotek kan ada. Aku bakal tanggung jawab kok beliin obat buat kamu" jawab Angel santai

"Obat apa?" Angga bertanya

Perhatian mereka terlihat sejenak ke arah Angga

"Gatau ni anak main marah aja" sahut Angel

Angga dan Angel saling menatap heran sekaligus terdapat kecurigaan pada benak mereka satu sama lain. Bukannya mencari jalan untuk pemerosotan bisnis ini, Sarah justru lebih mengandalkan benda putih berupa obat itu.

Jangan-jangan obat itu bisa membuat kecanduan. Batin Angga yang akan mencaritau secepat mungkin.

"Udah ah! Males banget ngeladenin kalian disini" Sarah pergi

Di sisi lain, nada dering telah menggelegarkan saku celana milik Angle. Kemudian tangannya menyenderkan Handphone ke salah satu bagian telinganya.

"Iya Hallo?"

"Angel kamu udah siap? Aku mau jemput kamu ya"

Pelaku penelpon itu adalah Tissa.

"Duh gausah repot-repot Tis. Aku bisa kesana sendiri kok"

"Enggak Angel, aku takut kamu tersesat. Ini tempat yang belum kamu kunjungi. Yaudah kamu ganti baju aja, nanti aku jemput ya. Bila perlu ajak non Sarah"

Dengarkan Hatiku [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang